tag:blogger.com,1999:blog-72332284920514222952024-03-10T18:00:32.253+07:00PIKIRANOLOGIJembatan Spiritual dan SainsPikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-15811498625584036682024-03-10T18:00:00.005+07:002024-03-10T18:00:00.132+07:00Manuskrip Voynich<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4JSe0HKh0QmfZ3w6NDk7sbdHyRSoJJApPbeTVFEOq-oh9KQ76eTg_AjFz8Gys1cVcQ4v5ir5YKuWSjWa9OYJQgVoBB0ZucfSUZtMnjhI5Imi5P85fLrPNDntQ5MW2lCO4sKBb5808ueoWhdcR_wiGhWDWVRsaea6AWbgH36jRnJMOB6dr2gOd4UeXAIKL/s1350/Pikiranologi%20-%20Manuskrip%20Voynich.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4JSe0HKh0QmfZ3w6NDk7sbdHyRSoJJApPbeTVFEOq-oh9KQ76eTg_AjFz8Gys1cVcQ4v5ir5YKuWSjWa9OYJQgVoBB0ZucfSUZtMnjhI5Imi5P85fLrPNDntQ5MW2lCO4sKBb5808ueoWhdcR_wiGhWDWVRsaea6AWbgH36jRnJMOB6dr2gOd4UeXAIKL/s320/Pikiranologi%20-%20Manuskrip%20Voynich.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Manuskrip Voynich</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sebuah buku berisi ilustrasi misterius yang terdiri dari 240 halaman membuat gempar dunia pada tahun 1912. Wilfrid Voynich seorang kolektor barang antik Polandia membeli buku ini dari penjual barang antik. Namun ketika diteliti melalui penanggalan radiokarbon diketahui bahwa manuskrip ini ditulis diantara tahun 1450 sampai 1520 oleh pengarang yang tidak diketahui serta bahasa dan sistem penulisan yang benar-benar aneh. Banyak ahli kriptografer mempelajari Manuskrip Voynich dan tidak menemukan informasi apapun selain misteri di dalamnya.</p><p style="text-align: justify;">Manuskrip Voynich berisi lembaran-lembaran yang dapat dilipat, juga gambar-gambar, diagram-diagram, beberapa diwarnai secara kasar, dengan beberapa bagian menunjukkan gambar manusia, tumbuhan, simbol astrologi, dan banyak lainnya yang sangat asing bagi manusia di berbagai benua. Karena terlalu aneh isinya, banyak orang menyimpulkan kalau manuskrip ini merupakan tulisan fiksi!</p><p style="text-align: justify;">Berbagai kriptografer, sarjana linguistik, dan program komputer telah mencoba memecahkan kode tersebut tetapi tetap saja gagal. Baru-baru ini, seorang peneliti Associate Dr. Gerard Cheshire di University of Bristol disebut-sebut telah berhasil memecahkan kode manuskrip Voynich. Cheshire membutuhkan waktu selama dua minggu, menggunakan kombinasi pemikiran lateral dan kecerdikannya, ingat ya perlu digarisbawahi ‘menggunakan kombinasi pemikiran lateral dan kecerdikannya’ untuk mengidentifikasi bahasa dan sistem penulisan dokumen yang terkenal tidak dapat dipahami itu.</p><p style="text-align: justify;">Hasil kajiannya tersebut telah ia terbitkan dalam jurnal Romance Studies pada 29 April 2019 dengan judul The Language and Writing System of MS408 (Voynich) Explained. Dalam studi tersebut Cheshire menjelaskan bagaimana ia berhasil menguraikan kode manuskrip dan, pada saat yang sama, mengungkapkan satu-satunya contoh bahasa proto-Roman yang diketahui.</p><p style="text-align: justify;">Menurut Cheshire, apa yang diungkapkannya bahkan lebih menakjubkan daripada mitos dan fantasi yang dihasilkannya. Misalnya, manuskrip itu disusun oleh para biarawati Dominika sebagai sumber referensi untuk Maria dari Kastilia, Ratu Aragon, yang kebetulan adalah bibi yang hebat bagi Catherine dari Aragon.</p><p style="text-align: justify;">Baginya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa karya ini mewakili salah satu perkembangan paling penting hingga saat ini dalam linguistik Roman. Naskah ini ditulis dalam proto-Romance – nenek moyang bahasa Roman saat ini termasuk Portugis, Spanyol, Prancis, Italia, Rumania, Catalan, dan Galicia. Bahasa yang digunakan ada di Mediterania selama periode Abad Pertengahan, tetapi jarang ditulis dalam dokumen resmi atau penting karena bahasa Latin adalah bahasa kerajaan, gereja, dan pemerintah. Akibatnya, proto-Romance hilang dari catatan, sampai sekarang.</p><p style="text-align: justify;"><a href="https://kumparan.com/kumparansains/kecerdasan-buatan-ungkap-bahasa-di-manuskrip-kuno-berusia-600-tahun-21dM5TYkAD/full">AI Ungkap Isi Manuskrip Voynich</a></p><p style="text-align: justify;">Lain Cheshire lain pula yang ditemukan oleh Greg Kondrak seorang ahli pemrosesan bahasa dari University of Alberta, Kanada, mengatakan dokumen tersebut merupakan tugas yang sempurna untuk menguji program kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).</p><p style="text-align: justify;">Dengan bantuan mahasiswanya yang seorang ilmuwan komputer, Bradley Hauer, ia menemukan bahwa teks itu tertulis dalam bahasa Ibrani, dengan huruf-huruf yang disusun dalam pola tetap.</p><p style="text-align: justify;">Meski sudah dapat mengidentifikasi bahasa yang digunakannya, keduanya tetap tidak tahu arti dari naskah Voynich. Saat ini, mereka mengundang ahli lain untuk mengikuti penyelidikan manuskrip tersebut.</p><p style="text-align: justify;">Untuk langkah terakhir, para periset tersebut mengungkap frasa pembuka manuskrip voynich, dan mempresentasikannya kepada seorang ilmuwan komputer dan pembicara bahasa Ibrani asli, bernama Moshe Koppel. Namun, Koppel mengatakan teks yang diungkap pada pembuka manuskrip itu tidak membentuk kalimat dalam bahasa Ibrani yang jelas.</p><p style="text-align: justify;"><b><br /></b></p><p style="text-align: justify;"><b>TEORI PIKIRANOLOGI</b></p><p style="text-align: justify;">Mana yang benar? Bahasa Proto Roman atau bahasa Ibrani? Karena setiap orang berhak mengajukan teorinya, maka artinya Pikiranologi boleh juga mengajukan teorinya juga, ya enggak?</p><p style="text-align: justify;">Mungkin banyak Tukang Mikir yang setuju dengan pendapat para ahli tersebut, tapi sebagai Tukang Mikir yang selalu berpikir dan tidak percaya begitu saja serta memilih untuk mencari informasi tambahan sebelum menyimpulkan, pasti memiliki pertanyaan besar yaitu ‘bagaimana kalau ternyata Manuskrip Voynich yang berisi 6 bagian yang sekarang disimpan di Perpustakaan Buku dan Naskah Langka Beinecke di Universitas Yale adalah sebuah buku yang ditulis oleh manusia dari peradaban lain?’</p><p style="text-align: justify;"><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Manuskrip_Voynich">Manuskrip Voynich</a></p><p style="text-align: justify;">Saya justru jadi teringat kisah Jotika seorang saudagar kaya yang hidup di zaman Buddha Gotama. Jotika diketahui memiliki seorang istri yang datang dari Uttarakuru atau Benua Utara yang terletak di Utara Gunung Meru. Istrinya bernama Satulakayi yang dibawa oleh para Dewa ke Jambudvipa untuk menikah dengan Jotika. Satulakayi membawa satu pot beras dan 3 gelas kristal yang dibakar. Konon dari pot beras dan kristal inilah makanan tidak akan pernah habis. Setelah Jotika memutuskan menjadi pertapa, Satulakayi kembali dibawa oleh para Dewa ke Uttarakuru.</p><p style="text-align: justify;"><a href="https://www.wisdomlib.org/definition/satulakayi">Satulakayi Istri Jotika</a></p><p style="text-align: justify;">Di dalam Kosmologi Buddha dijelaskan kalau Alam Manusia terbagi menjadi 4 yaitu Uttarakuru atau Benua Utara, Purvavideha atau Benua Timur, Jambudvipa atau Benua Selatan yang terdiri dari pulau-pulau dan laut yang saat ini kita kenal sebagai Planet Bumi, serta Aparagodaniya atau Benua Barat. Ditengahnya terdapat Gunung Meru yang menjadi Tiang Pancang di dalam 1 Alam Semesta. Keempat benua manusia ini memiliki masa waktu yang berbeda. Manusia-manusia di 4 benua ini memiliki rentang usia yang berbeda. Maka dari itu kita manusia dari Jambudvipa atau Benua Selatan tidak bisa mudah bertemu dengan manusia dari 3 benua lain.</p><p style="text-align: justify;">Text kuno Vedic juga menjelaskan tentang kisah Raja Mandhata yang pergi berkeliling 4 benua dan ketika kembali ke Jambudvipa, ia membawa beberapa manusia dari Uttarakuru yang kemudian menjadi leluhur dari Dinasti Kuru.</p><p style="text-align: justify;">Jadi bagaimana kalau ternyata Manuskrip Voynich datang dari salah satu dari 3 Benua Manusia yang lain? Bisa dari Benua Utara, Benua Timur atau Benua Barat? Yang jelas sampai hari ini Sains Modern belum mampu memiliki teknologi untuk mendeteksi keberadaan 3 Benua tersebut. Semua informasi tentang Gunung Meru atau Sineru lengkap dengan 4 Benua yang mengelilinginya hanya terdapat di dalam teks Buddha dan Veda. Meskipun di dalam teks Veda memiliki perbedaan di dalam penamaan seperti di dalam teks Buddha, akan tetapi kedua teks tersebut mendeskripsikan kosmologi dengan cara yang serupa.</p><p style="text-align: justify;">Lantas bagi kita yang hidup dalam kacamata Sains Modern, bagaimana menjelaskan Manuskrip Voynich secara pasti kalau para ilmuwan saja sampai hari ini memiliki perdebatan dan perbedaan pendekatan? Apakah Tukang Mikir juga memiliki teori yang lain?</p><p style="text-align: justify;">Sebagai Tukang Mikir, boleh juga donk kalau kita berteori. Beberapa poin dari Tukang Mikir saat melihat Manuskrip Voynich:</p><p style="text-align: justify;">1. Manuskrip ini tidak menggunakan bahasa Proto Roman atau Ibrani melainkan bahasa yang mungkin saja berasal dari salah satu dari 3 Benua Manusia dalam Kosmologi Buddha.</p><p style="text-align: justify;">2. Manuskrip ini tampaknya bercerita keterkaitan rahim wanita dan akar pengetahuan tentang proses penciptaan makhluk manusia ke dalam dunia materi. Di dalam Manuskrip ini banyak menampilkan tumbuh-tumbuhan yang aneh dan enggak biasa. Saya jadi ingat makna dari Filosofi Pohon yang banyak diwariskan melalui mitologi seperti Pohon Ygddrasil dan pencapaian pencerahan para Buddha yang selalu terjadi di bawah pohon. Bahwa untuk tercerahkan sampai ke langit, kita harus memiliki pengetahuan yang mengakar kuat ke perut Bumi. Karena untuk terlahir ke alam manusia, kunci dari akarnya adalah rahim wanita.</p><p style="text-align: justify;">3. Manuskrip ini memberikan analogi bahwa proses pembuahan manusia bukanlah proses tunggal melainkan saling berhubungan dengan aspek astronomi, astrologi dan biologi. Di beberapa gambar dalam Manuskrip ini tampak seperti Fraktalisasi Sel. Ibarat Macro-Cosmos dan Micro-Cosmos, lukisan di dalam manuskrip ini seakan ingin mengatakan bahwa seperti halnya sel, semesta juga selalu mengalami fraktalisasi atau multiple. Selain itu manuskrip ini juga seakan menjelaskan proses perkembangan makhluk di dalam rahim terjadi selama 10 bulan di mulai dari Rasi Pisces sampai Sagitarius dimana 1 bulan disetarakan 29 hari yang tampak dari jumlah bintang.</p><p style="text-align: justify;">4. Hal menarik lainnya dari manuskrip ini salah satunya dari deskripsi Matahari-Bulan yang berada di tengah dari benda berbentuk cakra. Kalau memang semesta digambarkan seperti cakra Krishna dan ditengahnya adalah Gunung Meru atau Sineru dengan Matahari dan Bulan yang berputar berkeliling semesta, maka itu artinya pengetahuan modern harus dipertanyakan lagi.</p><p style="text-align: justify;">Intinya Manuskrip ini bukanlah manuskrip biasa tentang pengetahuan botani seperti dugaan banyak ilmuwan. Manuskrip ini merupakan catatan besar sebuah proses penciptaan yang berkaitan antara biologi, astronomi, astrologi dan filosofi.</p><div style="text-align: justify;">-Pikiranologi-</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-78018064450291977782024-01-25T17:00:00.000+07:002024-01-25T17:00:00.152+07:00Teori Evolusi dan Peradaban Manusia<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkLUudhzzAkGT7LNOOfCrdonB6-C76F01XcklSxR7kd84IH2l1eAQloG0dyJIaSPMdipYhT9gmaziqPSC9lWjreXJI4Lf-SJ4eH3yv5k-K91D4M6NY1T3PPoD5OZlTqlIYOWHnnmooM23uGbRj-EaZQ7fdfqBHzuLHOW1sREsfVB7sqeSif9ZlBQAtD8VK/s1350/Pikiranologi%20-%20Teori%20Evolusi%20dan%20Peradaban%20Manusia.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkLUudhzzAkGT7LNOOfCrdonB6-C76F01XcklSxR7kd84IH2l1eAQloG0dyJIaSPMdipYhT9gmaziqPSC9lWjreXJI4Lf-SJ4eH3yv5k-K91D4M6NY1T3PPoD5OZlTqlIYOWHnnmooM23uGbRj-EaZQ7fdfqBHzuLHOW1sREsfVB7sqeSif9ZlBQAtD8VK/s320/Pikiranologi%20-%20Teori%20Evolusi%20dan%20Peradaban%20Manusia.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teori Evolusi dan Peradaban Manusia</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Banyak orang bertanya-tanya tentang Atlantis, Bimini Road, Peradaban Agartha di Perut Bumi, Kaitan Piramida Mesir dan Gobekli Tepe di Turki terhadap Astronomi, Gunungpadang ternyata lebih tua dari Piramida Mesir, atau pertanyaan mengenai peradaban maju Mohenjo-Daro dan Harappa dan banyak lagi yang seakan tidak sejalan dengan Sains Modern tetapi tampak nyata dan memiliki misteri. Namun, benarkah semua itu misteri?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jika disandingkan dengan sains modern tentu penemuan arkeologi tersebut tampak di luar nalar. Pertanyaannya, benarkah diluar nalar? Atau ini sebenarnya ketidakmampuan kita membedakan Teori dan Fenomena? Fenomena adalah suatu kejadian yang terjadi di tengah masyarakat yang penjelasannya bisa terpecahkan melalui sebuah Teori. Teori bukanlah fakta dari sebuah fenomena melainkan hanya cara agar kita bisa memahami sebuah Fenomena. Artinya sebuah Teori bisa dianggap usang atau tidak berlaku apabila tidak sesuai dengan Fenomena yang terjadi. Tetapi sebuah Fenomena tentunya tidak bisa diganti begitu saja mengikuti hasrat pemilik Teori. Namun, di era saat ini yang terjadi justru kebalikannya. Demi mempertahankan sebuah Teori, banyak orang rela menyembunyikan Fenomena.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Misalnya saja mengenai Teori Evolusi Charles Darwin. Siapa disini yang percaya kita berasal dari Kera? Kalau memang kita berasal dari Kera lantas siapa yang membuat berbagai peradaban maju di masa silam? Bahkan nih ilmu pengetahuan dari peradaban ratusan tahun saja kita sudah tidak mampu menguasai. Contoh : kita kehilangan informasi soal kemajuan Bangsa Tartaria dengan segala arsitekturnya dan teknologinya atau contoh lainnya kita tidak mampu memahami bagaimana proses pembuatan Candi. Kita memaksakan pemahaman kita dalam membuat arsitektur bangunan modern saat ini ke dalam Teori bagaimana Candi dibuat. Kita anggap Teori kita itu benar sampai kita menolak Fenomena kalau faktanya sampai detik ini saja kita tidak mampu membangun Candi menggunakan Teori yang kita asumsikan benar. Paham maksudnya?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Seperti halnya ketika Darwin berteori bahwa Manusia itu berasal dari Kera. Untuk melegitimasi bahwa manusia benar-benar berasal dari kera dan nenek moyang kita adalah sekumpulan orang primitif yang tidak berbudaya, kita membangun kisah mengenai Alien dan bagaimana proses manusia dibentuk oleh laboratorium makhluk yang lebih advance dari kita. Banyak orang berspekulasi dan menghubungkan bahwa Annunaki sebenarnya adalah raksasa hasil perkawinan ras Manusia dan ras Malaikat. Dan menurut Teori Alien tersebut Manusia dulunya kera yang tidak berdaya dan pasrah pada nasibnya di uji coba oleh makhluk-makhluk dari berbagai rasi bintang.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Seolah-olah Teori Alien tentang keterlibatan Makhluk dari dimensi yang lebih tinggi di dalam proses terbentuknya Kera menjadi Manusia dianggap sebuah Teori lanjutan demi mendukung Teori Evolusi milik Charles Darwin. Bagaimana kalau ternyata Teori Charles Darwin-lah yang justru ngaco dan semua peradaban canggih di masa lalu sebenarnya dikerjakan oleh nenek moyang manusia sendiri tanpa campur tangan makhluk dimensi lain?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Teori Charles Darwin menyebutkan manusia modern saat ini dianggap paling advance dibanding manusia di masa silam yang sangat primitif dan berasal dari Kera. Charles Darwin tentu tidak mampu menjelaskan isi dari text Prisma Weld-Blundell yang kini berada di Museum Ashmolean, Oxford. Text tersebut ditulis jauh sebelum bangsa Yunani lahir, pemerintahan Raja Sulaiman terbentuk, dan bahkan jauh sebelum Banjir Nuh terjadi. Tulisan cuneiform itu menjelaskan mengenai daftar lengkap Raja-Raja Sumeria dan dinasti dari beberapa kota Mesopotamia. Beberapa diantaranya seperti Raja Alulim yang memerintah 28.800 tahun dan Raja Alalgar yang berkuasa 36.000 tahun! Bagaimana bisa?!</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tentu saja jika kita menuntut Teori Charles Darwin menjelaskan ini semua hanya akan meninggalkan perdebatan tidak berujung. Lain halnya jika kita melihat dari perspektif diluar lingkaran Sains Modern yaitu dalam catatan Buddha. Di dalam Aganna Sutta dijelaskan bahwa makhluk-makhluk berasal dari cahaya yang kemudian berevolusi menjadi manusia padat seperti sekarang.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Makhluk-makhluk berevolusi bergantung pada karakteristik berdasarkan kualitas moralitas serta perkembangan batinnya. Hal ini juga di dukung dengan penjelasan lebih rinci tentang awal mula terbentuknya sistem kasta, sistem pemerintahan, peradaban manusia yang tercatat dalam Cakkavatti Sihanada Sutta. Buddha menyebutkan siklus dari Zaman Emas yang secara perlahan-lahan turun ke Zaman Besi. Yang setelah penurunan siklus itu akan mengalami interval perang dan fase kritis yang sering dikaitkan dengan Kiamat atau Akhir Zaman sebelum kembali meningkat secara perlahan-lahan menuju Zaman Emas. Siklus yang dijelaskan Buddha bisa dianalogikan secara visual seperti halnya Gelombang Transversal.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Buddha menyebutkan bahwa usia manusia mengalami degradasi atau penurunan secara bertahap akibat dari kualitas kolektif moralitas manusia. Di Zaman Emas, usia rata-rata manusia bisa mencapai 100.000 tahun sedangkan di Zaman Besi pada fase kritis usia rata-rata manusia adalah 10 tahun. Hal ini juga didukung oleh Ajaran kuno lainnya yaitu Ajaran Atman atau Veda yang menjelaskan perihal 4 Yuga atau 4 periode zaman. Dengan segala teknologi yang kita punya, kita anggap sebagai kemajuan peradaban. Padahal justru saat ini kita mengalami kemunduran yang sangat parah jika dibandingkan di masa silam.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Belum lagi perihal UFO. Di dalam text Buddha dan Veda, piring terbang semacam UFO adalah pemandangan biasa yang bisa kita lihat. Namanya Vimana. Itu merupakan kendaraan sekaligus Istana bagi makhluk yang lebih maju dari kita. Manusia menyebut mereka Dewa. Akar kata Dewa adalah Dev atau Dyew yang artinya makhluk bercahaya. Di suatu masa di Zaman Emas, manusia dan makhluk-makhluk lain yang saat ini kita sebut Gaib hidup berdampingan. Dan itu semua dijelaskan secara rinci di dalam text Buddha dan Veda. Yang pembuktiannya hanya melalui Pengetahuan Batin atau Abinna.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jika tukang mikir masih bingung dan kurang jelas atau mungkin kalian masih shock mendengar ini semua, silahkan baca tulisan Pikiranologi mengenai Teori Evolusi Modern, UFO dan Alien. Semoga tercerahkan.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-48637618614206090712024-01-24T17:00:00.003+07:002024-01-24T17:00:00.170+07:00Tahun Baru Benarkah Tahun Baru?<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwAksvIOqIIF8OKVTSRNp3fmaqGxvUO-XGpvE2LXrNFLHAgTcXKNMVesKMlKnHuTM-scBYTwL9PbKNiKyX3I3JlWsNe3ahe3gTfPvE3DtSTnc6nYv9bZvAypuZ0m5xvf4f4nDvFi2fWmrMkFlDt3Re7kbx4tVR2YMZ77zjWmHJd85SZ1ztN_rE_hLITcfk/s1350/Pikiranologi%20-%20Tahun%20Baru.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwAksvIOqIIF8OKVTSRNp3fmaqGxvUO-XGpvE2LXrNFLHAgTcXKNMVesKMlKnHuTM-scBYTwL9PbKNiKyX3I3JlWsNe3ahe3gTfPvE3DtSTnc6nYv9bZvAypuZ0m5xvf4f4nDvFi2fWmrMkFlDt3Re7kbx4tVR2YMZ77zjWmHJd85SZ1ztN_rE_hLITcfk/s320/Pikiranologi%20-%20Tahun%20Baru.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tahun Baru Gregorian</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selama beberapa waktu tidak membagikan informasi apapun kepada para Tukang Mikir diluar sana akibat dari munculnya perasaan putus harapan menghadapi fakta bahwa mata manusia di dalam peradaban modern saat ini terutama manusia di negeri bernama Indonesia masih tertutup kabut tebal pengetahuan akhirnya saya memilih berdiam dalam perenungan untuk sementara alias tidak upload apapun hehe.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sampai tibalah waktu yang disebut Tahun Baru dan pergantian tahun yang melalui kesepakatan umum terjadi di tanggal 31 Desember ke 1 Januari. Adakah yang bertanya, pergantian tahun di momen ini benarkah demikian? Kenapa seluruh dunia merayakan pergantian tahun dengan pesta pora dan membuang-buang uang demi kembang api dan dekorasi meriah di akhir Bulan Desember dan menyambut awal Januari? Apa yang benar-benar mereka sambut? Apa yang membuat pergantian tahun menjadi berbeda? Apakah orang di tahun sebelumnya akan berbeda di tahun berikutnya?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Perlu disadari bahwa kalender pergantian tahun yang kita gunakan saat ini merupakan kalender yang digunakan oleh bangsa Roma yang disebut sebagai kalender Gregorian. Kalender Gregorian merupakan kalender revisi dari kalender Julian. Karena kekuasaan Roma, Julius Caesar mengganti sistem kalender pada tahun 45 Sebelum Masehi dengan menetapkan tanggal 1 Januari sebagai Tahun Baru.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pertanyaannya : apakah kalender ini sangat akurat sehingga dipercaya oleh seluruh manusia di muka bumi sebagai momentum pergantian tahun? Tukang Mikir harus ingat kalau semua kebudayaan modern yang kita anggap sebagai kebenaran kolektif merupakan hasil dari produk kebudayaan Romawi termasuk soal perhitungan kalender Gregorian yang berdasarkan perputaran Bumi mengelilingi Matahari. Akan tetapi, jauh sebelum kalender Gregorian dipatenkan menjadi kebenaran hakiki peradaban manusia modern, di setiap wilayah memiliki kalender yang berbeda-beda. Tentunya tergantung dari selesainya 1 putaran Matahari.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Misalnya wilayah-wilayah bagian Utara yang memiliki 4 musim selalu merayakan Tahun Baru saat Bumi memasuki Musim Semi meninggalkan Musim Dingin ditandai dengan Rasi Bintang Aries. Biasanya terjadi di sekitar tanggal 21-25 Maret saat Musim Semi dimulai. Orang-orang dengan kebudayaan tersebut kemudian merayakan Kelahiran Kembali karena anggapan bahwa Musim Dingin adalah masa dimana semua makhluk harus beristrahat dan harus menghadapi ‘kematian’ sehingga mereka menyambut Tahun Baru dengan perayaan seolah-olah Bumi Telah Lahir Kembali. Nevruz di Turki, Navruz di Uzbekistan, Nowruz di Persia yang telah dirayakan ribuan tahun sebagai budaya Zoroaster untuk menyambut hari baru setelah Matahari berkelana berputar mengelilingi Bhumandala atau Benua Manusia. Sedangkan di China merayakan Tahun Baru mengikuti dari Kalender Bulan dan Musim Semi dimulai pada pertengahan Januari-Februari.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lain wilayah maka lain pula perayaan Tahun Baru. Misalnya di peradaban kuno India merayakan Tahun Baru setelah masa panen pada Musim Panas berakhir dirayakan di Bulan Kartika atau Kathina atau sekitar bulan Oktober-November menurut Kalender Gregorian dengan perayaan yang disebut Diwali. Sedangkan di kebudayaan kuno Mesoamerika misalnya Suku Maya memiliki Tahun Baru yang dirayakan diantara tanggal pertengahan Juli dan awal Agustus.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat fakta dan bukti-bukti di depan mata kita semua bahwa Perayaan Tahun Baru pada dasarnya adalah sebuah kebudayaan yang dibangun oleh manusia untuk menyambut perubahan Musim, karena perubahan Musim merupakan simbol dari perubahan manusia sendiri. Ingat konsep Macro-cosmos dan Micro-cosmos bahwa pada dasarnya semua hal yang ada di alam semesta merupakan hasil ekspresi dari tubuh makhluk itu sendiri. Lantas untuk apa kita menghabiskan energi pada perayaan Tahun Baru dalam Kalender Gregorian? Apa yang sedang kita rayakan?</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau Musim di negara bagian utara saja masih Musim Dingin dan di berbagai negara lain siklus masih belum ‘lahir kembali’ karena memang bukan waktu yang tepat merayakan Tahun Baru di akhir Desember melainkan tergantung pada waktu dimana Musim berganti. Setiap wilayah memiliki waktu yang berbeda untuk memasuki musim yang baru. Tahun Baru pada akhirnya akan terjadi berbeda-beda waktu tergantung dimana wilayah tersebut memaknai perubahan Musim akibat perputaran Matahari dan Bulan. Karena makna sejati dari pergantian Tahun bukanlah menutup Akhir Desember dan membuka Awal Januari, tetapi perubahan musim agar manusia kembali mengulang lagi siklus untuk bertahan hidup.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-60362604080743836572024-01-23T17:00:00.001+07:002024-01-23T17:00:00.151+07:007 Hari, Rahu-Ketu dan Vedanga Jyotisha<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2igy4pB61GlmlKjmIFCM08MDLyse9JWyU9uwNI_fkfOoFDzPXL1aGY36xD5usMA8-SfO_LNqts8ZvEF6jCDowBqDOg51wgbjj0BOaix5VYhV6vw98YWZHnBLxi7AEuyukvQOX-1qnd15VSXC2AWo-OcXBzkZMefoPLVjzW8s9dPyT_WRrNjqWKyDcYMl/s1350/Pikiranologi%20-%207%20Hari,%20Rahu-Ketu%20dan%20Vedanga%20Jyotisha.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2igy4pB61GlmlKjmIFCM08MDLyse9JWyU9uwNI_fkfOoFDzPXL1aGY36xD5usMA8-SfO_LNqts8ZvEF6jCDowBqDOg51wgbjj0BOaix5VYhV6vw98YWZHnBLxi7AEuyukvQOX-1qnd15VSXC2AWo-OcXBzkZMefoPLVjzW8s9dPyT_WRrNjqWKyDcYMl/s320/Pikiranologi%20-%207%20Hari,%20Rahu-Ketu%20dan%20Vedanga%20Jyotisha.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Simbol 7 Planet Dalam Tubuh Kosmik</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Adakah yang pernah bertanya kenapa ada 7 hari dalam kalender? Tahu enggak sih kalau 7 hari tersebut merupakan representasi dari 7 planet?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalender yang kita gunakan saat ini bernama Kalender Gregorian yang merupakan kalender revisi dari kalender Julian. Kenapa kita menggunakan kalender Gregorian? Ya tentu saja karena pengaruh invasi Romawi di seluruh dunia sampai detik ini masih sangat kuat. Semua hal di peradaban manusia saat ini merupakan warisan dari Romawi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lantas bagaimana orang menghitung hari sebelum era Romawi? Tentu ada banyak cara. Disetiap kebudayaan memiliki cara yang berbeda. Ada yang menggunakan Fase Bulan, ada yang menggunakan pergerakan Matahari dan Bulan, ada yang menggunakan benda-benda langit lainnya yang kita sebut sebagai planet di dalam satu keluarga semesta.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bicara soal planet, penting untuk diketahui bahwa secara terminologi planet memiliki banyak arti dan secara sains modern baru disahkan pada tahun 2006 oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU) sebagai benda langit yang mengelilingi matahari dan memiliki gravitasinya sendiri.<span class="Apple-converted-space"> </span></span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Meskipun faktanya dari banyak budaya kuno tidak pernah memasukkan Bumi sebagai planet melainkan pusat dari semesta dimana planet-planet berputar mengelilinginya. Sebelum Abad Pencerahan, semua budaya mengenal 7 planet atau benda langit yang berputar mengitari Bhumi atau Tanah Manusia yang secara berurutan yaitu Matahari, Bulan, Mars, Merkurius, Jupiter, Venus, dan Saturnus.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dengan mengadopsi bahasa Germanic kuno dan Mitologi Norse atau Skandinavia, 7 planet tersebut menjadi nama hari yaitu Sunday atau hari untuk dewa matahari, Monday atau hari untuk dewa bulan, Tuesday hari untuk dewa Tyr atau dewa perang Mars, Wednesday hari untuk dewa Odin, Thursday hari untuk dewa Thor atau Jupiter, Friday hari untuk dewi Freya atau dewi Venus, Saturday merupakan hari terakhir representasi dari dewa kematian yaitu Saturn atau Kronos.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di hari Sabtu juga dikenal sebagai Hari Shabbat atau hari terakhir dari kalender kuno. Yang kemudian akan diawali lagi oleh kedatangan Matahari sebagai juru selamat dari kematian. Maka itu di berbagai budaya kuno selalu memulai hari pada hari Minggu dan berakhir di hari Sabtu yang sebenarnya representasi dari kondisi manusia sendiri dan 7 cakra yang dimilikinya. Bahwa kelahiran dan kematian merupakan sebuah siklus yang tidak bisa dihindarkan selama makhluk hidup di dalam samsara atau siklus berulang kelahiran-kematian.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ironisnya pengetahuan mengenai Astronomi dan Astrologi ini kemudian berubah menjadi klenik dan dianggap sesat dengan menyebut bahwa para penganut paganisme adalah penyembah berhala. Kita sendiri juga enggak sadar bahwa pada dasarnya kitapun penyembah berhala. Kita mengadopsi kalender kuno tanpa tahu darimana mereka berasal, kita menyebut bahwa era kita saat ini berada di puncak peradaban manusia. Yang padahal jelas-jelas kita banyak mengadopsi budaya kuno pagan dan kita anggap ini adalah kemajuan dan puncak peradaban! haha</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selain 7 planet tersebut, Vedanga Jyotisha atau text kuno Astronomi dan Astrologi Veda menyebutkan kalau bayangan Bulan yaitu Rahu dan Ketu adalah penyebab terjadinya Gerhana dan Fase Bulan. Ini mungkin yang terus dipertanyakan oleh para Tukang Mikir, jika Bumi bukanlah planet melainkan pusat semesta, bagaimana proses terjadinya Gerhana? Sekarang tukang mikir sadar gak kalau Fase Bulan itu selalu terjadi sama setiap bulannya yaitu berlangsung 7 atau 8 hari dalam satu fase ke fase yang berikutnya? Semua ini dikarenakan adanya bayangan gelap Bulan yaitu Rahu dan bayangan terang Bulan yaitu Ketu.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu bagaimana ini bisa dijelaskan secara ilmiah? Kalau tukang mikir sudah memahami video-video Pikiranologi pasti paham betul bahwa dunia materi yang kita kenal ini bukan hanya dunia fisik 3 dimensi melainkan interdimensional. Jadi bagaimana kita memaksakan hal yang interdimensional untuk dipahami ke dalam ruang 3 dimensi?</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tentu tidak bisa! Point of view atau persepsi makhluk-makhluk yang berbeda dalam setiap dimensi yang menyebabkan kita tidak akan mungkin pernah bisa menerjemahkan semua fenomena yang kita lihat dengan mata indria karena ada banyak fenomena yang tentunya berhubungan dengan dimensi lain. Seperti halnya Rahu dan Ketu yang bukanlah berupa planet dalam fisik 3 dimensi melainkan berkaitan dengan dimensi lain.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lantas bagaimana kita memahami dan mengetahui kalau Rahu dan Ketu penyebab terjadinya Gerhana dan kita bisa mengetahui alasan Fase Bulan selalu tetap sejak kemunculan Bulan dalam keluarga semesta? Ya hanya dengan 1 cara dan cara itu bukanlah melalui laboratorium saintis modern melainkan melalui laboratorium kuno bernama meditasi.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pernah mendengar istilah Macrocosmos dan Microcosmos atau As Above So Below? Kalau pernah berarti tukang mikir tahu betul bahwa Alam Semesta Raya kita yang maha luas ini pada dasarnya adalah projeksi dari batin makhluk-makhluk secara kolektif. Jadi untuk mengenal alam semesta beserta isinya bukan dengan roket berbentuk wortel melainkan dengan memasuki misteri kedalaman batin dari diri tukang mikir.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-29463142760515468652024-01-22T17:00:00.001+07:002024-01-22T17:00:00.227+07:00Harta Solomon dan Konflik Tanpa Akhir<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiouw2wg0yVejT_uqxPlw8ku2ibjseZ19vueitGON0Tb0yWD6QzXKX0ufFbn-kl6u1lRRJsyYDY1tEu8V43XpY3xWkIGLYhyphenhyphenipx038tOQcMIlthdHD4uvQevgqRw1YIPx14Yj4se7zqN76EVBCdgbggblP78Bht0ukN-vyyLEgJYwHDLcVIHdyJglCyZTrV/s1350/Harta%20Solomon%20dan%20Konflik%20Tanpa%20Akhir.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiouw2wg0yVejT_uqxPlw8ku2ibjseZ19vueitGON0Tb0yWD6QzXKX0ufFbn-kl6u1lRRJsyYDY1tEu8V43XpY3xWkIGLYhyphenhyphenipx038tOQcMIlthdHD4uvQevgqRw1YIPx14Yj4se7zqN76EVBCdgbggblP78Bht0ukN-vyyLEgJYwHDLcVIHdyJglCyZTrV/s320/Harta%20Solomon%20dan%20Konflik%20Tanpa%20Akhir.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dome of The Rock</td></tr></tbody></table><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selama si Tukang Mikir hibernasi, ternyata berita di media sudah beraneka macam, salah satunya yang paling membuat panas banyak pihak adalah mengenai konflik dua kubu yang seakan tidak pernah selesai. Tahu ya maksudnya?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Banyak yang bilang kalau pertengkaran tersebut adalah konflik atas nama kemanusiaan tapi kenapa kok banyak juga orang-orang yang membela secara membuta atas dasar kesamaan keyakinan? Membawa-bawa atribut agama tertentu dengan dalih saudara seagama. Pertanyaannya kalau tidak seagama apakah bukan saudara padahal katanya kita sama-sama keturunan Adam? Lalu kalau memang ini adalah konflik kemanusiaan kenapa seluruh dunia tidak pernah peduli nasib kemanusiaan di tempat lain? Kelaparan, kemiskinan, perdagangan manusia, ketagihan junk food, mental illness, juga merupakan permasalahan kemanusiaan. Kenapa kalau persoalannya tidak berkaitan pertengkaran dua kubu tersebut seakan menjadi urusan masing-masing bukan persoalan yang seharusnya dibahas terus menerus oleh media massa?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Aneh? Kalau menurut si Tukang Mikir sih aneh. Kalau menurut kalian enggak aneh, silahkan skip tulisan ini.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di video ini Tukang Mikir tidak akan membahas latar belakang sejarah dan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pertengkaran tersebut karena terlalu sensitif. Tahu sendirilah sifat netizen, kalau dikasih tahu referensi hanya bisa meledak karena sumbunya terlalu pendek. Jadi daripada membahas perspektif yang akan membuat banyak netizen jadi penuh kemarahan karena ujung-ujungnya menghubungkan dengan agama, mari kita duduk santai membahas dari hal yang tidak mungkin didiskusikan oleh media massa. Karena ya memang tujuan hadirnya si Tukang Mikir untuk mengajak Tukang Mikir lain berpikir dari banyak perspektif.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Banyak teori yang meskipun tidak begitu populer tetapi berkembang di masyarakat kalau konflik tersebut sebenarnya memperebutkan sumber energi. Pernah mendengar tentang Temple of Solomon yang menurut legenda menyimpan Tabut Perjanjian yang katanya dijaga mati-matian oleh Raja Solomon dan dianggap sebagai Harta. Konon Harta Solomon ini lenyap pada 586SM. Bahkan Ksatria Templar yang merupakan tentara Perang Salib, base camp-nya berada di bekas Temple of Solomon. Apakah Ksatria Templar benar-benar menjadi Tentara Perang Salib? Atau tugas sebenarnya adalah menjaga harta yang disembunyikan tersebut? Makanya kan anggota Ksatria Templar adalah para penjahat dan orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat, jadi ya wajar kalau mereka siap meninggoy karena sudah tidak punya pilihan lagi dalam kehidupannya di masyarakat, termasuk meninggoy demi menjaga rahasia harta tersebut. Atau mungkinkah Perang Salib sendiri sebenarnya hanyalah pengalihan isu dari tujuan utama yaitu memindahkan Harta Solomon ke tempat lain?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hmmm semakin dipikirin semakin seru kan? Hahaha. Karena semua kejadian tersebut seakan bukan terjadi secara kebetulan.<span class="Apple-converted-space"> </span>Atau Tukang Mikir lain mungkin anggap semua ini hanyalah suatu kebetulan? Sama halnya dengan hilangnya Tabut Perjanjian apakah sebuah kebetulan juga? Hilang atau sengaja dihilangkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin berkuasa? Apakah juga suatu kebetulan kalau bekas Temple of Solomon kemudian dibangun ulang dari masa ke masa hingga saat ini berdirilah Dome of The Rock atau kalau diterjemahkan menjadi Kubah Batu. Kenapa menggunakan kata ‘Batu’? Apakah ini ada hubungannya dengan batu-batu yang lain seperti Hajar Aswad yang kalau diterjemahkan menjadi ‘Batu Hitam’. Kenapa harus Batu dan berwarna Hitam? Apakah batu-batu tersebut adalah pecahan dari Rupes Nigra alias Black Rock yang menurut hipotesa si Tukang Mikir adalah Gunung Meru?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Well well well</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Gunung Meru atau Gunung Sineru merupakan sebuah gunung yang disebut-sebut dalam banyak text Buddhist dan Veda semacam tiang pancang semesta yang berdiri kokoh setinggi 84.000 Yojana keatas dan 84.000 Yojana kebawah. Yojana merupakan satuan perhitungan yang berasal dari wilayah Pusat Jambudvipa Kuno yang kita kenal sekarang bernama India, Nepal, dan sekitarnya. 1 Yojana setara 15km. Jadi 84.000 Yojana berarti 1.260.000km!!! Banyak Tukang Mikir yang tertawa bahwa ini hanyalah mitos atau metafora saja. Tapi sayangnya tidak. Menurut text kuno Buddhist dan Veda, Gunung Meru atau Sineru sebesar itu benar-benar ada dan tidak bisa dilihat dengan mata indria saja karena merupakan tempat tinggal bagi makhluk dari dimensi lain yang saat ini mungkin saat ini kita sebut Alien. Namun, nenek moyang kita menyebut mereka adalah Dewa atau Makhluk Bercahaya.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jika Tukang Mikir sudah membaca banyak tulisan Pikiranologi termasuk penjelasan tentang Bumi Interdimensional dan Gunung Meru, Tukang Mikir pasti paham kalau Bhumi atau Tanah bukanlah planet berbentuk bulat solid melainkan merupakan Ruang Interdimensional. Jadi wajar kalau kita tidak bisa melihatnya secara kasat mata karena dibutuhkan pengetahuan yang lebih advance, bukan dengan sains modern sayangnya, melainkan dengan pengetahuan batin bernama Abinna.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selama ini kita mungkin berpikir kalau hal-hal yang diluar nalar manusia atau sesuatu yang tidak kasat mata, merupakan bagian dari sihir. Tapi sayangnya tidak. Sihir sendiri pada dasarnya salah satu bagian dari pengetahuan batin dan bisa dipelajari oleh siapapun. Karena kita semua memiliki material yang sama dengan semesta. Sihir bisa menjadi baik atau buruk bukan karena sihirnya tetapi karena penggunanya. Karena sifat pengetahuan batin adalah netral. Manusia yang memaknai menjadi baik atau buruk. Untuk tujuan keserakahan atau demi kesejahteraan. Semua adalah pilihan kita sendiri. Jangan salahkan ilmu pengetahuannya.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Karena tidak semua orang mampu mengakses pengetahuan batin, maka orang-orang tersebut menyimpulkan bahwa itu ada sihir. Begitu juga ketika manusia melihat kekuatan di dalam suatu material tertentu yang misalnya saja di batu hitam. Kalau memang Batu Hitam bagian dari Harta Solomon yang menjadi penyebab pertengkaran tiada akhir ini benar-benar benda yang memiliki sumber energi, dan batu hitam tersebut adalah pecahan dari Gunung Meru yang merupakan tempat tinggal makhluk dari dimensi lain, maka pada dasarnya pertengkaran ini adalah soal keinginan manusia untuk memiliki kekuatan yang ujungnya adalah hasrat untuk berkuasa atas yang lain.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi wajar jika pertengkaran tersebut tidak akan berakhir karena perangnya sendiri hanyalah pengalihan isu dari tujuan utama yaitu menjadi penguasa atas makhluk lain. Karena mungkin saja kedua kubu sebenarnya dibiayai oleh penguasa yang sama. Pertengkaran tersebut mungkin saja memang sengaja untuk tidak dihentikan dan berlanjut terus menguras energi manusia agar kemanusiaan melupakan tujuan sejati kita lahir ke dunia. Fakta kelam yang luput dari perhatian semua orang yang sedang sibuk mempertahankan ego adalah perang sebenarnya sebuah panen perdagangan organ dan manusia serta transaksi penjualan senjata yang menjadi alat penggerak ekonomi dunia.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-24885938419133638372024-01-21T17:00:00.009+07:002024-01-21T17:00:00.137+07:00Revolusi Ilmiah : Awal Mula Kemunduran Sains?<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0pgwqo1IZPwmQEy3BqT1svn99XMdpROzWgYbk_QS7Vfl1pTDt3RQdxqJjltKLOrPfiib3O6xe26iRBHiwj3hlGvMv7vxihJ2J3krhyphenhyphenbrft4hlKIGRbLuvxg1H5qn3U7Ql5Fw5WtNUudY_ALg1yuBjSd2Sv9kVNBWy2olAx3N9g30mbMFpo-AcPg_avXoh/s1350/Pikiranologi%20-%20Revolusi%20Ilmiah%20%20Awal%20Mula%20Kemunduran%20Sains.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0pgwqo1IZPwmQEy3BqT1svn99XMdpROzWgYbk_QS7Vfl1pTDt3RQdxqJjltKLOrPfiib3O6xe26iRBHiwj3hlGvMv7vxihJ2J3krhyphenhyphenbrft4hlKIGRbLuvxg1H5qn3U7Ql5Fw5WtNUudY_ALg1yuBjSd2Sv9kVNBWy2olAx3N9g30mbMFpo-AcPg_avXoh/s320/Pikiranologi%20-%20Revolusi%20Ilmiah%20%20Awal%20Mula%20Kemunduran%20Sains.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ptolemy vs Copernicus</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Banyak Tukang Mikir yang ribut soal Bumi Datar, Bumi Bulat, Heliosentris, Geosentris. Tunggu-tunggu. Tahu enggak sih kalau 4 hal tersebut berbeda subjek pembahasan?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kebanyakan penganut Teori Bumi Bulat mengasumsikan kalau kita percaya Bumi Bulat maka itu artinya kita percaya Konsep Heliosentris. Enggak ada hubungannya! Tukang mikir tahu enggak sih seorang ahli Geografi, Astronomi dan Astrologi yang hidup di zaman Helenistik di Provinsi Romawi yaitu Aegyptus yang sekarang kita kenal bernama Mesir yaitu Claudius Ptolemy?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ptolemy menerbitkan risalah astronomi yang bernama Almagest. Di risalah tersebut menjelaskan tentang konsep Geosentris tetapi dalam kacamata Bumi Bulat. Ptolemy sendiri bilang bahwa ia tidak terlalu memikirkan bentuk Bumi, mau Bumi Bulat atau Datar itu enggak masalah karena bentuk pada dasarnya adalah hasil persepsi kita dan tergantung darimana kita melihatnya.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam Teori Penglihatan Ptolemy yang memengaruhi ilmu Optik dunia, ia menjelaskan kalau sinar atau fluks yang datang dari mata kita membentuk kerucut, titik puncaknya berada di dalam mata dan alas yang membatasi bidang penglihatan. Sinar itu sensitif dan menyampaikan informasi kembali ke kecerdasan pengamat tentang jarak dan orientasi permukaan. Ukuran dan bentuk ditentukan oleh sudut pandang mata dikombinasikan dengan jarak dan orientasi yang dirasakan. Singkat kata pernyataannya ini merupakan awal mula pemahaman mengenai variasi jarak dan ukuran yang bergantung pada persepsi individu.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi pointnya Bumi mau dilihat sebagai Bulat atau Datar itu enggak masalah yang terpenting bagi Ptolemy ialah fakta Bumi itu adalah pusat dari semesta atau yang dikenal dengan konsep Geosentris. Bahkan Ptolemy bilang membayangkan saja Bumi berputar mengelilingi Matahari merupakan hal konyol. Karena dengan memahami kalau Bumi atau Tanah sebagai pusat dari Semesta akan memudahkan kita mengamati fenomena Astronomi dan Geografi. Jadi sekali lagi untuk semua Tukang Mikir yang menonton video ini, saya berharap jangan lagi memusingkan perdebatan bentuk Bumi Bulat atau Datar. Karena pokok utama permasalahan yang sebenarnya adalah mengenai Heliosentris dan Geosentris.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Namun, konsep Geosentris ini perlahan lenyap setelah Revolusi Ilmiah dimulai sekitar abad ke-14 Masehi dan pengetahuan Ptolemy secara konsisten ditinggalkan. Nicolaus Copernicus yang dianggap pencetus Revolusi Ilmiah, kembali mengadopsi ide Firaun Akhenaten dan gagasan Pytagorarisme tentang Matahari sebagai Pusat dari Semesta dan semua planet mengelilingi Matahari dengan menerbitkan risalah bernama De Revolutionibus Orbium Coelestium (Teori Revolusi Bola Langit). Nama Heliosentris sendiri sebenarnya diambil dari nama Dewa Helios atau Dewa Matahari yang di dalam tradisi pagan seringkali menjadi objek pemujaan utama. Seperti halnya Pythagoras sendiri yang menganggap bahwa seluruh planet haruslah berputar mengelilingi Bola Api.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di fase inilah fase tergelap peradaban manusia dimulai. Kenapa begitu? Karena Revolusi Ilmiah adalah awal mula Sains dan Spiritual dipisahkan demi memenuhi ego segelintir manusia. Aduh kok jadi sedih ya? Gimana enggak sedih kalau ratusan tahun kemudian, kemanusiaan digiring untuk melupakan esensinya. Dan propaganda ini memang sudah by design karena di era inilah kemudian para pelaut Eropa mulai menyebar ke seluruh dunia berkedok pada Gold, Glory dan Gospel yang sebenarnya adalah misi untuk mengubah pandangan dunia dari Geosentris ke Heliosentris.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau kalian perhatikan di semua kebudayaan kuno sebelum kedatangan penjajah Eropa, semua peradaban di seluruh wilayah baik di Asia, Amerika, Afrika, dan wilayah lain yang memiliki corak kehidupan yang berdekatan dengan alam semesta, pasti menerima konsep Geosentris karena memang sesuai dengan fenomena alam yang mereka amati.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dengan dalih bahwa budaya selain budaya Eropa, tidak berkembang, primitif, leluhur yang percaya klenik, pemuja berhala, kita semua dipaksa untuk menerima konsep Heliosentris dengan cara memfokuskan pada propaganda Gold, Glory, dan Gospel. Tanah dan kekayaan alam diambil paksa, kekuasaan pribumi di berbagai wilayah dipaksa ambil oleh penjajah serta memaksakan agama baru menggantikan kepercayaan agama leluhur, sehingga kesengsaraan kita yang menyebabkan kita melupakan misi mereka yang utama adalah cuci otak ilmu pengetahuan kuno.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Revolusi Ilmiah yang kemudian diteruskan melalui Abad Pencerahan merupakan tonggak awal mula kekacauan pengetahuan dalam peradaban manusia. Karena untuk menulis ulang sejarah diperlukan kemenangan dari penguasa. Untuk lebih menguatkan pemahaman mengenai Revolusi Ilmiah dan Abad Pencerahan, Tukang Mikir bisa cek tulisan Pikiranologi. Semoga tercerahkan.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-52655497437240536822024-01-20T17:00:00.003+07:002024-01-20T17:00:00.144+07:00Gunung Meru : Pusat Alam Semesta<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDLPOV37TYuqg1jyzVbPJm-m0n2mCgW6ap2OsRMvTkOovB8dioSCjsGqjSPxysNc9RVmOIEEuyXCvOaF3uzCdrjuf9Tfqi-676uk6LTJVjEKAVoBgDmLsLaGV6L4ieYNP8uyefsFJAn_5uhvabcuq0saQJGl_HkDjvw2V-XRuu2wwksoREzgbS9SHwncJm/s1350/Pikiranologi%20-%20Gunung%20Meru%20Pusat%20Semesta.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDLPOV37TYuqg1jyzVbPJm-m0n2mCgW6ap2OsRMvTkOovB8dioSCjsGqjSPxysNc9RVmOIEEuyXCvOaF3uzCdrjuf9Tfqi-676uk6LTJVjEKAVoBgDmLsLaGV6L4ieYNP8uyefsFJAn_5uhvabcuq0saQJGl_HkDjvw2V-XRuu2wwksoREzgbS9SHwncJm/s320/Pikiranologi%20-%20Gunung%20Meru%20Pusat%20Semesta.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gunung Meru atau Gunung Sineru</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dari beberapa tulisan sebelumnya, saya sering membagikan pengetahuan berdasarkan Ajaran Buddha dan Veda. Ingat ya Ajaran bukan Agama. Dari pembahasan tersebut para tukang mikir bisa menilai kalau antara Ajaran Buddha dan Veda memiliki persamaan dan juga perbedaan terutama dalam hal Kosmologi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Beberapa perbedaannya terlebih dahulu yaitu mengenai lokasi Jambudvipa. Kalau menurut Veda, Jambudvipa adalah Bumi Manusia atau tempat manusia berpijak. Terdapat sekitar 9 Subdivisi wilayah didalam Jambudvipa. Sedangkan menurut Buddha Jambudvipa hanyalah Benua Selatan dari Gunung Meru atau Sineru. Masih ada 3 benua lain yang mengelilingi Gunung Meru.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menurut catatan Buddha, Jambudvipa adalah pulau-pulau yang kita kenal saat ini dengan Nepal, India dan sekitarnya sebagai pusat dari Jambudvipa. Sedangkan 3 benua lain memiliki masa waktu yang berbeda dari kita maka itulah usia kitapun berbeda. Kita penghuni Jambudvipa enggak bisa seenaknya aja ke 3 benua tersebut karena terikat dengan masa waktu usia kita sendiri.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Perbedaan selanjutnya adalah mengenai terbentuknya alam semesta. Menurut Veda karena keterlibatan sosok penguasa pencipta alam semesta dan segala isinya. Hal ini dikarenakan konsep inti dari Ajaran Veda adalah Atman atau Atta atau AKU YANG KEKAL. Jadi meskipun Veda memiliki konsep reinkarnasi, Veda menyebut kalau Diri atau Sosok yang mengalami kelahiran kembali adalah tetap dan hanya berpindah tubuh tetapi misi atau tujuan hidup makhluk tersebut selalu sama.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hal ini berbeda dengan konsep dari Ajaran Buddha yang juga sama-sama mengenal kelahiran kembali. Kelahiran kembali terjadi dikarenakan adanya gabungan unsur kesadaran-kesadaran yang membawa vipaka atau hasil karma pada perbuatan sebelumnya. Buddha juga mengakui adanya Dewa-Dewi dari alam surga dan hal ini tercatat dalam Sutta Pitaka yang menjelaskan banyak pertemuan terjadi antara Buddha dan makhluk-makhluk yang kita sebut Dewa-Dewi. Mereka ada seperti halnya kita sebagai manusia bukan sebagai objek pemujaan atau tempat meminta-minta. Jadi sangat memungkinkan jika perbuatan kita sangat buruk, kita bisa terlahir di alam sengsara atau kalau kita sangat bijaksana dan baik akan membawa kelahiran ke alam dimensi yang lebih tinggi. Konsep Buddha didasarkan pada pencerahan Buddha Gotama saat melihat AKU hanyalah gabungan unsur-unsur saja. Jadi menurut Buddha, TIDAK ADA AKU YANG KEKAL atau yang biasa dikenal dengan konsep Anatta atau TANPA AKU.<span class="Apple-converted-space"> </span></span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ajaran Buddha dan Veda meskipun memiliki beberapa corak perbedaan tertentu tetapi sepakat dalam beberapa hal :</span></p><ol class="ol1"><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pusat dari 1 Alam Semesta adalah Gunung Meru atau Gunung Sineru</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di atas Gunung Meru atau Gunung Sineru adalah tempat tinggal Alam Dimensi Kehidupan yang lebih tinggi seperti Alam Surga dan Alam Brahma.</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Alam Semesta itu tidak terukur luasnya dan tidak akan mungkin bisa hanya diamati oleh mata fisik</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Alam Semesta atau hal-hal yang bersifat materi lainnya eksis karena hasil dari Batin atau Projeksi Mental</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Alam Semesta terbentuk dari proses Menyusut dan Mengembang dalam masa waktu yang tidak terhingga lamanya</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setiap dimensi atau Bhumi atau Ruang di dalam Alam Semesta memiliki masa Waktu yang berbeda tergantung tingkat kualitas kesadaran kolektif makhluk yang tinggal disana.<span class="Apple-converted-space"> </span></span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Karena keterbatasan fisik manusia dan dipengaruhi kualitas batin manusia di era sekarang (menurut Veda saat ini kita di zaman Kali Yuga, menurut Buddha di Kalpa Turun) maka manusia tidak memiliki kemampuan untuk bisa melihat pengetahuan batin yang lebih tinggi.</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Segala benda langit yang berputar di garis edarnya ada keterlibatan makhluk-makhluk yang lebih maju secara pengetahuan yang di dalam pemahaman sekarang adalah makhluk gaib. Mereka menjadi makhluk gaib hanya karena ketidakmampuan kita melihat mereka.</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selain manusia dan hewan ada alam-alam dimensi lain yang terbentuk dari hasil perbuatan kolektif makhluk-makhluk tersebut.</span></li><li class="li1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mengenalkan sistem satuan waktu yang disebut Kalpa atau Kappa</span></li></ol><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi bisa kita simpulkan kalau Ajaran Buddha dan Veda itu seperti satu koin dengan dua wajah atau bisa juga kita analogikan seperti simbol Dewa Janus. Yang keduanya saling mendukung meskipun memandang jalan kearah yang berbeda. Veda berdasarkan konsep Atta sedangkan Buddha berdasarkan konsep Anatta. Karena hal inilah lahir agama Nusantara di masa silam yaitu Ciwa-Buda.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-60927624782844670722024-01-19T17:00:00.003+07:002024-01-19T17:00:00.146+07:00Rupes Nigra : Gunung Hitam Yang Disembunyikan?<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJRnr43tRIxENprGEjyHTfChKNy1osyKndCt8nLf9f54B6LxbhIJ599DvPn3h5hqKoetoJq3EQXntTnwHUIGFG7s7nQFHNxh74X8lOrfnZ4fOGRLPUODb5WLalnZ6zVeR6w_JvKkr-oKrcBz0eJNmGgIMEw_nNYX_0QqTf57Np98NDlzhHwdB_Gjvhysx/s1350/Pikiranologi%20-%20Rupes%20Nigra.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJRnr43tRIxENprGEjyHTfChKNy1osyKndCt8nLf9f54B6LxbhIJ599DvPn3h5hqKoetoJq3EQXntTnwHUIGFG7s7nQFHNxh74X8lOrfnZ4fOGRLPUODb5WLalnZ6zVeR6w_JvKkr-oKrcBz0eJNmGgIMEw_nNYX_0QqTf57Np98NDlzhHwdB_Gjvhysx/s320/Pikiranologi%20-%20Rupes%20Nigra.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta Rupes Nigra oleh Gerardus Mercator</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lupain Terra Infinita, lupain kosmologi Buddha dan Veda, Tukang Mikir mari merapat kita bahas Rupes Nigra!</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau Tukang Mikir melihat peta-peta sebelum tahun 1600-an, ada banyak deskripsi mengenai Gunung Hitam ini.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Rupes Nigra yang di dalam bahasa Latin diartikan menjadi Batu Hitam merupakan sebuah Gunung yang dikenali dari catatan perjalanan kuno sebagai pusat dari magnet Bumi. Seorang ahli kartografi bernama Gerardus Mercator mencoba menggambarkan deskripsi Rupes Nigra berdasarkan tulisan perjalanan berjudul Inventio Fortunata. Menurut dugaan Mercator, Rupes Nigra berlokasi di sekitar Kutub Utara.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hal ini berdasarkan pada fakta bahwa semua jarum kompas sebenarnya menunju ke lokasi ini. Namun demikian Mercator sendiri tidak begitu yakin kalau Rupes Nigra benar-benar berlokasi di Kutub Utara. Ia menduga kalau mungkin saja yang dimaksud Utara sebenarnya dikarenakan semua jarum kompas mengarah ke Batu Hitam tersebut. Bukan berarti harus terletak di Kutub Utara.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mercator membuat peta Rupes Nigra berdasarkan pada buku yang hilang yaitu Inventio Fortunata atau yang diterjemahkan sebagai Penemuan yang Beruntung atau Membuat Keberuntungan yang diperkirakan berasal dari abad ke-14.<span class="Apple-converted-space"> </span>Buku itu berisi deskripsi Kutub Utara sebagai pulau Magnet atau Rupes Nigra yang dikelilingi oleh pusaran air raksasa dan 4 benua.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Buku tersebut dikatakan sebagai sebuah catatan yang ditulis oleh seorang Biarawan Fransiskan (Minorit) abad ke-14 dari Oxford yang melakukan perjalanan ke wilayah Atlantik Utara pada awal tahun 1360-an untuk melakukan bisnis atas nama Raja Inggris Edward III. Biarawan tersebut menggambarkan apa yang dia temukan pada perjalanan pertamanya ke pulau-pulau di luar 54 derajat utara dalam sebuah buku, <i>Inventio Fortunata</i>, yang kemudian dipersembahkan kepada Raja Edward III.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Yang menjadi pertanyaan adalah saat penjelajah Atlantik mencari informasi pada tahun 1490-an, Inventio Fortunata telah hilang, dan hanya diketahui melalui ringkasan dalam teks kedua, Itinerarium <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Itinerarium"><span class="s1" style="color: #dca10d;"><i>,</i></span></a><i> yang</i> ditulis oleh seorang pengelana Brabantian bernama Jacobus Cnoyen (juga dikenal sebagai James Cnoyen atau Jakob van Knoyen).</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dan yang lebih anehnya lagi, pada akhir abad ke-16, bahkan teks Cnoyen pun hilang, jadi sebagian besar yang kita ketahui tentang isi Inventio Fortunata, berdasarkan surat dari Flemish milik Kartografer Gerardus Mercator kepada Astronom Inggris yaitu John Dee pada 20 April 1577 yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Inggris.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ini ada apa? Apakah kebenaran mengenai Rupes Nigra benar-benar disembunyikan? Apakah sejarah manusia akan berubah arah jika semua orang mengetahui kebenaran mengenai Rupes Nigra? Kenapa catatan sepenting itu bisa lenyap begitu saja kalau bukan memang sengaja dihilangkan?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jika memang buku Inventio Fortunata benar-benar menjelaskan deskripsi Gunung Hitam yang merupakan pusat magnet semesta maka mungkinkah ini adalah Gunung yang sama dijelaskan oleh Buddha Gotama sebagai Gunung Sineru dan juga menjadi catatan Veda mengenai Gunung Meru? Kalau memang benar Gunung Meru atau Gunung Sineru sebagai pusat semesta dan semua kompas mengarah ke Gunung Batu Hitam tersebut, mungkinkah ini yang mendasari sekelompok orang mengeksklusifkan diri menjadi kelompok 1% membangun kerajaan bisnis atas nama Perusahaan bernama Blackrock?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau semua dugaan ini benar maka itu artinya ilmu pengetahuan kita sengaja dibuat berantakan semenjak Revolusi Ilmiah yang dimulai sekitar abad ke-14 di masa waktu yang sama ketika Rupes Nigra ini ditemukan dan ditulis pada abad ke-14 juga. Artinya kehancuran pada ilmu pengetahuan memang telah disengaja bagian dari proyek mereka yang ingin berkuasa atas peradaban manusia.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-6130106741657840742024-01-18T17:00:00.006+07:002024-01-18T17:00:00.246+07:00Geografi Purana dan Kosmologi Veda<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSDRux4HviczIKeiu7Ehm0LWAhFsvCuRXQSW3OJSXTAwCp5zf45hHtIqt9rBdL3X0I6fMwAcR-NLL7jQgRFg30kYmyYm5lrRbNMtnNnEwRoOl8dYUPB1y20GLXjiC5-rwN9nj0ynNmMDCqlyoDF8sDevvydny0A5d97OLpHEyvdCTV6tI05xRE0KwcVHMg/s1350/Pikiranologi%20-%20Puranic%20Geography.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSDRux4HviczIKeiu7Ehm0LWAhFsvCuRXQSW3OJSXTAwCp5zf45hHtIqt9rBdL3X0I6fMwAcR-NLL7jQgRFg30kYmyYm5lrRbNMtnNnEwRoOl8dYUPB1y20GLXjiC5-rwN9nj0ynNmMDCqlyoDF8sDevvydny0A5d97OLpHEyvdCTV6tI05xRE0KwcVHMg/s320/Pikiranologi%20-%20Puranic%20Geography.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta Bhumandala Kosmologi Veda</td></tr></tbody></table><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di pembahasan Terra Infinita saya mengatakan pentingnya belajar Ajaran Buddha dan Veda terutama yang berkaitan dengan Kosmologi. Ajaran ya Ajaran bukan Agama. Kalau masih banyak yang gagal paham bedanya, nanti kita akan bahas tentang Ajaran vs Agama.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kenapa kita harus mencari informasi dari Ajaran Veda dan Buddha perihal Kosmologi? Karena itu merupakan upaya untuk mencari kebenaran. Prinsip sejati seorang scientist bukan berpuas diri akan penemuannya melainkan terus mengkonfirmasi apakah ilmu yang selama ini ditemukannya sudah menjawab semua pertanyaan di dalam alam pikirannya? Kalau memang belum, tidak ada salahnya bagi seorang scientist untuk terus mencari tahu.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Termasuk ketika mau tidak mau masuk ke dalam ranah yang terkesan akan menghancurkan keyakinan kita. Makanya di video tersebut saya bilang Ajaran BUKAN Agama. Karena bukan ritualnya yang saya tekankan untuk dipelajari melainkan isi dari ajarannya terutama yang berhubungan dengan kosmologi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di pembahasan Terra Infinita, saya memberitahu Kosmologi dari pendekatan Ajaran Buddha, sekarang mari kita lihat dari Ajaran Veda. Tukang Mikir bisa cek Puranic Geography dan juga Vedic Cosmology mengenai informasi ini. Sudah banyak banget kok yang membahas ini. Ingat ya kita hidup di era Internet jadi kalau disuruh cari referensi di internet jangan dikit-dikit dibilang hoax. Karena banyak kok media informasi yang bisa dipertanggung-jawabkan. Tukang mikir aja yang salah lapak kalau dapatnya informasi hoax melulu hahaha.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Seperti halnya di dalam Sutta Buddha, di dalam Puranic Geography milik Veda juga menjelaskan pusat alam semesta adalah Gunung Sineru atau Gunung Meru. Bulan dan Matahari berputar di garis edarnya. Mirip sekali dengan deskripsi Yin dan Yang. Karena pada dasarnya semua hal di dunia materi berdasarkan pada energi positif dan energi negatif. Bukan artinya positif ini baik dan negatif itu jahat. Baik dan Jahat adalah persepsi manusia, sedangkan menurut Alam Semesta tidak pernah bicara Baik dan Jahat melainkan Positif dan Negatif yang saling berhubungan kuat untuk mewujudkan materi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sifat Dualitas di dalam dunia materi adalah penyebab eksistensi semua hal di Alam Semesta. Contoh lainnya adalah manusia atau makhluk lainnya yang muncul karena proses melahirkan dan bertelur dipastikan karena adanya gabungan dua energi Feminin dan Maskulin. Karena semua sifat dualitas inilah maka Bulan dan Matahari merupakan benda langit penyeimbang dari Bhumi atau Tanah itu sendiri. Jadi di era dimana sains dan spiritual tidak dipisahkan pastinya sepakat kalau Bulan dan Matahari yang berputar mengelilingi Bhumi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sedangkan bentuk Bhumi tidak ada yang begitu peduli karena akar kata Bhumi sendiri yang berarti Tanah, maka artinya Bhumi adalah keseluruhan tempat makhluk-makhluk berpijak. Bisa berbentuk bulat kalau kita melakukan perhitungan geometri, bisa jadi datar kalau kita menghitung pergerakan astronomi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sains Modern mengenalkan kita pada konsep Winter Solstice dan Summer Solstice sedangkan dalam Kosmologi Veda ada istilah Uttarayana dan Dakshinayana. Artinya apa? Matahari bergerak secara miring keatas selama setengah tahun dan kemudian kebawah selama setengah tahun berikutnya. Gerakan ini menghasilkan dua efek Bumi yaitu perubahan musim, dan durasi siang dan malam yang bervariasi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Matahari memiliki dua poros yaitu Poros Horizontal di Garis Edar Matahari yang terhubung ke Pusat Alam Semesta atau Gunung Meru dan Poros Diagonal yang terhubung ke Bintang Kutub. Lalu pada setiap jalur, matahari secara bertahap bergerak ke samping masuk dan keluar masing-masing selama 6 bulan. Karena pergerakan lateral inilah terjadi perubahan musim dan titik balik Matahari.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sayangnya akibat keterbatasan jarak pandang mata fisik kita dan kemunduran teknologi pada Sains Modern, kita tidak mampu menerjemahkan ini semua. Manusia memiliki penglihatan Binokular Horizontal maksimum 200 derajat dengan dua mata. Kita mungkin bisa melihat jauh sampai ratusan mil pesawat yang ada di atas kita tetapi jarak lebih dari 200 meter, objek yang kita lihatpun biasanya tampak kabur. Belum lagi karena faktor polusi, mata minus, gedung tinggi dan berbagai objek lainnya yang menganggu mata kita menggunakan fungsinya melihat titik terjauh.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lain halnya jika kita sudah mengaktifkan potensi terdalam dari Mata Dewa atau istilahnya Dibbacakkhu yang fungsinya jauh lebih dahsyat ketimbang informasi mengenai Cakra Ajna. Disebut Mata Dewa karena kemampuannya dalam melihat Alam Semesta dan kehidupan makhluk-makhluk.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Matsya Purana salah satu text kuno Veda menyebut bahwa Planet dan Bintang semuanya melekat pada bintang kutub melalui semacam tali tak terlihat yang disebut Pravaha. Revolusi Bintang Kutub menyebabkan gerak orbit planet dan bintang lain. Ini yang menyebabkan pergerakan rasi bintang. Semua ini bisa kalian pelajari dalam ilmu Astronomi dan Astrologi Veda yang bernama Vedanga Jyotishya. Lho bukannya Astronomi dan Astrologi itu beda? Astronomi itu ilmiah sedangkan Astrologi itu cuma belajar zodiak? Nah itulah akibat dari pemisahan Sains dan Spiritual. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari perbintangan sedangkan Astrologi adalah ilmu tentang perbintangan terhadap psikologis manusia. Jadi kedua ilmu ini sebenarnya tidak terpisahkan.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-35309872157384089212024-01-17T17:00:00.005+07:002024-01-17T17:00:00.131+07:00Kenalan Dengan Akhenaten Si Pemuja Matahari<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhACGu72zAWt-i_YCbAqvND75aJa2CKdBdq2lNebhcUTouZ3ZWISt8sYvYpR_yrDA6xMv0CiVG6l7MwRtl9LVIRp6MpBdpoi8Wwetjop51sw9XuJeV9MQoquB1BqsXCyGMiNiBhqbsBfsCX0e7RHB0P55UwogHnXbzojek9uNErgVw6RLT8ljMyBCyCwPKu/s1350/Pikiranologi%20-%20Kenalan%20Dengan%20Akhenaten%20Si%20Pemuja%20Matahari.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhACGu72zAWt-i_YCbAqvND75aJa2CKdBdq2lNebhcUTouZ3ZWISt8sYvYpR_yrDA6xMv0CiVG6l7MwRtl9LVIRp6MpBdpoi8Wwetjop51sw9XuJeV9MQoquB1BqsXCyGMiNiBhqbsBfsCX0e7RHB0P55UwogHnXbzojek9uNErgVw6RLT8ljMyBCyCwPKu/s320/Pikiranologi%20-%20Kenalan%20Dengan%20Akhenaten%20Si%20Pemuja%20Matahari.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Firaun Akhenaten dan Pemujaan Untuk Aten</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Banyak yang bilang kalau Teori Bumi Datar itu sudah kuno! Yang terbaru adalah Teori Bumi Bulat! Karena pengetahuan itu harus selalu di update jadi kita harus menggantikan Teori Bumi Datar dengan Teori Bumi Bulat!</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pertanyaannya : kata siapa Teori Bumi Bulat itu baru muncul di era modern? Orang-orang yang punya statement begini jelas buta sejarah. Pythagoras yang dikenal karena berbagai penemuan matematika dan ilmiah, adalah penggagas dari Teori Bumi Bulat. Selain dari India, Pythagoras juga diketahui banyak menyerap informasi dari Mesir, Persia, Fenisia, Kaldea, Yahudi, Kelt dan Iberia. Keyakinan akan Matahari sebagai pusat Tata Surya juga dicetuskan oleh Pythagorarisme atau para pengikut Pythagoras pada abad ke 4SM. Meskipun model Heliosentris yang dikembangkan oleh Aristarchus dari Samos, baru diakui sepenuhnya di era Revolusi Ilmiah saat Copernicus menggantikan model Ptolemy.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat sejarahnya kita bisa simpulkan kalau Teori Bumi Bulat sering dikaitkan dengan Konsep Heliosentris atau Matahari sebagai pusat tata surya bukan baru muncul setelah Revolusi Ilmiah di tahun 1500an melainkan sudah ada sejak ribuan tahun silam. Bahkan jika ditarik mundur lebih jauh lagi, pemujaan terhadap Dewa Matahari sudah dilakukan sejak era Firaun Akhenaten.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dikenal sebagai Amenhotep IV, ia adalah Firaun dinasti ke 18 Mesir atau dinasti pada periode kerajaan baru. Ia adalah Firaun yang terkenal karena mengubah sistem agama Mesir menjadi monoteistik atau menyembah kepada satu Tuhan yaitu Dewa Aten alias Dewa Matahari.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Aten sendiri merupakan dewa dalam mitologi mesir yang digambarkan berupa piringan matahari. Aten menjadi satu-satunya dewa bagi pemujaan agama Atenisme yang didirikan oleh Amenhotep IV karena anggapan bahwa Dewa Matahari tersebut sebagai pencipta dan pemberi kehidupan. Ia juga menekankan pemujaan Dewa Ra untuk Aten. Kenapa Amenhotep IV begitu memuja matahari sebagai satu-satunya simbol penguasa semesta sehingga ia memunculkan ide bahwa planet-planet berputar mengelilingi Aten atau matahari?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jika ditarik mundur lebih jauh lagi, pemujaan terhadap matahari sudah di mulai sejak ledakan supervolcano di Danau Toba terjadi 74.000 tahun silam. Wilayah yang kita sebut<span class="Apple-converted-space"> </span>sebagai Danau Toba itu merupakan kaldera purba. Gunung Toba meletus sangat dahsyat puluhan ribu tahun lalu dan mengakibatkan musim dingin yang panjang.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bisa dibayangkan supervolcano ini dahsyat menghancurkan peradaban manusia, melenyapkan peninggalan sejarah, dan menyebabkan debu vulkanik selama puluhan bahkan mungkin ratusan hingga ribuan tahun. Karena kondisi inilah peradaban manusia bergantung pada api sebagai sumber dari keberlangsungan kehidupan manusia. Karena pemujaan manusia terhadap api kemudian muncullah konsep pemujaan terhadap matahari atau sumber utama api dalam jumlah besar. Setelah melewati masa-masa sengsara akibat letusan ini, debu vulkanik berkurang dan matahari kembali tampak bersinar. Kemunculan matahari setelah debu vulkanik yang menutup langit menyebabkan lahirlah ide matahari sebagai juru selamat untuk peradaban manusia. Enggak heran setelah masa-masa suram itu muncul konsep pemujaan pada Dewa Matahari.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-59018465574828873612024-01-16T17:00:00.003+07:002024-01-16T17:00:00.152+07:00Kali Yuga (Zaman Besi Menuju Fase Kritis)<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjugcaEy0nl23QWwdgOvPkgd9997ewGcsIm6zOoD_QzfgP6Kks5Rg8BaKOOt8QTwJJWt7DquIPTBO0CEqBMQvx3Qxo_T6KArt6UuHCnqRxgJellWb1YK7QpE3rL_BvWhm354OBto8dTV24AOBdsKLerdRpfRry3Oz6HzS01OlpLfeF-SdBhMqkALgrjVYGa/s1350/Pikiranologi%20-%20Kali%20Yuga.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjugcaEy0nl23QWwdgOvPkgd9997ewGcsIm6zOoD_QzfgP6Kks5Rg8BaKOOt8QTwJJWt7DquIPTBO0CEqBMQvx3Qxo_T6KArt6UuHCnqRxgJellWb1YK7QpE3rL_BvWhm354OBto8dTV24AOBdsKLerdRpfRry3Oz6HzS01OlpLfeF-SdBhMqkALgrjVYGa/s320/Pikiranologi%20-%20Kali%20Yuga.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dewi Kali</td></tr></tbody></table><br /><p></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ramai berita soal Jepang membuang limbah Nuklir ke laut, saya justru menyoroti dampak lanjutan terhadap permasalahan ini. Seperti halnya ketika si ini nih yang enggak perlu disebut namanya invasi ke peradaban manusia, berujung pada kewajiban si itu biar si ini katanya enggak menyebar kemana-mana. Paham kan maksudnya haha.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Intinya adalah upaya untuk kewajiban regulasi tertentu melalui propaganda. Cara lama warisan dari era kuno Mesir, Babilonia, Assyria, kemudian diadopsi oleh Romawi dan masih diterapkan sampai hari ini bahkan ahli propaganda Nazi yaitu Joseph Goebbels memodifikasi cara propaganda tersebut ke dalam instrumen media massa.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Teknik tersebut diberi nama "<i>Argentum ad nauseam</i>" atau lebih dikenal sebagai teknik <i>Big Lie</i> (kebohongan besar). Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran. Tampaknya sederhana namun mematikan.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ini serupa dengan Dialektik Hegel atau Hegelian Dialectic yang secara singkat yaitu memahami bagaimana ide atau konsep berubah dan berkembang seiring waktu dengan melihat kebalikannya. Contohnya apabila suatu kejadian terjadi maka kita harus melihat siapa yang diuntungkan dari hal tersebut. Karena antara Problem-Reaksi-Solusi adalah satu bagian yang tidak terpisahkan sejak awal.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Begitu juga ketika keributan soal pembuangan limbah nuklir ke laut, banyak orang menyimpulkan kalau ini hanyalah propaganda skenario lanjutan dari kewajiban si itu makanya kenapa banyak negara seakan hanya bisa diam walaupun kata sih protes menolak. Padahal kan dari dulu ada aja negara yang suka buang limbah berbahaya ke laut tapi kenapa kok yang heboh banget berita soal Jepang? Saya sih justru malah kepikiran tentang legalisasi Fake Meat alias daging sintetis.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di Jepang sendiri sekitar 10 tahun silam sudah meneliti bahwa kotoran manusia bisa diubah menjadi daging sintetis. Belum lagi di tahun ini ada berita mengenai daging sintetis yang konon katanya kaya akan protein. Apakah di masa depan makanan laut akan sepenuhnya tercemar lalu hujan asam yang dihasilkan menyebabkan tanaman mati, tanaman mati maka hewan darat pun mati, jika hewan darat mati manusia akan kehilangan rantai makanannya. Ujungnya kita dikasih daging sintetik pasti mau aja dan malah menganggap hal wajar.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat segala drama kehidupan saat ini, pernahkah tukang mikir bertanya-tanya, ada apa dengan dunia ini? Yap dunia yang kita kenal sebenarnya sudah ribuan tahun silam adalah Kali Yuga atau Era Besi menurut perhitungan Veda. Kalau menurut penjelasan Buddha mengenai Kalpa atau satuan waktu tak hingga, kita saat ini ada di Kalpa Turun. Jadi enggak heran kalau segala kejahatan ada di era ini. Semua orang mementingkan harga materi ketimbang harga diri, materi dan kekayaan adalah sumber kebahagiaan. Belum lagi berbagai kejahatan yang menjadi makanan sehari-hari kita.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau pernah mendengar soal 16 Mimpi Raja Kosala, salah satu Raja yang pernah hidup di zaman Buddha Gotama, semua mimpinya sudah terwujud dalam realita saat ini.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Apakah sudah lelah? Jangan lelah dulu, karena era menurun ini belum memasuki fase kritis atau titik terparahnya. Karena meskipun banyak kejahatan dimana-mana, masih ada orang baik dan kemanusiaan masih menyentuh perasaan orang lain ya walaupun tujuannya balik lagi untuk materi misalnya orang bagi-bagi duit tapi di buat konten. Mengambil simpati masyarakat karena itu artinya kemanusiaan masih eksis di dunia ini sekaligus punya nilai materi yang bisa dijual sesuai hasrat orang-orang di era ini.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Apa akhir dari ini semua? Sayangnya tidak ada akhir karena Kali Yuga hanyalah bagian dari siklus sebelum masuk ke Yuga atau Era berikutnya sampai kiamat yang sesungguhnya tiba. Entah kapan, yang pastinya masih lama hingga waktu tak terhingga.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-63279517725019564972024-01-15T17:00:00.005+07:002024-01-15T17:00:00.152+07:00Benarkah Kita Pernah Ke Ruang Angkasa?<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAaUAnUccSTDm4h7OUG0MMEU2DY8lMo5yZGoq4kZvJgc70-Ywb4-k6Pz1TgSlu6xAMbao_1TJjrjJg9cM-tHIx4P0q7kVc2S_mk0WDFxNvwMDpJZ36V32_dIE5GPJGJ8nS4y5DSdLlwqgzvy1i7wuta9zPq8d6_K5PbmKByxcj9WRPrq04JHRo87dPvEpT/s1350/Pikiranologi%20-%20Benarkah%20Kita%20Pernah%20Ke%20Ruang%20Angkasa.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAaUAnUccSTDm4h7OUG0MMEU2DY8lMo5yZGoq4kZvJgc70-Ywb4-k6Pz1TgSlu6xAMbao_1TJjrjJg9cM-tHIx4P0q7kVc2S_mk0WDFxNvwMDpJZ36V32_dIE5GPJGJ8nS4y5DSdLlwqgzvy1i7wuta9zPq8d6_K5PbmKByxcj9WRPrq04JHRo87dPvEpT/s320/Pikiranologi%20-%20Benarkah%20Kita%20Pernah%20Ke%20Ruang%20Angkasa.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Astronot NASA di Ruang Angkasa</td></tr></tbody></table><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ada hal tidak konsisten yang seharusnya dipertanyakan oleh Tukang Mikir. Secara garis besar misi Apollo 9 pada Maret 1969 bertujuan untuk mengecek Modul Perintah dan Layanan (CSM) dan Modul Lunar (LM) sebagai syarat wajib agar Apollo 11 bisa mendarat di Bulan dengan tanpa hambatan. Anggaplah kalau misi Apollo 11 berhasil sukses dan manusia benar-benar menginjakkan kaki di Bulan.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kemudian sebuah pertanyaan muncul saat video Orion : Trial By Fire yang dimana Kelly Smith menjelaskan kalau misi Artemis 1 adalah sebuah misi tanpa awak yang dimana kapsul Orion melintas bolak-balik melewati Sabuk Van Allen. Di dalam misi ini diharapkan bisa membawa dampak baik di masa depan apabila ingin melintasi dengan awak secara aman dan selamat sampai Bumi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ada yang merasa aneh dengan penjelasan ini? Kalau memang manusia pernah menginjakkan kaki di Bulan kenapa juga Orion tidak berani menerjunkan awak seperti Apollo 11? Seharusnya teknologi atau modul pengiriman awak melewati Sabuk Van Allen sudah ada saat Apollo 11 sukses puluhan tahun silam. Kalau memang Orion melintasi ruang angkasa lebih jauh dari misi-misi sebelumnya, apakah itu artinya lokasi Bulan sebenarnya di dalam Atmosfer, jauh lebih dekat ketimbang Sabuk Van Allen?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tentu para Tukang Mikir saat sekolah pernah belajar tentang Atmosfer atau lapisan yang melindungi Bumi. Lapisan tersebut terdiri dari Troposfer yang berisi gas-gas yang diperlukan untuk bernafas dan bertahan hidup, Stratosfer yang berisi Ozon dan area yang bisa dilalui pesawat terbang, Mesosfer tempat dimana meteor terbakar, lalu Thermosfer yang merupakan tempat dimana Garis Karman berada dan pada lapisan ini pula diyakini batas antara ruang angkasa dan atmosfer Bumi. Di lapisan Thermosfer para astronot mengalami keadaan tanpa bobot dan disini pula ISS atau Stasiun Antariksa Internasional mengorbit! Lalu ada lapisan terakhir yaitu Eksosfer yang ketinggiannya sampai hari ini tidak pernah diketahui oleh para astronom.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat susunan Atmosfer, secara teknis garis awal mula ruang angkasa yang paling umum kita tentukan nyatanya masih berada di dalam atmosfer Bumi yaitu di lapisan Thermosfer. Karena sampai detik ini kita masih belum mengetahui ujung Eksosfer dan itu artinya kita belum mengetahui pada titik mana ruang angkasa dimulai!<span class="Apple-converted-space"> </span></span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Para astronom mencoba melakukan pengukuran luas Eksosfer dengan instrumen bernama Solar Wind Anisotropies atau yang disebut dengan SWAN. Awan gas di Eksosfer memantulkan sinar UV Matahari maka tercipta luminositas atau pancaran yang disebut Geocorona. Pengamatan terbaru terhadap Geocorona ini menunjukkan bahwa Eksosfer mungkin meluas hingga 630.000 kilometer dari jarak Bumi. Artinya jarak yang mencakup Bulan terhadap Bumi! Karena menurut Sains Modern jarak Bumi ke Bulan adalah 384.400 kilometer. Jadi penemuan ini membuktikan secara teknis Bulan ternyata ada di dalam Atmosfer Bumi!</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penemuan oleh SWAN ini bukanlah penemuan terbaru melainkan arsip di tahun 90an yang sayangnya tidak menjadi pembahasan menarik secara global.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi jika ilmu pengetahuan belum bisa mengukur Atmosfer secara akurat karena ukuran Eksosfer saja masih terus dalam penelitian, bagaimana mungkin sudah terlalu yakin dengan semua informasi antariksa lainnya seperti Bumi itu Bulat, Matahari pusat Tata Surya, kita pernah melewati Sabuk Van Allen demi menginjak Bulan dan sebagainya?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Yah namanya juga tukang mikir, semua juga dipikirin ya kan??? Kalau tukang mikir yang lain gimana? Ikut mikir atau sibuk menjadikan Sains Modern sebagai berhala? Hahaha inget ya scientist sejati itu yang terus menerus bertanya bukan yang mengandalkan rasa percaya hingga menjadi iman membuta.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-64599192759588871112024-01-14T17:00:00.004+07:002024-01-14T17:00:00.151+07:00Kosmologi Buddha dan Kosmologi Veda Hanyalah Mitologi?<p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Ht19K63VbziTM5cO9qDw7LhtUtwHFq3tm6bGct9ms58TH1dS0TdzYMQFvpxq1ZNHuRg0OKk65Rhy4OQ1iWbE5VsEaRRcqSsu_7dLm_qhRLmVs_-P1K_D6RYhdKCIH0BN08pPFS8wlUlk2hS_fcUhNs0fhkr0naEox-S09M73JPOdKnGPPQH4DSw9OSvM/s1350/Pikiranologi%20-%20Kosmologi%20Buddha%20dan%20Veda%20Hanyalah%20Mitologi.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Ht19K63VbziTM5cO9qDw7LhtUtwHFq3tm6bGct9ms58TH1dS0TdzYMQFvpxq1ZNHuRg0OKk65Rhy4OQ1iWbE5VsEaRRcqSsu_7dLm_qhRLmVs_-P1K_D6RYhdKCIH0BN08pPFS8wlUlk2hS_fcUhNs0fhkr0naEox-S09M73JPOdKnGPPQH4DSw9OSvM/s320/Pikiranologi%20-%20Kosmologi%20Buddha%20dan%20Veda%20Hanyalah%20Mitologi.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dewa Siwa dan Buddha Gotama</td></tr></tbody></table><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam materi Terra Infinita banyak orang gagal paham tentang inti dari pembahasan tersebut. Beberapa poin tuduhan mereka secara garis besar akan saya bahas di dalam pembahasan kali ini.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><b><span style="font-family: inherit;">Tuduhan Pertama : </span><span style="font-family: inherit;">Terra Infinita Adalah Cerita Fiksi!</span></b></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Memang siapa yang bilang itu kisah fakta? Kalau mencermati isi video tersebut para tukang mikir seharusnya memahami bahwa saya tidak pernah menyebut Peta Terra Infinita itu fakta atau benar 100%. Saya hanya mengatakan bahwa peta tersebut adalah pendekatan terbaik secara visual mengenai Alam Semesta di dalam Kosmologi Buddha dan Veda. Jika di awal video saya mengatakan “Terra Infinita Benar” itu hanyalah bertujuan agar semua tukang mikir mau menonton penjelasan video itu sampai habis kemudian merenung. Lalu kalau saya di awal video mengatakan “Bumi itu bukan planet tapi Alam Semesta” jawabannya ada di video berikutnya yaitu tentang Bumi Interdimensional. Saya harap para tukang mikir menonton video tersebut agar mengerti bahwa Pikiranologi tidak pernah memusingkan bentuk bumi. Karena bukan bentuk bumi yang penting melainkan esensi dari pengetahuan yang saya bagikan.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><b><span style="font-family: inherit;">Tuduhan Kedua : </span><span style="font-family: inherit;">Jangan Gunakan Peta Fiksi ke Dalam Metode Ilmiah!</span></b></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sekarang kita harus pahami dulu apa yang disebut metode ilmiah. Secara garis besar metode ilmiah adalah sebuah metode atau cara yang disepakati oleh ilmuwan modern saat ini untuk mengambil pendekatan mengenai substansi objek yang diamati. Metode ilmiah yang kita gunakan saat ini merupakan warisan dari proses panjang sejak revolusi ilmiah. Ada standar-standar tertentu yang digunakan hingga akhirnya memisahkan antara spiritualitas dan sains. Semua hal yang bisa dilihat oleh mata dan indria kita dimasukkan ke dalam ranah sains, sedangkan semua hal yang sifatnya spiritual dan tidak terjelaskan oleh indria kita masuk ke dalam ranah Agama. Kalau kita amati para filsuf dan ilmuwan di masa sebelum Revolusi Ilmiah, mereka adalah ahli Sains dan juga Spiritual. Karena mereka paham bahwa Sains dan Spiritual tidak bisa dipisahkan. Akibat negatif dari pemisahan Sains dan Spiritual adalah keterbatasan pengetahuan manusia dan itu kita rasakan sekarang. Sebagai contoh sederhana adalah kita tidak lagi mampu menciptakan bangunan seperti Candi atau Piramida yang bermuatan Sains dan Spiritual. Sampai detik ini kita hanya sibuk terheran-heran bagaimana nenek moyang kita membangun ini semua? Kebingungan ilmu modern saat ini karena pemisahan sains dan spiritual.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><b><span style="font-family: inherit;">Tuduhan Ketiga : </span><span style="font-family: inherit;">Jangan Gunakan Mitologi Agama Buddha ke Dalam Sains!</span></b></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sains akar katanya dari bahasa latin yaitu Scientia artinya Pengetahuan. Semua hal di dunia ini adalah pengetahuan. Termasuk yang disebut Mitologi. Mitologi merupakan ilmu yang mempelajari kisah-kisah yang diwariskan secara verbal di dalam sebuah masyarakat. Kisah-kisah ini biasanya bersifat spiritual karena ada unsur makhluk-mahkluk selain manusia seperti dewa dewi dan yang kita sebut sebagai makhluk ghaib. (Sebenarnya kalau paham Bumi Interdimensional mereka bukanlah makhluk ghaib.) Nah ada Pengetahuan, ada Ilmu Pengetahuan. Tahu bedanya? Ilmu Pengetahuan adalah Pengetahuan yang dikonstruk ke dalam standart keilmuan saat ini yang pastinya menggunakan sains modern. Apakah jadi artinya hal-hal yang bersifat Mitos tidak bisa menjadi Ilmu Pengetahuan? Tentu saja bisa. Makanya ada banyak jurusan Mitologi di universitas ternama sebut saja Harvard. Kalau memang Mitologi Agama tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah sains, kenapa ada jurusan Teologi? Teologi adalah ilmu yang berusaha menerjemahkan kisah mitologi agama ke dalam metode sains modern. Kalau begitu apakah hanya kisah-kisah dalam agama samawi saja yang dianggap bukan sebuah mitologi? Sedangkan kisah selain agama samawi yaitu agama Buddha dan Hindu misalnya hanyalah sebuah mitologi? Tuduhan ini jelas pengkerdilan sains.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Kesimpulannya</b></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jangan pernah mengkerdilkan sains. Mencoba mengkotak-kotakan sains sama artinya kalian berusaha untuk membuat sains menjadi berhala. Seorang scientist sejati adalah mereka yang menyerap segala informasi seperti layaknya spons kemudian informasi ini dicerna hingga membangun kerangka berpikir yang baru demi mengungkap sebuah kebenaran. Tapi apakah kebenaran semudah itu didapat? Tentu tidak. Kita harus terus menerus mencari tahu tanpa pernah mencoba menghakimi mana yang benar dan salah. Karena benar dan kebenaran itu dua hal yang berbeda. Benar adalah sebuah perspektif dan kebenaran bukan milik siapapun juga karena kebenaran selalu apa adanya.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p><p class="p2" style="font-family: "Helvetica Neue"; font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-size: 13px; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><br /></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-65601580133661416582024-01-13T17:00:00.023+07:002024-01-13T17:00:00.444+07:00Bumi Interdimensional<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigls-VawYB7UB_KT4pxVJ2hFJXOYYGcIoug2cWM3xL4L64R1B8OS6bOjnJJr6X7Bavzz07rHUxoctW-2fo-R3n01xSY6Y0CKufWQtikdYRze23EuGIm2vnwjg3Fp7q_YmnUfaAr9ZjLlpiUawtb2pHlYslhpiqVVyVlxWvV5Sir4V0sUaynHTmAKpVz2jI/s1350/Pikiranologi%20-%20Bumi%20Interdimensional.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigls-VawYB7UB_KT4pxVJ2hFJXOYYGcIoug2cWM3xL4L64R1B8OS6bOjnJJr6X7Bavzz07rHUxoctW-2fo-R3n01xSY6Y0CKufWQtikdYRze23EuGIm2vnwjg3Fp7q_YmnUfaAr9ZjLlpiUawtb2pHlYslhpiqVVyVlxWvV5Sir4V0sUaynHTmAKpVz2jI/s320/Pikiranologi%20-%20Bumi%20Interdimensional.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta Bumi Datar dan Peta Bumi Bulat</td></tr></tbody></table><p class="p1" style="font-family: "Helvetica Neue"; font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-size: 13px; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selama ini kita berpikir bahwa ini adalah Bumi. Bumi disebut sebagai salah satu planet di dalam Tata Surya kita. Wajar saja kalau kita percaya karena sejak lahir dan saat masuk sekolah, kita dijejali informasi demikian.<span class="Apple-converted-space"> </span></span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sebenarnya perdebatan tentang bentuk Bumi bukan hanya terjadi sekarang melainkan sudah ribuan tahun silam. Di era filsuf Yunani kuno, teori Bumi Bulat pertama kali dikemukakan oleh Pythagoras. Ia juga meyakini Bumi Bulat bersama dengan planet-planet lainnya mengelilingi Matahari. Matahari adalah pusat Tata Surya atau yang biasa dikenal dengan konsep Heliosentris.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sedangkan teori Bumi Datar sudah jauh lebih dulu ada. Di beberapa tradisi kuno sebut saja di Skandinavia, Mesir, Babilonia, China, India, Mesoamerika, dan berbagai budaya kuno lainnya memiliki deskripsi tentang Bumi Datar. Sementara seorang filsuf Yunani kuno yaitu Anaximander atau Anaximandros diyakini adalah orang pertama yang membuat peta Bumi Datar. Ia juga membuat prinsip To Apeiron yaitu prinsip tentang asal segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta sebagai unsur-unsur yang berlawanan (panas dan dingin, kering dan basah, gelap dan terang) atau secara sederhana prinsip tentang kondisi dualitas. Karena prinsip inilah kemudian lahir konsep Geosentris atau Bumi sebagai pusat dari tatanan semesta.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat fakta sejarah, enggak heran kalau manusia memang sudah lama meributkan bentuk bumi. Jadi keributan ini bukan karena kita bodoh atau ketinggalan teknologi, melainkan perdebatan tiada akhir ini adalah bukti nyata tidak ada satupun manusia yang benar-benar tahu bentuk bumi.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lho kenapa gitu? Ya karena kalau masih meributkan bentuknya artinya karena kita masih terus mencari tahu. Sedangkan pertanyaan selanjutnya bagaimana kalau ternyata Bumi bukan Bulat atau Datar melainkan Ruang Interdimensional???</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di dalam KBBI kata Bumi berasal dari kosakata Sanskerta yaitu Bhumi yang artinya Tanah. Lebih jauh lagi, Bhumi juga diartikan sebagai tingkat dari realitas, ruang, atau tempat tinggal makhluk. Kalau melihat definisi akar katanya, bisa kita asumsikan bahwa Bumi yang kita anggap sebagai planet merupakan tanah, ruang, tempat atau sebuah realitas makhluk manusia. Dan pertanyaan selanjutnya bagaimana kalau ternyata bukan hanya ada Bhumi Manusia?</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di dalam Abhidhamma ada istilah Bhumibedacitta atau yang bisa diterjemahkan kesadaran berdasarkan tingkatannya. Artinya apa? Suatu ruang, tempat, atau realitas dihasilkan berdasarkan tingkat kualitas dari kesadaran makhluk. Ini artinya energi kolektif makhluk yang setara kualitas batinnya bisa memunculkan suatu realitas. Bhumi dalam pengertian lebih jauh bisa diasumsikan sebagai Alam Dimensi Kehidupan.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ajaran Buddha menyebut dalam 1 Alam Semesta ada 31 Alam Kehidupan atau Bhumi yang terbagi menjadi 11 Kamma Bhumi yang termasuk di dalamnya Surga Bhumi dan Neraka Bhumi serta Manusia Bhumi. Ada juga alam yang lebih tinggi yaitu 16 Rupa Bhumi dan 4 Arupa Bhumi. 31 Alam Kehidupan ini ditunjang oleh Gunung Sineru atau Gunung Meru sebagai pusatnya. Jadi dalam 1 Alam Semesta terdapat 1 Gunung Sineru dan 31 Alam Kehidupan. Sedangkan Alam Semesta sendiri disebut tidak terbatas atau tidak terhingga maka bisa dibayangkan kalau makhluk-makhluk sudah tidak mungkin lagi bisa kita hitung saking banyaknya.<span class="Apple-converted-space"> </span></span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kenapa bentuk menjadi tidak penting? Karena semua hal yang bermateri termasuk tubuh kita, gunung, pohon bahkan alam semesta dan semua hal yang bisa kita amati dengan 5 indria adalah hasil projeksi dari batin kita. Makhluk Manusia bukan hanya memiliki Jasmani atau Rupa, melainkan juga memiliki Faktor Mental dan Kesadaran. Faktor Mental dan Kesadaran keduanya bergabung disebut Batin. Jadi apa yang kalian lihat sebagai satu individu manusia sebenarnya terdiri dari Jasmani dan Batin.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kembali ke Bhumi. Bhumi berdasarkan definisi yang sudah kita bahas, bukan hanya suatu ruang yang eksis di dunia materi, melainkan hasil projeksi secara kolektif dari batin setiap manusia. Jadi jika disebut Interdimensional maka inter artinya berhubungan dan dimensi artinya ruang, interdimensional berarti ruang yang saling berhubungan. Misalnya 11 Kamma Bhumi sebenarnya saling berhubungan secara tata letak namun karena mata fisik kita tidak bisa melihatnya maka kelihatannya mereka tidak ada.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dibutuhkan pengetahuan yang lebih maju untuk melihat eksistensi alam dimensi lain. Bukan dengan roket atau benda fisik lainnya. Karena seperti yang tadi sudah disebutkan bahwa ruang adalah projeksi dari batin makhluk maka satu-satunya cara berkunjung ke dimensi tersebut adalah dengan pengetahuan batin atau yang biasa disebut dengan Abhinna. Kenapa demikian? Karena kita memiliki jasmani yang terikat dengan masa waktu di Bhumi Manusia. Sedangkan bhumi di dimensi lainnya memiliki masa waktu yang berbeda tergantung kualitas kolektif batin di ruang atau Bhumi tersebut.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Misal kita ambil contoh rata-rata usia manusia 50 tahun, sedangkan di alam Surga tingkat paling rendah, 1 hari setara dengan 50 tahun usia manusia. Jadi 10 hari di alam Surga tingkat paling rendah setara dengan 500 tahun alam manusia. Karena perbedaan masa waktu inilah sangat mustahil untuk pergi ke realitas atau ruang selain Bhumi Manusia, kecuali dengan pengetahuan batin atau Abhinna. Karena pengetahuan batin ini bisa mengkonversi waktu menjadi setara sesuai persepsi makhluk atau individu yang menggunakan pengetahuan batin atau Abhinna tersebut. Kalau misal masih pusing silahkan pelajari Fisika Kuantum mengenai Waktu dan Ruang.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat pengertian tersebut artinya sangat mustahil manusia bisa ke bulan atau mars dengan roket. Karena roket itu benda fisik. Kecuali roketnya sudah diintegrasikan dengan pengetahuan batin ya seperti yang mungkin pernah terjadi di masa silam. Banyak peninggalan nenek moyang kita yang diluar nalar manusia era sekarang karena bisa saja nenek moyang kita sebenarnya jauh lebih maju ketimbang kita.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi apakah bumi itu bulat atau datar? Bukan keduanya jika kalian melihat keseluruhan Jasmani dan juga Batin. Bhumi bisa kita simpulkan adalah ruang antar dimensi atau interdimensional yang bentuknya tidak begitu penting sebenarnya karena semua tergantung darimana kita memandangnya. Bhumi atau Tanah menjadi datar jika kita injak, lalu menjadi bulat jika kita melakukan perhitungan 3 dimensi. Bentuk Bumi bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan terus menerus menghabiskan energi kita, karena pada dasarnya gambaran bentuk bumi hanya digunakan untuk memudahkan manusia dalam mengukur kondisi lainnya seperti jarak, pembagian musim, fenomena alam, dsb.</span></p><p class="p2" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Salam Bumi Interdimensional. Salam Pikiranologi.</span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-Pikiranologi-</span></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-89880239230498713162024-01-12T13:43:00.005+07:002024-01-12T14:49:25.711+07:00Terra Infinita Dari Sudut Pandang Anti-Mainstream<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5-nEdH-tiMOzXpyXokR6u7fHVbQMSsn8rBv3XWbWhpmGGxmnEAkXO1OF7ETE_d-_dpM1M6Nh__y5F48T_9ELdfQAlb_BNF6w2Y3G0BiSM88g0C4HH5JCgxsNMQl2q2BAKUYrTIv0FDQ1feDoC8eV1xIxLm0T-y44p6DFgxtxTva27HNLqfrKH3vAbwOe/s1350/Pikiranologi%20-%20Terra%20Infinita.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5-nEdH-tiMOzXpyXokR6u7fHVbQMSsn8rBv3XWbWhpmGGxmnEAkXO1OF7ETE_d-_dpM1M6Nh__y5F48T_9ELdfQAlb_BNF6w2Y3G0BiSM88g0C4HH5JCgxsNMQl2q2BAKUYrTIv0FDQ1feDoC8eV1xIxLm0T-y44p6DFgxtxTva27HNLqfrKH3vAbwOe/s320/Pikiranologi%20-%20Terra%20Infinita.png" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dewa Siwa, Peta Terra Infinita dan Buddha Gotama</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Para tukang mikir pastinya sudah lelah dengan perdebatan Bumi Bulat vs Bumi Datar yang enggak ada titik temunya sama sekali. Mungkin permasalahan utama dari perdebatan ini karena hanya berkutat dengan pendapat masing-masing tanpa mau menambah referensi yang anti mainstream.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satunya dari catatan pengetahuan kuno Ajaran Buddha dan Veda. Ini kapan-kapan kita bahas ya alasan kenapa kita harus membuka diri pada Ajaran Buddha dan Veda, bukan demi membuat kalian para tukang mikir ini pindah agama karena pada dasarnya agama dan ajaran itu dua hal yang berbeda. Tapi karena Ajaran Buddha dan Veda adalah ajaran tertua yang ada di bumi yang masih bertahan hingga detik ini dengan sumber referensi yang melimpah ruah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Termasuk ketika kita membahas Terra Infinita. Kebanyakan orang yang kasih informasi di media sosial, hanya terus membagikan konten tentang misteri peta tersebut tanpa mencoba mengelaborasi dengan pengetahuan kuno. Terra Infinita adalah karya yang ditulis oleh Claudio Nocelli. Beliau sendiri diketahui sebagai orang yang menganut teori kontrasepsi, you know what i mean, gak usah disebut ya. Banyak perdebatan pada buku ini. Para tukang mikir yang sering dilabeli sebagai penganut teori kontrasepsi pun, meyakini kalau tokoh utama dalam Terra Infinita adalah tokoh nyata sedangkan sebagian tukang mikir lainnya menganggap, Terra Infinita hanyalah cerita fiksi belaka yang karyanya sangat imajinatif. Gambaran geografis pada Terra Infinita dianggap hanyalah sebuah teori belaka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebenarnya Teori Relativitas juga masih sebuah Teori tapi kenapa dianggap kebenaran mutlak yang membuat Einstein menerima Noble, sedangkan teori-teori lain yang dianggap berseberangan dengan Sains Modern, bahkan Teori Terra Infinita misalnya, dianggap Teori Kontrasepsi? Hmm ada yang mikir seperti ini juga enggak?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk menyeimbangkan tuduhan Terra Infinita adalah sebuah karya fiksi, mungkin ada baiknya kita mendengarkan dulu penjelasan dari Bhante Nanukkhamsa. Seorang Bhikkhu asal Indonesia yang belajar di Myanmmar dan saat ini aktif mengajar meditasi dan Ajaran Buddha di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><a href="https://www.instagram.com/pikiranologi/reel/CwKb_WPJ_IK/" rel="nofollow" target="_blank">Penjelasan Gunung Meru atau Sineru (KLIK)</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari penjelasan Bhante Nanukkhamsa, bisa kita ambil kesimpulan kalau peta di Terra Infinita adalah gambaran paling mendekati penjelasan dalam Kosmologi Buddhist. Bukan artinya peta pada Terra Infinita sudah pasti 100% benar tetapi selama ini para tukang mikir kekurangan gambaran visual untuk menunjang pemahaman soal Bumi dan Alam Semesta, maka detail yang diberikan Terra Infinita adalah pendekatan terbaik yang kita miliki saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika yang selama ini kita sebut sebagai Planet Bumi, ternyata hanyalah Benua Selatan yang disebut Jambudvipa, untuk ini nanti kita bahas ya, dan pusat alam semesta bukanlah Matahari melainkan Gunung Meru atau kadang disebut Sineru, maka itu artinya sains modern yang kita anggap benar selama ini ternyata, jawab sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apa yang disampaikan oleh Bhante Nanukkhamsa tentunya bukan sebuah kebohongan melainkan sebuah informasi yang sudah diwariskan oleh Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu. Jauh sebelum Jesus dan Nabi Muhammad lahir ke dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelum tercerahkan, Buddha Gotama adalah seorang pangeran bernama Pangeran Siddharta Gotama. Ia adalah anak raja yang pada zamannya sangat berkuasa. Demi mencari kebenaran, ia kabur dari istana meninggalkan anak dan istri serta orang tuanya. Ayahnya sudah memutuskan memberikan tampuk kekuasaan agar Pangeran Siddharta tidak meninggalkan istana, tapi ia tolak. Pangeran Siddharta telah menolak harta, tahta dan bahkan wanitanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lantas jika informasi yang disampaikan oleh Pangeran Siddharta setelah menjadi Buddha mengenai Kosmologi Buddhist ini adalah sebuah kebohongan, untuk apa ia berbohong? Keuntungan apa yang beliau inginkan? Ketenaran? Abadi dalam sejarah? Saya rasa jika ingin abadi dalam sejarah, beliau bisa membuat Piramida atau peninggalan sejarah lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ingat beliau adalah anak raja keturunan Bangsa Sakya, bangsa yang sangat dihormati pada zaman itu. Beliau bisa mengubah peradaban manusia sesuai keinginannya kalau beliau mau tapi yang ditinggalkan beliau adalah informasi sebagai fondasi kita menjalankan kehidupan. Pangeran Siddharta adalah pembuka jalan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang tinggal kembali kepada para tukang mikir yang mendengarkan video ini. Apakah peta Terra Infinita yang secara visual mendekati penjelasan dalam Kosmologi Buddhist ini benar atau salah? Silahkan jawab sendiri melalui kematangan Kesadaran kalian.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">-Pikiranologi-</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-30647173837245794452021-10-01T16:23:00.009+07:002021-10-01T20:59:38.565+07:00Kenalan Dengan Sacred Geometry<p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ0lwz_6lTGyOGRygEPQj2SGEx77u5G6FedniYOlWqFYeZ-neY41f5sIT1MbLC8yYqEeplLTFELi3bde9st97H_UtNZzm0X3bTuMcEGEzjFI2UOoJ1L0o3k1HcYvBBGyRzVQIQ30jlZcYK/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Kenalan+Dengan+Sacred+Geometry.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ0lwz_6lTGyOGRygEPQj2SGEx77u5G6FedniYOlWqFYeZ-neY41f5sIT1MbLC8yYqEeplLTFELi3bde9st97H_UtNZzm0X3bTuMcEGEzjFI2UOoJ1L0o3k1HcYvBBGyRzVQIQ30jlZcYK/s320/Pikiranologi+Polos+-+Kenalan+Dengan+Sacred+Geometry.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tetrahedron dan Duduk Bersila</td></tr></tbody></table><p></p><p style="text-align: justify;">Kalau sampai sejauh ini membaca tulisan blog Pikiranologi atau beberapa penjelasan saya di IG Live, kalian masih tidak bisa membedakan antara Tuhan dan Ketuhanan, Agama dan Ajaran, lalu masih ribut dan merasa bahwa Tuhan kalian yang paling benar, mendingan kalian tinggalkan saja tulisan-tulisan saya ini karena p-e-r-c-u-m-a. Mungkin kalian perlu membangun fondasi literasi yang sangat kuat terlebih dahulu, cari banyak referensi atau bahkan sejenak kosongkan isi doktrin di dalam otak kalian terlebih dahulu agar bisa melihat segala sesuatu lebih jelas. Semua orang yang membaca tulisan ini, saya harapkan sudah dapat mencerna dengan sangat baik perbedaan-perbedaan mendasar kehidupan yaitu Agama dan Ajaran serta Tuhan dan Ketuhanan.</p><p style="text-align: justify;">Oke.</p><p style="text-align: justify;">Tuhan, seperti halnya yang sering saya jelaskan, bisa diterjemahkan melalui banyak cara. Di era kuno dulu sebelum Agama Pagan menjamur sebagai agama terbaik bagi peradaban manusia yang memuja Dewa-Dewi, nenek moyang kita menjelaskan Tuhan sebagai Waktu karena anggapan bahwa Tuhan adalah sebagai sesuatu yang tidak terbayangkan, tidak terukur, tanpa batas seperti Waktu yang tanpa Ruang, ia bebas dan tidak terikat. Lalu memiliki kontra atau lawan dari Waktu adalah Kematian. Sebab hanya melalui Kematian-lah Waktu bisa 'berubah', 'berganti', menjadi atribut baru. Hal ini yang menjadi penyebab setiap makhluk yang mengalami Kelahiran PASTI mengalami Kematian. Sebab Kematian adalah bagian dari ikatan Waktu yang tidak terpisahkan.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/tuhan-singa-waktu-dan-7-hari-menyembah.html" target="_blank">Tuhan Singa-Waktu dan 7 Hari Menyembah Dewa-Dewi</a></h4><h3 style="text-align: justify;">Tuhan Sebagai Arsitek Kehidupan</h3><p style="text-align: justify;">Setelah menerjemahkan Tuhan sebagai Waktu karena nenek moyang tidak mampu membayangkan kekuasaannya yang tanpa batas dan akhir, mereka mulai menerjemahkan bahwa Tuhan sebagai Arsitek atau Desainer terbaik alam semesta. Alasannya cukup sederhana. Karena nenek moyang mengamati setiap detail kehidupan kita yang memiliki bentuk presisi sempurna. Tubuh manusia yang memiliki satu kepala, dua tangan, dan dua kaki seperti bintang laut kalau sedang telentang. Lalu bentuk presisi buah-buahan yang kalau di potong akan menghasilkan bentuk Chiral antara kanan-kirinya seperti halnya kedua mata kita atau kedua tangan kita yang saling bertolak belakang tetapi bersatu sempurna saat saling berhadapan. Bentuk Chiral inilah yang menyebabkan nenek moyang kita menganggap kalau Tuhan itu berupa manusia maka ia adalah arsitek terbaik alam semesta yang memiliki kemampuan luar biasa membentuk segala hal menjadi presisi.</p><p style="text-align: justify;">Maka dari itu, jika kalian lihat simbol Freemasonry adalah jangka dan mereka mengaku sebagai tukang batu, itu bukan karena mereka benar-benar mengaku sebagai kuli bangunan! Saya benar-benar tertawa mendengar argumen lugu dari banyak orang yang merasa paling tahu Teori Konspirasi dengan menyebut bahwa anggota Freemasonry adalah benar-benar bekerja sebagai kuli bangunan haha. Alasan mereka menggunakan jangka dan tukang batu sebagai simbol mereka adalah karena mereka menggunakan Sacred Geometry atau Geometri Sakral sebagai pedoman untuk menciptakan ide, imajinasi, khayalan, ke dalam dunia fisik atau 3D. Singkat kata, mereka mencoba berlaku sebagai Tuhan dalam bentuk kasar atau dalam tubuh manusia.</p><h3 style="text-align: justify;">Apa itu Sacred Geometry?</h3><p style="text-align: justify;">Kali ini saya akan bicara tentang angka-angka. Karena manusia selalu takut melihat angka akibat traumatis di dalam kelas saat sekolah dulu yang entah gurunya tidak mampu mengajar dengan hanya meminta murid-muridnya menghafal rumus-rumus tanpa menjelaskan alasan lahirnya angka-angka tersebut atau alasan lainnya. Buat kalian yang mengalami traumatis terhadap angka, semoga penjelasan saya mengenai Geometri Sakral bisa mengobati rasa trauma kalian.</p><p style="text-align: justify;">Sacred Geometry atau Geometri Sakral adalah sebuah jembatan, cara, metode, yang digunakan sejak zaman kuno dulu sebagai penghubung antara Spiritualitas yang sifatnya abstrak dan ada dalam alam pikiran kita, menjadi mudah dilihat dalam kacamata Sains yang sifatnya konkret atau nyata bisa di sentuh, dirasakan, melalui panca indera kita. Dunia menganggap ilmu Geometri Sakral dimulai sejak era Pythagoras lalu Plato dan kemudian Aristoteles. Namun, tahukah kalian kalau Geometri Sakral tertua justru datangnya dari Lembah Sungai Indus yang namanya Sri Yantra. Peradaban Lembah Sungai Indus diperkirakan sebagai peradaban manusia tertua dan jauh lebih tua dari peradaban Mesopotamia, Mesir, dan peradaban lainnya. Hal ini yang menyebabkan banyak ilmuwan meyakini bahwa Ajaran Kuno Veda (yang pada saat itu belum menjadi Hindu modern) di bawa ke seluruh penjuru dan menjadi fondasi dari banyak ajaran lain. Sebut saja Zoroaster yang merupakan agama Dualitas tertua dunia yang menjadi fondasi agama Abrahamic konon mengadopsi Ajaran Atman (Veda) sebagai fondasi agama di Persia kuno.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/gerakan-new-age-memodifikasi-ajaran.html" target="_blank">Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda atau Buddha?</a></h4><p style="text-align: justify;">Geometri Sakral kemudian melahirkan angka-angka, simbol-simbol, yang tujuan awalnya sederhana yaitu untuk memudahkan manusia memahami skema semesta. Alasan kenapa manusia normalnya memiliki 5 jari di kanan-kiri karena kita memiliki 5 unsur yaitu Api, Air, Tanah, Angin dan Ether. Tanpa salah satu unsur, tidak akan mungkin menjadi makhluk yang bernama manusia. Pengetahuan mengenai Geometri Sakral kemudian diadopsi ke dalam agama-agama manusia. Apapun agama kalian, jika kalian perhatikan dengan seksama kalian pasti akan menemukan angka dan simbol Geometri Sakral. Misalnya dalam proses penciptaan Alam Semesta kenapa Tuhan menciptakan dalam waktu 7 hari dan kenapa menciptakan manusia pada hari ke 6?</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/09/propaganda-simbol-kuno.html" target="_blank">Propaganda Simbol Kuno</a></h4><p style="text-align: justify;">Itu bukan dikarenakan suka-suka Tuhan atau ketidaksengajaan, tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini. 7 hari karena merupakan simbol dari 7 planet yang berada di dalam sistem Geosentris atau Bumi sebagai pusat semesta dengan Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus mengitari Bumi. Sedangkan planet Uranus, Neptunus, Pluto (yang sudah dikeluarkan dalam kategori planet), Nibiru dan planet lainnya yang ditemukan setelah peradaban manusia memasuki Abad Pencerahan, entah benar-benar ada atau hanya fiksi yang tahu hanya para ilmuwan modern. Yang jelas ilmu Astronomi kuno dari Ptolemy terbukti sangat akurat bahkan hingga hari ini. Bahkan Astrologi-Astronomi Vedic Jyotisha yang lahir dari Geometri Sakral Sri Yantra terbukti lebih akurat dalam perhitungan kalender Bulan karena menggunakan posisi bayangan Bulan yaitu Rahu dan Ketu.</p><p style="text-align: justify;">Jika ada yang masih mencibir bahwa peradaban kuno jauh lebih primitif dari peradaban modern saat ini, saya ingin tantang mereka semua bahwa apa yang menyebabkan Peta yang kita gunakan saat ini berbentuk demikian kalau bukan hasil dari Anaxagoras yang sesuai dengan deskripsi Bhisma pada kisah Mahabarata pada bentuk pulau-pulau di tanah Bharata.</p><h3 style="text-align: justify;">Platonic Solids = Merkabah</h3><p style="text-align: justify;">Berbicara tentang Geometri Sakral, maka pikiran umum manusia akan melayang kepada Platonic Solids. Model Geometri Sakral Plato jauh lebih terkenal ketimbang model Sri Yantra. Mungkin karena akibat misionaris Eropa yang menjajah ke seluruh dunia. Meski demikian, harus diakui, model Platonic Solids memang jauh lebih mudah dipahami karena setiap bagiannya di pisah-pisah sehingga kita bisa membayangkan lebih sederhana.</p><p style="text-align: justify;">Terdiri dari 5 bentuk yang mewakili model Platonic Solids yaitu Tetrahedron, Hexahedron, Octahedron, Icosahedron dan Dodecahedron. Saya tidak akan menjelaskan semuanya satu persatu karena sudah sangat amat banyak literatur mengenai hal ini (silahkan investigasi mandiri, jangan hanya mengandalkan tulisan saya saja). Setiap Solids mewakili unsur di dalam diri manusia. Jika disatukan menjadi bentuk yang disebut sebagai Merkabah dalam ajaran Kabbalah (salah satu ajaran dalam agama Yahudi). Merkabah ini adalah bentuk kesatuan dari diri manusia yang dimana kalau kita bisa mengetahui dan menggunakannya dengan maksimal, kita adalah kesatuan dari Tuhan itu sendiri, cipratan Ilahi. Dengan kata lain kita adalah Tuhan.</p><p style="text-align: justify;">Bukan artinya kita menduakan Tuhan. Tuhan bisa saja diartikan menjadi apapun seperti penjabaran saya di atas. Keseluruhan persepsi kita pada Tuhan adalah kesatuan dari Ketuhanan. Tidak heran para bapak bangsa merumuskan Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa BUKAN Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan bisa menjadi apa saja tergantung persepsi manusia tetapi Ketuhanan adalah absolut yang keseluruhan pengertian Tuhan itu adalah Ketuhanan.</p><p style="text-align: justify;">Jadi Platonic Solids adalah metode mengenal diri kita sendiri di dalam dunia 3D atau fisik. Setiap simbol dari solids tersebut juga ditunjang oleh angka-angka ke dalam Numerologi atau ilmu tentang angka yang merupakan bagian dari Geometri Sakral sendiri.</p><h3 style="text-align: justify;">Numerologi</h3><p style="text-align: justify;">Apa yang kalian pikir ketika melihat angka 0-9? Apakah itu hanyalah angka acak yang disusun seperti itu tanpa tujuan, hanya tiba-tiba keinginan nenek moyang kita atau bahkan Tuhan untuk menjadikannya seperti itu? Kalian pasti sangat lugu jika berpikir demikian atau mungkin tidak suka berpikir kritis bertanya pada apapun juga? Setiap angka mewakili kejadian atau peristiwa pada kondisi semesta yang biasa kita sebut saat ini dengan Dimensi. Angka-angka itu memiliki lebih dari makna untuk menghitung gaji bulanan kalian. Angka-angka itu hidup dalam setiap diri manusia.</p><p style="text-align: justify;">Dimulai dari 0 BUKAN artinya KEKOSONGAN. Angka 0 bukanlah angka kosong, ia memiliki nilai atau ia ADA (eksis) tetapi disaat yang sama ia menjadi TIDAK ADA tanpa ditunjang oleh angka lainnya. Begitulah dengan semesta dan isinya, tanpa kondisi yang menunjang dan saling terikat, angka 0 seperti tanpa arti, bebas, tidak dapat di ukur, seperti halnya Waktu tanpa Ruang. Ada dan Tidak Ada.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 1, budaya India kuno mengibaratkan seperti Brahma yang terbangun dari tidur panjangnya dan kemudian menganggap dirinya ADA. Kesadaran Brahma atau Yang Satu atau Yang Esa atau AKU inilah yang menjadi dasar dari angka-angka berikutnya. Penempatan angka 1 sebagai KESATUAN menyebabkan bilangan apapun yang dikalikan 1 maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri. Alasannya karena setiap angka memiliki 1 di dalam dirinya. Seperti halnya manusia yang memiliki sifat Ketuhanan di dalam dirinya karena kita adalah Kesatuan dari YANG ESA.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 2, ketika AKU sadar AKU ADA maka kemudian AKU mulai melakukan ekspansi atau perluasan dalam pengalamannya. Jika AKU ADA tapi ia hanya bergerak ke atas tanpa batas tanpa akhir maka siapa atau apa yang bisa mengakhiri pergerakannya? Maka satu-satunya cara ia harus ke bawah. Jika ia hanya ke kanan tanpa usai tidak akan ada akhir pula maka, ia harus ke kiri untuk memahami lebih jauh tentang eksistensi AKU. Kemudian muncul angka 2 atau yang biasa disebut Dualitas. Hukum Semesta selalu terikat dengan Polaritas, dimana antara kutub Positif dan Negatif bukanlah dua substansi yang berbeda melainkan satu kesatuan dari batang Magnet. Proton dan Elektron bukanlah musuh tetapi satu kesatuan dalam Atom. Satu yang bersifat Dua. Kematian bukan musuh dari Kelahiran tetapi Kesatuan dari Dualitas diri manusia yang ada saat Yang Esa memulai pengalamannya mengenggam AKU sebagai ADA.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 3, AKU menyadari bahwa jika ia hanya bergerak bolak-balik dua kutub saja maka ia tidak menghasilkan pengalaman apapun lagi. Kemudian muncul angka 3 atau Trinitas yang dimana menjadikan diri AKU berwujud di dunia fisik. Kita selalu memiliki Trinitas di dalam diri kita. Mind, Soul dan Body. Vibrasi, Frekuensi, Materi. Ayah, Ibu, Anak. Serta Trinitas lain yang kalian bisa renungkan di dalam agama kalian. Setiap manusia menggenggam Trinitas ini di dunia fisik. Tanpa adanya lapisan-lapisan Trinitas ini, tidak akan mungkin ada manusia di dunia fisik. Maka tidak heran angka 3 dianggap Sakral bagi banyak kebudayaan. Bahkan Nikola Tesla sendiri hanya mau memakai kamar hotel yang memiliki kelipatan angka 3.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 4, merupakan kelanjutan dari AKU yang menyadari bahwa keberadaannya di dunia fisik jika tanpa perenungan lebih jauh hanya akan menjadikannya makhluk tanpa arti. Ia kemudian merangkum keseluruhan pengalaman WAKTU tanpa batas ke dalam dunia RUANG. Angka 4 mewakili 4 arah mata angin yang ada di dalam RUANG atau jalan di dunia fisik. Angka 4 juga yang menjadikan Segitiga di 2 Dimensi menjadi Tetrahedron di 3 Dimensi. Tetrahedron merupakan Platonic Solids yang mewakili unsur Api yang merupakan unsur pertama semesta yang membakar kondisi-kondisi AKU. Tetrahedron juga merupakan alasan Piramida dibangun tampak segitiga kalau dilihat dari depan. Tanpa unsur Api di dalam diri manusia, tidak akan mungkin ada unsur lanjutannya. Sekaligus, unsur inilah unsur terakhir yang harus dipadamkan ketika kita ingin kembali menjadi KESATUAN lalu ke titik 0. Maka dari itu di dalam kitab suci agama modern dijelaskan jika Setan dibuat dari unsur Api dan satu-satunya cara kita kembali kepada Tuhan adalah dengan 'menghancurkan' si Setan. Ini sebenarnya peringatan agar kita mengendalikan unsur Api atau 'Setan' di dalam diri kita yang terus menerus membakar nafsu keserakahan, kebencian, pengabaian terhadap eksistensi intisari kita di dunia.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 5, adalah pengalaman lanjutan dari unsur Api yang kemudian menjadi simbol Maskulin. AKU sadar jika hanya mengikat unsur Api maka pengalaman Kelahiran di dunia fisik tidak akan mungkin ada. Maka kemudian simbol Maskulin yang berupa segitiga sama sisi harus melakukan anti-thesa untuk membuat dirinya ADA di dunia fisik.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 6, adalah angka terpenting dalam proses penciptaan semesta. Angka 6 merupakan anti-thesa dari segitiga yang ujungnya menghadap atas atau simbol Api atau energi Maskulin yang kemudian mengubah diri menjadi ujung yang menghadap bawah yaitu simbol Air atau energi Feminin. Tanpa ada energi Feminin, tidak akan mungkin ada KELAHIRAN AKU. Tidak mengherankan bila perempuan yang merupakan wujud fisik dari energi Feminin satu-satunya yang memiliki atribut rahim yang berguna untuk menyimpan bayi. Angka 6 adalah simbol kesuburan, kelahiran, dan kehidupan. Menjadi angka setan karena proses doktrinisasi Patriaki yang mengambil alih era Matriaki atau era Ibu. Patriaki merasa harus menghancurkan energi Feminin dan menganggapnya persaingan dua energi dan membuktikan dirinya yang lebih superior daripada energi Feminin. Maka ketika kita melihat angka 666 kita langsung berpikir itu adalah angka setan yang padahal itu adalah Trinitas Kelahiran kita (6 untuk Vibrasi, 6 untuk Frekuensi, dan 6 untuk Materi). Jika angka 6 itu angka Setan, kenapa Tuhan menciptakan manusia di hari ke 6 bukan hari ke 5 atau ke 7? Karena nenek moyang kita pada saat itu memahami betul peran energi Feminin dalam menciptakan Trinitas menjadi ADA di dunia fisik. Angka 6 juga merupakan simbol Bintang Daud. Jika kalian amati Bintang Daud terdiri dari dua segitiga yang saling berlawanan arahnya tetapi saling melengkapi. Hal inilah yang melahirkan konsep Chirality dalam dunia Kimia dan romantisme Soul-Mate atau Twin-Flame. Kita mencari-cari 'Belahan Jiwa' atas dasar pemahaman sejak zaman kuno bahwa kita diciptakan oleh dua kekuatan energi yaitu energi Maskulin dan energi Feminin.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 7, atau Fraktalisasi yang merupakan kondisi lanjutan dari proses AKU di dunia fisik. Tanpa ada fraktalisasi maka tidak akan ada kesempurnaan. Tidak heran di banyak budaya kuno angka 7 dianggap angka Ilahi karena 6 yang mewakili proses ditambah 1 yang memproses hal tersebut. Angka 7 menjadi angka 'keramat' di banyak budaya hingga detik ini.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 8, atau Jalan Pembebasan. AKU menyadari bahwa ketika proses KELAHIRAN tiba maka, ia harus pula mengalami KEMATIAN. Lalu AKU 'menciptakan' jalan untuk membuat dirinya kembali ke YANG ABADI atau Titik 0 yaitu kondisi ADA dan TIDAK ADA. Angka 8 di dapat dari dua titik Dualitas yang terus bergerak hingga akhirnya membentuk angka 8. Jadi, apapun agama kalian hanya ada 8 Jalan untuk mencapai Titik 0. Jalan ini mencakup Trinitas kita yaitu Pikiran, Jiwa dan Tubuh Fisik.</p><p style="text-align: justify;">Masuk angka 9, adalah angka tertinggi. 9 merupakan kelipatan 3 atau Trinitas Manusia yang kemudian melewati angka 6 atau Feminin dan kemudian menjadi sempurna dalam angka 9. Jika diurai, angka 9 merupakan terdiri dari Trinitas Pikiran, Trinitas Jiwa, dan Trinitas Fisik. Angka 9 merupakan simbol dari kesempurnaan Trinitas.</p><h3 style="text-align: justify;">Duduk Bersila Sebagai Awal Mula</h3><p style="text-align: justify;">Saya tahu mungkin penjelasan saya membuat kalian pusing, tetapi itulah hidup. Yang kalian pikir pusing dan tidak berguna sebenarnya adalah kode 'rahasia' yang harus kalian pecahkan sendiri jika ingin memahami eksistensi kalian di alam semesta. Cara memecahkan kode itu dengan proses yang sudah sejak ribuan atau bahkan mungkin jutaan tahun silam dilakukan oleh nenek moyang kita di dalam Ajaran-Ajaran Kuno yaitu Meditasi. Meski harus diakui bahwa Buddha menyempurnakan teknik Meditasi karena pada zamannya banyak yang salah menggunakan Meditasi untuk mendapatkan kesaktian dan keserakahan, fakta sejarah menunjukkan Meditasi sudah ada sejak manusia sendiri itu ada, bahkan meski seorang Buddha tidak lahir.</p><p style="text-align: justify;">Manusia bermeditasi dengan duduk bersila merupakan simbol dari Tetrahedron atau simbol dari unsur Api yang berguna untuk mengingatkan kita bahwa semua keberadaan kita di dunia fisik memiliki unsur Api sebagai unsur pertama yang lahir. Dengan kata lain Meditasi bukan hanya milik orang yang beragama Buddha, Hindu, atau lainnya tetapi hak setiap manusia yang ingin mengenal jati dirinya. Meditasi itu melampaui agama dan merupakan latihan untuk mengenal diri. Jika dilakukan dengan pemahaman pada Geometri Sakral maka meditasi akan menghasilkan elastisitas pikiran yang dapat membuat kalian lebih mudah mencerap segala informasi semesta. Jadi, meditasi bukanlah hal klenik atau tanpa arti dengan duduk mengosongkan pikiran atau memunculkan pikiran terus menerus. Tetapi, latihan untuk menyadari bahwasannya kita terdiri dari 5 unsur yang bersatu padu dan lahir karena kondisi-kondisi yang saling menunjang unsur-unsur tersebut.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">Untuk kali ini referensinya bisa kalian cari sendiri dari kosakata-kosakata di tulisan saya ini :)</div><div style="text-align: justify;">Good Luck!</div><p></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-67725480113721009402021-09-11T20:07:00.015+07:002021-09-17T08:56:47.804+07:00Propaganda Simbol Kuno<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt6Ek4lMpzF56KnteeDh1yZ_DlhS0lM-5ppygjbId3laq811wzBIWDHh7XOyc3iNOOCbIMSCTl65cj8MX7lVXY1eGRPe-_bOgxWGGOd9xhQU9UstoUGFPpyTd4LGz8LQAuNk0QVU2vUqcC/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Propaganda+Simbol+Kuno.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt6Ek4lMpzF56KnteeDh1yZ_DlhS0lM-5ppygjbId3laq811wzBIWDHh7XOyc3iNOOCbIMSCTl65cj8MX7lVXY1eGRPe-_bOgxWGGOd9xhQU9UstoUGFPpyTd4LGz8LQAuNk0QVU2vUqcC/w320-h320/Pikiranologi+Polos+-+Propaganda+Simbol+Kuno.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: justify;"><tbody><tr><td class="tr-caption">Kiri-Kanan: All-Seeing Eye, Baphomet, Swastika Nazi</td></tr></tbody></table></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Jika saya katakan bahwa kita adalah makhluk simbol, apakah kalian memahaminya?</span></p><p style="text-align: justify;">Jauh sebelum komunikasi verbal melalui bahasa digunakan, manusia telah menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi. Apakah ada benda-benda yang tidak memiliki simbol? Jawabannya tidak ada. Semua benda memiliki simbolnya masing-masing karena itulah cara paling mudah bagi manusia untuk saling memahami.</p><h3 style="text-align: justify;">Simbol Adalah Kita</h3><div style="text-align: justify;">Di zaman modern saat ini, kita menggunakan rambu merah untuk berhenti, rambu hijau untuk jalan, dan rambu kuning untuk hati-hati. Kalau ada satu pengendara kendaraan bermotor yang tidak mematuhi hal ini, maka sudah pasti ia akan dianggap lalai karena tidak mematuhi simbol yang sudah disepakati untuk ditaati. Lalu saat seseorang melihat bendera pelangi yang digunakan sebagai atribut, secara otomatis pikiran kita akan memutuskan bahwa si pengguna bendera tersebut adalah seorang toleran pada gerakan LGBT. Atau saat kita pergi ke suatu tempat lalu kita melihat ada sebuah stiker bergambar rokok yang dicoret oleh warna merah, sudah pasti artinya Dilarang Merokok.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi, tanpa perlu ada orang yang menjelaskan lebih jauh mengenai makna dibalik simbol atau filosofinya sekalipun, "kenapa simbol A untuk menjelaskan benda 1 dan bukannya simbol B", kita sudah bisa memahami. Kemampuan tersebut merupakan 'bawaan' DNA nenek moyang kita yang dilatih sekali lagi dan sekali lagi kepada generasi berikutnya menjadi sebuah 'doktrin' kebenaran dan tidak perlu ditanyakan lagi, "darimana asalnya simbol itu?", "apakah simbol itu benar-benar mewakili benda tersebut atau tidak?", "kenapa kita menggunakan simbol itu dan bukan simbol yang lain?"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ambil contoh lain misalnya nama yang diberikan orang tua kita saat kita lahir. Seluruh orang di dunia sepakat bahwa nama adalah doa yang diberikan oleh orang tua agar seorang anak menjadi seperti namanya. Pertanyaannya apabila ada seorang gadis yang diberi nama 'Indah' dan kita memanggilnya 'Sinta' apakah ia akan menoleh? Atau jika kalian melihat blog 'Pikiranologi' sudah pasti kalian teringat orang dibaliknya yaitu si 'Arya' bukan si 'Mawar'. Tanpa kita sadar, nama menjadi simbol yang melekat ke dalam pribadi orang tersebut. Seringkali karena mengikat simbol ini terlampau kuat, kita jadi merasa tersinggung apabila ada orang yang dengan sengaja atau tanpa sengaja terdengar seperti 'mengolok-olok' nama kita. Sebab nama kita adalah simbol yang mewakili jati diri kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketimbang bahasa verbal, kekuatan simbol dalam menerjemahkan sebuah benda, aktivitas, atau segala hal yang dilekatkannya lebih berpengaruh kepada pikiran alam bawah sadar kita. Di dunia ini ada berapa banyak bahasa verbal yang dituturkan? Luar biasa banyak! Bahkan di satu negara misalnya sebut saja Indonesia memiliki hampir 700 bahasa daerah. Setiap daerah memiliki bahasa verbal yang hanya dimengerti oleh penduduk di daerah tersebut. Seperti misalnya ketika anak Jakarta menggunakan bahasa Indonesia mungkin saja tidak dapat dipahami oleh anak Sulawesi yang juga menggunakan bahasa Indonesia. Bukan karena bahasa Indonesia versi anak Jakarta jauh lebih benar atau anak Sulawesi yang benar, akan tetapi setiap bahasa verbal bukan hanya mempelajari kosakata, tetapi juga dialek setempat yang tidak mungkin dimengerti oleh orang dari tempat lain. Karena hal inilah bahasa verbal memiliki kekurangan yang lebih besar kalau dibandingkan dengan simbol yang masuk ke dalam bahasa non-verbal.</div><h3 style="text-align: justify;">Simbol Adalah Cara Manusia Menerjemahkan Sebuah Kondisi</h3><p style="text-align: justify;">Jauh sebelum kita mengenal bahasa verbal yang bisa diterjemahkan melalui simbol-simbol huruf (lagi-lagi kalian melihat simbol!) seperti saat kalian membaca tulisan ini, manusia menggunakan simbol-simbol yang lebih sederhana untuk menerjemahkan sebuah kondisi. Misalnya gambar segitiga sama sisi merupakan simbol dari elemen api karena berdasarkan interpretasi bentuk api yang kalau kalian amati adalah bagian ujungnya menghadap atas. Simbol segitiga sama sisi juga digunakan oleh budaya kuno sebagai simbol dari Maskulinitas atau makhluk laki-laki karena mewakili alat kelamin yang lengkap yaitu penis dan buah zakar. Kemudian bagaimana dengan segitiga sama sisi yang ujungnya menghadap bawah? Simbol tersebut merupakan simbol elemen air yang bentuknya serupa dengan air yang menetes dari langit ke tanah. Segitiga yang ujungnya ke bawah ini juga merupakan simbol dari Feminitas karena berdasarkan bentuk dari Rahim dan Ovarium.</p><p style="text-align: justify;">Baru dua simbol yang saya tuliskan mungkin kalian sudah terkejut melihat maknanya, apalagi kalau kalian melihat dan mengamati banyak hal lebih dalam pasti kalian akan sadar bahwa kita hanyalah makhluk yang hidup dalam simbol.</p><p style="text-align: justify;">Ambil contoh lain, ketika agama kita dicela oleh pengikut agama lain, apa tindakan umum yang dilakukan oleh kebanyakan dari kita? Pasti marah, mengamuk, sumpah serapah, dan segala macam kondisi lain yang sebenarnya merugikan kita. Namun, di sisi lain kita pasti tetap 'membela' agama kita hanya karena kita merasa bahwa simbol yang mewakili keyakinan kita disakiti oleh orang lain. Padahal kalau kita amati, orang yang kita anggap sedang menyakiti simbol agama kita tersebut hanya sedang menyakiti simbol dari keyakinan kita bukan ajaran didalamnya. Karena mungkin orang itu tidak memahami makna di balik simbol tersebut, maka ia bertindak demikian.</p><p style="text-align: justify;">Alih-alih memberikan pemahaman mengenai simbol agama yang sedang 'dihina' kepada orang tersebut dengan kesabaran, kita malah sibuk menghujat. Kita lupa bahwa menghujat, menghina, bersikap temperamental, dan sikap-sikap penuh kemarahan lainnya telah disepakati oleh manusia di dunia ini selama ribuan tahun sebagai simbol dari sifat agresif, pemarah, atau kurangnya kecerdasan.</p><p style="text-align: justify;">Jadi pada dasarnya manusia tidak benar-benar membela, memahami, dan mengerti sebuah makna yang ada di dalam sebuah simbol.</p><p style="text-align: justify;">Contoh lainnya, katakanlah kamu melihat dua orang yang ingin meminum kopi. Orang pertama pergi ke warung kopi mahal, memesan nama kopi bahasa asing yang rumit-rumit, demi secangkir gelas mini ia harus menghabiskan uang ratusan ribu, dan disana ia duduk dan mengobrol dengan teman-temannya. Orang kedua pergi ke warung kopi pinggir jalan, memesan kopi tubruk dalam gelas bening murahan dan ia hanya menghabiskan uang lima ribu perak karena ditambah beli sebuah pisang goreng, duduk mengobrol dengan teman-temannya.</p><p style="text-align: justify;">Melihat dua kondisi tersebut, orang mana yang mewakili simbol kemakmuran dan simbol kemelaratan? Kita pasti sepakat bahwa orang pertama adalah orang yang makmur dan orang kedua adalah orang yang melarat. Namun, kita tidak pernah bertanya lebih jauh atau berusaha menyelami kebenarannya karena bisa saja orang pertama adalah seseorang yang baru di PHK 3 bulan lalu dan masih mencari pekerjaan tapi karena ia tidak mau kehilangan harga diri di mata teman-temannya, maka ia 'membeli harga dirinya' melalui secangkir mini kopi di warung kopi bergengsi. Sedangkan orang kedua mungkin saja seorang anak yang baru saja menghabiskan uangnya untuk membeli rumah dalam upaya membalas budi ibunya yang selama bertahun-tahun menjadi seorang janda yang gigih mencari uang untuk membesarkan dirinya.</p><p style="text-align: justify;">Kita tidak terlatih untuk melihat lebih dalam sebuah kebenaran. Kita hanya terlatih untuk melihat simbol, lambang, atau atribut yang mewakili benda yang melekat padanya. Sehingga tanpa kita sadari yang kita anggap benar adalah simbol tersebut bukan makna dibalik simbolnya.</p><h3 style="text-align: justify;">Gerakan Propaganda</h3><p style="text-align: justify;">Sekarang setelah kita memahami cara kerja otak kita melihat simbol, saya ingin mengajak kalian untuk mencari simbol-simbol yang digunakan sebagai propaganda. Namun, mungkin sebelum mencarinya, ada baiknya kita memahami dulu pengertian Propaganda, fungsi dan alasan kenapa legal digunakan meski berbahaya.</p><p style="text-align: justify;">Menurut beberapa ahli yang saya kutip dari <a href="https://dosenpintar.com/propaganda-adalah/" target="_blank">Dosen Pintar</a> propaganda merupakan suatu skema untuk menumpahkan suatu doktrin dan tindakan kepada seseorang atau sekelompok orang yang akan disebarkan melalui beberapa kata-kata, suara, iklan komersial, jenis musik, gambar, dan juga simbol-simbol lain. Dengan kata lain, suatu propaganda digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain berdasarkan tujuan tertentu demi kepentingan kelompok yang menyebarkannya. Jadi, pada dasarnya propaganda bisa bersifat positif atau menguntungkan orang yang dipengaruhinya, bisa juga negatif atau merugikan orang yang dipengaruhinya. Namun dalam banyak kasus, propaganda jelas digunakan demi keuntungan orang yang membuatnya agar orang yang dipengaruhinya memberikan keuntungan tertentu kepada orang yang menciptakan propaganda tersebut.</p><p style="text-align: justify;">Seorang Nazi Jerman bernama Joseph Goebbels pernah berkata (secara garis besar intinya seperti ini) bahwa: "kebohongan yang diulang-ulang maka akan menjadi sebuah kebenaran, bahkan oleh orang yang menyampaikan kebohongan itu." Karena kehebatannya inilah Goebbels dipercaya Hitler menjadi seorang Menteri Propaganda. Proses cuci otak yang dilakukan oleh Nazi Jerman itu hingga detik ini masih melekat kuat di kepala manusia bahkan manusia yang tidak hidup di masa Nazi (seperti saya dan kalian misalnya). Ketika kita menyebut Nazi maka yang muncul di kepala kita pertama kali adalah simbol Swastika.</p><h3 style="text-align: justify;">Mengubah Makna Simbol Kuno</h3><p style="text-align: justify;">Jika kita mengingat sejarah Nazi, maka kepala kita langsung secara otomatis memunculkan gambar simbol Swastika. Itu sama artinya Swastika telah bermakna sebagai Nazi dalam alam bawah sadar kita. Pemaknaan terhadap simbol ini terjadi karena kampanye besar-besaran Nazi melalui bendera atau berbagai poster bergambar Swastika yang disebar melalui media. Pertanyannya, apakah Swastika benar-benar mewakili Nazi?</p><p style="text-align: justify;">Simbol Swastika merupakan simbol kuno yang berasal dari Lembah Sungai Indus kemudian menyebar ke Turki, Yunani, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Tibet, Cina, Jepang, Skandinavia, Jerman hingga Amerika. Simbol ini memiliki arti Swastyastu yang artinya Semoga Dalam Keadaan Baik. Simbol ini jadi digunakan oleh Nazi Jerman karena untuk melengkapi propaganda bahwa Nazi Jerman adalah keturunan bangsa Arya.</p><p style="text-align: justify;">Bangsa Arya dianggap sebagai sebuah bangsa yang datang dari Indo-Iran ke India dan merupakan bangsa atau ras tertinggi dari semua ras. Banyak ahli menyebutkan bahwa Bangsa Arya memiliki kulit putih dan mata biru. Propaganda mengenai ras Arya ini jelas sarat akan kepentingan. Pasalnya jika kita melihat pengertian kata Arya di dalam Veda bukan bermakna sebagai suatu etnis, bangsa atau ras tertentu. Arya adalah sebutan yang diberikan kepada orang-orang terpelajar atau terhormat. Menurut pengertian ini, setiap orang dari bangsa, etnis, atau ras apapun bisa menjadi seorang Arya jika ia memiliki sifat-sifat luhur. Propaganda menempatkan Arya sebagai sebuah bangsa adalah demi kepentingan politik supremasi Nazi melakukan Holocaust kepada Bangsa Yahudi.</p><p style="text-align: justify;">Di dalam bukunya Illuminati: Dunia Dalam Genggaman Perkumpulan Setan, Henry Makow menjelaskan bahwa alasan Adolf Hitler menyebut orang Jerman berasal dari bangsa Arya adalah agar bangsa Yahudi mau kembali ke tanah Israel. Adolf Hitler merupakan boneka dari para Elite 1% penguasa dunia (Rothschild, Rockefeller, dsb) yang bertugas untuk membawa kembali bangsa Yahudi ke tanah Israel. Seperti kita tahu, bangsa Yahudi telah lama meninggalkan Israel dan pergi ke berbagai belahan dunia Eropa. Bangsa Yahudi yang digunakan sebagai alat untuk dibenci oleh seantero dunia oleh kelompok Elite tersebut agar dunia memiliki musuh bersama, diharapkan mau kembali ke tanah Israel demi misi penting para Elite untuk menjadikan Israel sebagai Tanah Harapan. Proyek alat kebencian juga terjadi kepada Islam yang digunakan sebagai 'dalang' terorisme kehancuran WTC pada 11 September 2001 (tepat 20 tahun hari ini) agar dunia memiliki musuh bersama. Hal serupa pernah terjadi ratusan tahun silam ketika kelompok Elite ini ingin memisahkan Spiritualitas dari Sains melalui propaganda 'kebrutalan' pihak Gereja kepada Ilmuwan yang katanya mengungkapkan kebenaran Sains pada masa Abad Pencerahan.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/abad-pencerahan-zaman-pemisah.html" target="_blank">Abad Pencerahan: Zaman Pemisah Spiritualitas dan Sains</a></h4><p style="text-align: justify;">Selain itu ada lagi simbol Baphomet yang dianggap sebagai simbol setan karena mewakili tradisi paganisme milik Ksatria Templar. Selain kepala kambing yang sebenarnya simbol penanda masuknya era Aries, memiliki simbol Pentagram di kepala yang pada dasarnya adalah simbol 5 elemen dalam diri manusia yaitu Api, Air, Tanah, Angin dan Ether (atau juga simbol bentuk tubuh manusia yang kalau terlentang tampak seperti bintang laut), Baphomet juga memiliki simbol tangan serupa 'Peace atau Damai' yang tangan bagian kanan menghadap atas dan tangan bagian kiri menghadap bawah. Simbol ini merupakan simbol 'As Above So Below' dalam ajaran Kabbalah yang bermakna 'apa yang terjadi di luar diri adalah cerminan dari dalam diri' atau berbicara mengenai diri manusia sebagai mikro-kosmos dan alam semesta sebagai makro-kosmos. Simbol tangan ini juga sebenarnya sering kita lihat pada deskripsi Yesus. Lagi-lagi mereka menggunakan simbol ini untuk propaganda agar banyak orang takut pada simbol tersebut.</p><p style="text-align: justify;">Lalu dari semua simbol, yang paling ditakuti oleh banyak orang saat ini yang ketika melihatnya dianggap sebagai pengikut setan adalah simbol Mata Satu diatas Piramida atau simbol All-Seeing Eye (Mata Yang Selalu Melihat) yang sering digunakan di setiap kesempatan sebagai simbol kejahatan, bahkan dalam kisah The Lord Of The Rings untuk menggambarkan Sauron. Para Elite paling suka menggunakan simbol All-Seeing Eye karena pada dasarnya mereka 'melihat kita', 'mereka melihat segalanya', sebab mereka yang 'menciptakan' sistem dunia saat ini. Baik itu sistem ekonomi, pendidikan, media, pemerintahan, dll.</p><p style="text-align: justify;">Simbol All-Seeing Eye pada awalnya merupakan simbol kuno mata ketiga yang dikenal sebagai Cakra Ajna. Setiap manusia memiliki dua mata untuk melihat benda materi dan satu mata di dalam dahi atau di dalam Pineal Gland kita untuk melihat sesuatu yang sifatnya lebih halus, entah itu makhluk dari dimensi lain atau merasakan vibrasi. Saya lebih suka menyebutnya sebagai antena manusia yang berguna untuk menangkap getaran dari frekuensi energi disekitar kita yang melampaui penghakiman mata kita (karena mata biasanya menipu kita dengan keindahan, tetapi radar manusia mampu menangkap getaran frekuensi atau yang kita sebut aura dari benda lain). Jadi mata ketiga sangat berguna untuk keseimbangan kita agar kita tidak menilai berdasarkan ilusi penglihatan kita.</p><p style="text-align: justify;">Sedangkan piramida merupakan simbol dari Elemen Api (yang sudah saya jelaskan di atas) atau dalam tataran lebih kompleks ia adalah Tetrahedron dalam Platonic Solids. Elemen Api adalah elemen pertama yang membentuk manusia. Contohnya, semangat dalam diri seseorang, proses oksidasi (pembakaran) di dalam darah, dan berkontribusi atas emosi yang 'menciptakan' perasaan suka-duka merupakan bagian dari bukti bahwa kita memiliki elemen Api di dalam diri.</p><p style="text-align: justify;">Propaganda pada simbol Mata Satu dan Piramida ini berguna untuk 'menghancurkan' kepercayaan kita pada potensi yang kita miliki agar pada akhirnya kita rela untuk diperbudak oleh kelompok Elite, sekali lagi.</p><p style="text-align: justify;"><b>Kira-kira ada simbol lain yang kalian ketahui?</b></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">Buku</div><div style="text-align: justify;">Makow, Henry. Illuminati: Dunia Dalam Genggaman Perkumpulan Setan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Websites</div><div style="text-align: justify;">https://dosenpintar.com/propaganda-adalah/</div><div style="text-align: justify;">https://hi.umy.ac.id/pengetahuan-apa-itu-propaganda</div><div style="text-align: justify;">https://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Goebbels</div><div style="text-align: justify;">https://id.wikipedia.org/wiki/Swastika</div><div style="text-align: justify;">https://id.wikipedia.org/wiki/Swastika</div><div style="text-align: justify;">https://id.wikipedia.org/wiki/Arya</div><div style="text-align: justify;">https://myvoice.opindia.com/2020/08/the-hoax-of-aryan-invasion-theory/</div><div style="text-align: justify;">https://www.britannica.com/topic/Baphomet</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Baphomet</div><div style="text-align: justify;">https://www.britannica.com/science/Platonic-solid#:~:text=Platonic%20solid%2C%20any%20of%20the,octahedron%2C%20dodecahedron%2C%20and%20icosahedron.</div><div style="text-align: justify;">https://thewordcounter.com/meaning-of-as-above-so-below/#:~:text=As%20above%2C%20so%20below.,-He%20will%20get&text=As%20above%2C%20so%20below%20can,Hermeticism%20and%20the%20Emerald%20Tablet.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><p style="text-align: left;"></p>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-10120423505119023332021-08-13T18:00:00.007+07:002021-08-18T02:11:17.447+07:00Teori Evolusi Modern, Ufo dan Alien<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_xLZEytr6HQJghn9zn8V_VJBJFJCsWUFempSsQFPVIxoMNAp_WlOXyhe28Isu2PQ1JQoMOgJ-x_B1bM-DcHm8-lCv8JtacOFjIxVmzlA2lzX3CbjC2Sl2etfC4GCKp4EL8WeYJ669o7bM/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_xLZEytr6HQJghn9zn8V_VJBJFJCsWUFempSsQFPVIxoMNAp_WlOXyhe28Isu2PQ1JQoMOgJ-x_B1bM-DcHm8-lCv8JtacOFjIxVmzlA2lzX3CbjC2Sl2etfC4GCKp4EL8WeYJ669o7bM/s320/Pikiranologi+Polos+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teori Evolusi, UFO dan Alien</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Membaca-baca informasi tentang Ajaran Kuno, dalam hal ini adalah Purana dan Sutta, membuat saya semakin yakin bahwa pendidikan modern telah mengalami penurunan atau degradasi ilmu pengetahuan yang sangat parah. Mungkin banyak dari kalian yang tidak setuju dengan pernyataan saya karena melihat berbagai proyek ruang angkasa, kemajuan di bidang medis atau temuan ilmuwan modern mengenai kerangka-kerangka 'manusia primitif' yang kemudian dianggap sebagai nenek moyang kita.</p><p style="text-align: justify;">Tapi, saya yang sudah lulus S2 dengan beasiswa di Turki ini, menjamin bahwa pendidikan tinggi saya tidak mampu menjawab segala pertanyaan-pertanyaan rumit yang ada di kepala saya, terutama untuk urusan kosmologi semesta. Bukan karena sedang menyombongkan pendidikan akhir yang saya miliki, namun nyatanya saya ingin mengatakan kepada siapapun yang membaca ini bahwa semakin tinggi pendidikan anda, seharusnya semakin dalam yang anda renungkan dan pertanyakan tentang eksistensi segala hal.</p><p style="text-align: justify;">Benarkah gelar tinggi pendidikan saya memiliki kualitas sesungguhnya dalam memecahkan rahasia semesta? Nyatanya dalam kebanyakan kasus, kita memiliki gelar pendidikan tinggi hanya untuk menaikan harga tenaga kasar kita untuk orang lain, bukan untuk meluaskan paradigma kita di dalam menerjemahkan bahasa alam semesta.</p><h3 style="text-align: justify;">Lingkaran Propaganda Sains Modern</h3><div style="text-align: justify;">Kemerosotan pendidikan manusia di era modern membuat saya mencari-cari '<i>missing link'</i> penyebab awal kita menjadi sekumpulan masyarakat yang terombang-ambing lautan informasi tetapi tak mampu mencerap secara utuh esensi atau hakikat kehidupan. Semua diawali oleh Abad Pencerahan yang justru menjadi penyebab kemanusiaan memasuki masa kegelapan dan buta kebenaran.</div><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/abad-pencerahan-zaman-pemisah.html" target="_blank">Abad Pencerahan: Zaman Pemisah Spiritualitas Dan Sains</a></h4><p style="text-align: justify;">Namun, dari begitu banyak propaganda yang dibangun untuk membentuk masyarakat modern saat ini, puncak pembodohan terjadi saat lahirnya Teori Evolusi Charles Darwin. Kita semua di cuci otak dengan anggapan bahwa kita awalnya adalah sekumpulan monyet yang kemudian berkembang secara perlahan menjadi manusia. Pencucian otak ini dikukuhkan dengan kalimat <i>missing link</i> yang diutarakan oleh banyak ilmuwan modern yang menyatakan bahwa ada satu masa dimana garis evolusi itu terhenti dan mendadak kita bisa menjadi Homo Sapiens Sapiens. Ruang kosong inilah yang kemudian di isi oleh konsep baru yaitu hadirnya Alien yang diyakini ikut campur dalam evolusi manusia.</p><p style="text-align: justify;">Propaganda hadirnya Alien di tengah-tengah kehidupan manusia kemudian di dukung oleh proyek ke Bulan, kedatangan makhluk ruang angkasa yang terbukti dari pesawat terbang berupa piring datar di banyak wilayah, penculikan manusia oleh makhluk lain, dsb. Anggapan bahwa ras monyet primitif yang kemudian 'dibantu' berevolusi dan menjadi manusia inilah yang kemudian diyakini sebagai jawaban dari Teori Evolusi Charles Darwin.</p><p style="text-align: justify;">Untuk menjawab kesesatan ini, ada baiknya kita kembali ke awal mula atau ajaran tertua dalam sejarah peradaban manusia saat ini. Ajaran tersebut adalah Veda yang menyebar di lembah sungai Indus dan juga Buddha yang merupakan ajaran Veda yang telah di reformasi oleh penemunya yaitu Buddha. Lebih jelasnya bisa kalian baca tulisan saya sebelumnya.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/gerakan-new-age-memodifikasi-ajaran.html" target="_blank">Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda Atau Buddha?</a></h4><p style="text-align: justify;">Di dalam Rigveda dan Bhagavad Purana dijelaskan bahwa kehidupan manusia saat ini berada di Kali Yuga atau Zaman Besi. Artinya kita semua sedang mengalami kemunduran moral dan pengetahuan, tidak seperti penjelasan para ilmuwan modern yang menyebut kita sedang berada di puncak pengetahuan. Sebelum Kali Yuga terjadi, zaman manusia telah memasuki masa Satya Yuga atau Zaman Keemasan, Tetra Yuga atau Zaman Perak, Dvapara Yuga atau Zaman Perunggu. Dimana dari semua zaman-zaman tersebut, manusia memiliki pengetahuan dan teknologi yang sangat amat maju jika dibandingkan dengan saat ini.</p><p style="text-align: justify;">Hal ini di dukung oleh pernyataan Buddha dalam Digha Nikaya yaitu Sutta Brahmajala, Agganna, dan Cakkavattisihanada yang menyebut bahwa setelah hidup dalam waktu yang sangat lama di sebuah alam bernama Abhassara, makhluk-makhluk kemudian lahir. Awalnya mereka tidak berupa apapun selain cahaya. Kemudian karena kebodohan batin, keserakahan dan kebencian membuat mereka memiliki bentuk-bentuk. Setelah makhluk-makhluk memiliki bentuk dalam waktu yang sangat lama muncul peradaban manusia dari Zaman Emas ke Zaman Besi dan Fase Turun ke Fase Naik.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbMMYXPbE3iPNPYa6t53jibBG3C1XfwId-F_m7lgiUSSzp51r6KyaUaplsCQGG0N-_IluxLd8Cmj7b5U2RypSmBiAy_nLaeY5IH0saDbaIEcZcb5ppFYE_z55eiDPY6PIEiGMXkPnkYlz0/s1080/Pikiranologi+Awan+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbMMYXPbE3iPNPYa6t53jibBG3C1XfwId-F_m7lgiUSSzp51r6KyaUaplsCQGG0N-_IluxLd8Cmj7b5U2RypSmBiAy_nLaeY5IH0saDbaIEcZcb5ppFYE_z55eiDPY6PIEiGMXkPnkYlz0/s320/Pikiranologi+Awan+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siklus Zaman Versi Veda dan Teori Evolusi Darwin</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;">Fase Turun artinya saat usia manusia secara perlahan-lahan dari 100.000 tahun turun menjadi 10 tahun. Kemudian akan memasuki Fase Kritis dan usia manusia akan perlahan-lahan Naik kembali dari 10 tahun hingga 100.000 tahun. Dari Zaman Emas ke Besi lalu ke Emas lagi. Begitu terus ibarat lingkaran tak berujung. Semakin zaman itu maju maka semakin maju pula pengetahuannya. Artinya pengetahuan di Zaman Emas lebih unggul daripada di Zaman Perak, di Zaman Perak lebih unggul daripada di Zaman Perunggu, di Zaman Perunggu lebih unggul daripada di Zaman Besi.</p><p style="text-align: justify;">Konsep ini tentu sejalan dengan banyak agama pagan dan agama langit mengenai ruh ilahi atau semacamnya. Meski agama-agama modern tidak menjelaskan secara nyata tentang kemajuan teknologi di masa silam, ajaran-ajaran tersebut mengakui pengetahuan yang dimiliki para pendahulu mereka sangatlah maju.</p><p style="text-align: justify;">Dari uraian diatas, baik Purana ataupun Sutta sama-sama mengakui adanya proses evolusi manusia seperti halnya pengetahuan modern kita. Perbedaannya adalah Teori Darwin menyebut bahwa perkembangan evolusi manusia diawali dari makhluk primitif ke intelegen atau peradaban terbelakang ke peradaban maju seperti satu garis linear. Sedangkan dalam evolusi Ajaran Kuno disebutkan memiliki pola lingkaran tanpa awal-akhir.</p><h3 style="text-align: justify;">UFO dan Alien</h3><p style="text-align: justify;">Ada satu hal lagi yang menggelikan dari semangat pengetahuan modern saat ini. Selain propaganda nenek moyang kita adalah moyet, kalau Bumi kita di invasi oleh makhluk asing atau anggapan makhluk asing melihat kita sebagai primata di laboratorium penelitian mereka adalah gagasan yang sangat menyedihkan.</p><p style="text-align: justify;">Jika kita melihat teks-teks Ajaran Kuno telah disebutkan bahwa alat transportasi UFO kuno yang bernama Vimana ini adalah hal yang biasa. Pesawat terbang tersebut bisa berupa kereta kencana, benda serupa candi atau piring terbang. Buddha sendiri di dalam Mahasamaya Sutta di dalam Digha Nikaya menyebutkan bahwa dirinya kedatangan tamu makhluk-makhluk dari seluruh penjuru dengan kereta atau kendaraan lain mereka. Teks-teks kuno tersebut mengaitkan kendaraan yang kita sebut sebagai UFO saat ini dengan makhluk yang kita sebut sebagai Alien sebenarnya merupakan makhluk-makhluk dari dimensi lain.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqvdHiLb43MTFWRN59xeKIUUO9cCU-32yHZlGfH9SSh6OoP4BYq7aIXvEigWlTZsYB4cZZMdJU_LSkSyg2jaj7oKQUrxzpFCn8oKDKNRoBWXp-bByM0-rJvDRjxjB5JlI9XRQPzCJTth6/s1080/Pikiranologi+Awan+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien+%2528Vimana%2529.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqvdHiLb43MTFWRN59xeKIUUO9cCU-32yHZlGfH9SSh6OoP4BYq7aIXvEigWlTZsYB4cZZMdJU_LSkSyg2jaj7oKQUrxzpFCn8oKDKNRoBWXp-bByM0-rJvDRjxjB5JlI9XRQPzCJTth6/s320/Pikiranologi+Awan+-+Teori+Evolusi%252C+UFO+dan+Alien+%2528Vimana%2529.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Vimana</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;">Agama modern mungkin menyebut mereka sebagai Malaikat, Jin, Roh Halus, atau Setan. Tetapi, di dalam Purana atau Sutta lebih kompleks karena dijelaskan ada begitu banyak makhluk-makhluk yang hidup bersama dengan manusia di alam semesta ini. Mereka misalnya Deva, Asura, Yakkha, Gandhabba, Naga, Brahma, Peta, dsb. Makhluk-makhluk tersebut tentu ada yang baik dan jahat. Mereka ada yang tinggal di Bumi, planet lain atau bahkan dari galaksi lain. Mereka hidup selayaknya manusia menjalankan kehidupan dan sejak dulu kita semua hidup berdampingan dengan mereka.</p><p style="text-align: justify;">Jika kita ingin mengunjungi tempat mereka, maka caranya kita harus menciptakan teknologi secanggih Vimana, bukan roket seperti wortel. Selain itu apabila kita ingin berkomunikasi dengan mereka adalah dengan meditasi sebab makhluk-makhluk tersebut tinggal di materi yang lebih halus atau yang kita kenal sebagai dimensi 4 dan seterusnya, sedangkan manusia tinggal di dimensi 3. Bagaimana mungkin kita bisa menggapai sesuatu yang lebih halus jika kita masih menggunakan badan kasar kita? Tentu saja hanya melalui kendaraan pikiran untuk menggapai mereka.</p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: left;"><br /></p><h4 style="text-align: left;">Referensi:</h4><div>https://en.wikipedia.org/wiki/Missing_link_(human_evolution)</div><div>https://www.encyclopedia.com/environment/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/cosmology-buddhist-cosmology</div><div>https://web.ccsu.edu/astronomy/tibetan_cosmological_models.htm</div><div>https://www.samyeling.org/buddhism-and-meditation/teaching-archive-2/dharmacharya-ken-holmes/buddhist-cosmology/</div><div>https://webspace.ship.edu/cgboer/buddhacosmo.html</div><div>https://webspace.ship.edu/cgboer/buddhacosmo.html</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-5276399526525375562021-08-12T18:00:00.001+07:002021-08-13T00:58:13.338+07:00Kaum Darah Biru<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-jIT6QEcWOMbTnbLxJV0VYFa3-vTSUqyLMCAkVIchTfKe2SpYWQAY-uMJH5GVvB_EjoeEY6R6leDq1OaARGoRYFkmQQPWlZFPnfxIKNTGq1PjiqjlpGmFLIp4u72vJqGBcOGDKXuBrpuy/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Kaum+Darah+Biru.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-jIT6QEcWOMbTnbLxJV0VYFa3-vTSUqyLMCAkVIchTfKe2SpYWQAY-uMJH5GVvB_EjoeEY6R6leDq1OaARGoRYFkmQQPWlZFPnfxIKNTGq1PjiqjlpGmFLIp4u72vJqGBcOGDKXuBrpuy/s320/Pikiranologi+Polos+-+Kaum+Darah+Biru.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri-Kanan: Ichor, Sri Krishna, Neytiri Na'vi<br /></td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Jika kalian pernah menonton film Avatar karya James Cameron, pasti kalian sudah tidak asing lagi melihat makhluk berwarna biru serupa manusia. Mereka adalah makhluk Na'vi asal planet bernama Pandora di rasi bintang Alpha Centauri yang planetnya di invasi oleh Alien yang dalam hal ini adalah kita, manusia. Namun, ternyata James Cameron tidak asal comot saja dalam menyajikan visual penduduk pribumi planet Pandora yang berwarna biru. Mitologi manusia juga ternyata memiliki kisah-kisah tentang makhluk berkulit biru.</p><h3 style="text-align: justify;">Cakra Ajna dan Para Bangsawan</h3><p style="text-align: justify;">Sebut saja Sri Krishna dari kebudayaan Sungai Indus yang dikisahkan berwarna biru. Meskipun di dalam ajaran Hindu sendiri tidak ada penjelasan pasti mengenai warna kulit Sri Krishna ini namun beberapa ahli menduga bahwa warna biru pada visual patung-patung titisan Dewa Vishnu ini disebabkan oleh aura yang keluar dari tubuhnya. Warna biru diyakini hanyalah metafora untuk menggambarkan cahaya tubuhnya. Ada beberapa ayat lain dalam Bhagavad Gita yang menunjukkan sifat tak terbatas dari kekuatan dan kesadaran Krishna. Warna biru merupakan representasi dari kedalaman pikiran sadar Krishna. Mungkinkah ini hubungannya dengan Cakra Ajna atau cakra yang terletak di dahi atau dikenal sebagai Mata Ketiga?</p><p style="text-align: justify;">Selain kisah Krishna ada pula kisah tentang Ichor si Dewa separuh manusia yang menjadi Raja dari Mitologi Yunani. Meski di beberapa literatur disebutkan bahwa Ichor berwarna hitam, hijau, atau emas, tetapi banyak ahli sepakat bahwa Ichor berwarna biru. Hal ini dikarenakan darah biru adalah warna darah yang mengalir di pembuluh darah Dewa Yunani dan Bangsawan Eropa. Alasan kenapa kita mengenal istilah "Darah Biru" untuk para bangsawan karena atas dasar ini.</p><p style="text-align: justify;">Di sisi lain, sebagian besar bangsawan Eropa memiliki golongan darah rhesus O negatif dimana hanya lima persen dari populasi dunia yang memiliki golongan darah ini. Golongan darah, rhesus O negatif, tentu memiliki sifat khusus. Seseorang dengan golongan darah ini hanya dapat menerima darah dari golongan ini, tetapi, dapat memberikan darahnya sendiri kepada siapa saja terlepas dari golongan darahnya.</p><p style="text-align: justify;">Alam seolah ingin mengumumkan bahwa para darah biru ini adalah makhluk-makhluk dermawan yang bisa memberikan kehidupan.</p><h3 style="text-align: justify;">Kurangnya Oksidasi Akibat Irit Bernafas</h3><p style="text-align: justify;">Namun, ada teori lain yang diungkap oleh Matias de Stefano melalui proyek YOSOY miliknya. Ia menjelaskan warna biru pada darah akibat dari sedikitnya proses oksidasi di dalam tubuh. Warna merah pada darah merupakan hasil dari oksidasi atau pembakaran oksigen di dalam darah. Jika kita sadari, warna biru pada pembuluh vena dapat terlihat jelas di permukaan kulit kita sebab pembuluh vena bertugas membawa karbon dioksida dari paru-paru keluar tubuh. Saat tubuh kekurangan oksigen, maka akan membuat kulit tampak kebiruan. Kondisi ini di dalam ilmu kedokteran disebut Cyanosis. Selain itu, beberapa hewan yang memiliki kandungan tembaga yang besar di dalam darahnya akan memiliki darah biru karena akibat percampuran tembaga dan oksigen. </p><p style="text-align: justify;">Matias de Stefano meyakini bahwa Kaum Darah Biru atau The Blue ini adalah nyata bukan sekedar mitos belaka atau metafora. Mereka adalah ahli meditasi yang menjaga keseimbangan Bumi pada dahulu kala. Mengajarkan kebijaksanaan kuno dan seimbang dalam tiga hal yaitu Pikiran, Emosi dan Tubuh. Akibat dari kemampuan meditasi dan menjaga nafas, maka mereka mampu menggunakan nafas mereka se-hemat mungkin. Karena hemat bernafas inilah maka proses oksidasi di dalam tubuh mereka menjadi tidak berlebihan seperti kebanyakan manusia.</p><p style="text-align: justify;">Ketika kita hemat bernafas maka bisa memaksimalkan proses masuknya oksigen ke dalam darah sehingga kita tidak membutuhkan oksigen secara berlebihan.</p><p style="text-align: justify;">Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Gobind Vashdev yang merupakan pengajar nafas Buteyko Indonesia. Nafas yang hemat dapat membuat oksigen lebih maksimal diserap di dalam darah. Meskipun Gobind Vashdev tidak menjelaskan proses ini dapat mengubah warna darah kita menjadi biru, kita bisa menerka-nerka bahwasannya kisah tentang para darah biru ini bukan sekedar mitos belaka.</p><h3 style="text-align: justify;">Manusia Modern Darah Biru - Blue Fugates</h3><p style="text-align: justify;">Kisah mengenai Darah Biru tidak berhenti pada mitologi kuno saja. Di Kentucky ada sebuah keluarga berdarah biru yang dikenal sebagai <i>The Fugates</i>. Menurut para ahli mereka berwarna biru akibat menderita kondisi <i>methemoglobinemia</i><i> </i>atau kekurangan <i>methemoglobin </i>di dalam darah. Benjamin Stacy, lahir pada tahun 1975, adalah keturunan terakhir <i>The Fugates</i> yang lahir dengan ciri khas warna biru dari kelainan tersebut, meskipun ia dengan cepat kehilangan warna kulitnya yang biru, hanya menunjukkan semburat biru di bibir dan ujung jarinya jika ia kedinginan, atau gelisah.</p><p style="text-align: justify;">Banyak orang berspekulasi bahwa beberapa orang Amerika lain yang mewarisi <i>methemoglobinemia </i>mungkin juga memiliki nenek moyang seperti Fugate, tetapi pencarian langsung sejauh ini terbukti tidak meyakinkan.</p><h4 style="text-align: justify;"><i>Bagaimana menurut kalian? Kaum Darah Biru hanya metafora atau fakta?</i></h4><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: left;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">https://icytales.com/why-is-krishna-blue/</div><div style="text-align: justify;">https://greekerthanthegreeks.com/2016/09/lost-in-translation-ichor-blue-blood-of.html</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Ichor</div><div style="text-align: justify;">https://www.medicalnewstoday.com/articles/321442#blood-types</div><div style="text-align: justify;">https://bigthink.com/philip-perry/is-the-blood-in-our-bodies-sometimes-blue-or-is-it-just-a-myth</div><div style="text-align: justify;">https://medlineplus.gov/ency/article/003215.htm#:~:text=People%20whose%20blood%20is%20low,lung%20problems%20may%20develop%20slowly.</div><div style="text-align: justify;">https://yosoy.red/</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Blue_Fugates</div><div style="text-align: justify;">https://dnascience.plos.org/2016/09/22/finding-the-famous-painting-of-the-blue-people-of-kentucky/</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-16729129501062559792021-08-11T18:00:00.061+07:002021-08-18T02:26:00.750+07:00Tuhan Singa-Waktu dan 7 Hari Menyembah Dewa-Dewi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3HDFuFOmdI3J5v-bzC7-l6w0-Nwy_ifOFe6LMzKFe67XG99dzHg0mInMf1FHD7l7XUtxat4bJ5ZQ93MhVzjd41iu4EtHSxtPRJxDniNBbb_czRfdBsQhUgB7XOvqFNZppe1BszJNcnjgn/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Tuhan+Singa-Waktu+dan+7+Hari+Menyembah+Dewa-Dewi.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3HDFuFOmdI3J5v-bzC7-l6w0-Nwy_ifOFe6LMzKFe67XG99dzHg0mInMf1FHD7l7XUtxat4bJ5ZQ93MhVzjd41iu4EtHSxtPRJxDniNBbb_czRfdBsQhUgB7XOvqFNZppe1BszJNcnjgn/s320/Pikiranologi+Polos+-+Tuhan+Singa-Waktu+dan+7+Hari+Menyembah+Dewa-Dewi.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri-Kanan: Zurvan, Spinx, Pillars of Ashoka</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Adakah yang menyadari bahwa pada dasarnya kita menyembah atribut Dewa-Dewi setiap hari? Mungkin sangat langka menemukan orang yang menyadari hal tersebut, tetapi di tulisan kali ini saya ingin membagikan 'rahasia' pemujaan kita pada sosok Dewa-Dewi kuno sejak ribuan tahun silam.</p><p style="text-align: justify;">Tradisi pemujaan manusia terhadap sosok Adi-Kuasa telah berlangsung begitu lama. Di dalam literatur kosmologi kuno India yaitu Bhagavad Purana dijelaskan bahwa tradisi tersebut sudah berlangsung sejak Tetra Yuga. Mungkin sama dengan istilah Zaman Perak yang disebutkan dalam tradisi Yunani saat Zeus mulai menciptakan manusia.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/gerakan-new-age-memodifikasi-ajaran.html" target="_blank">Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda Atau Buddha?</a></h4><h3 style="text-align: justify;">Tuhan Adalah Waktu</h3><p style="text-align: justify;">Jauh sebelum kita mengagungkan para Dewa-Dewi yang bercahaya sebagai penolong umat manusia, tradisi kuno mendefinisikan Tuhan adalah sosok kesatuan dari keseluruhan Dewa-Dewi sebagai Waktu. Bukti sejarah bisa dilihat mengenai kisah Kronos atau ayah dari Zeus, Shiva yang sering disebut sebagai Kala atau Waktu, atau Zurvan dalam mitologi Persia kuno dan banyak lagi kisah-kisah yang menghubungkan Tuhan dengan waktu.</p><p style="text-align: justify;">Anggapan Waktu sebagai Tuhan lahir akibat kesadaran manusia pada kondisi yang tidak bisa dijelaskan, tidak bisa dilihat, tetapi ada di dalam Ruang. Kita bisa membedakan Waktu jika ia tinggal di dalam Ruang maka kita menyebutnya Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan; atau Kemarin, Sekarang, Besok. Tanpa Ruang, Waktu tidak mungkin eksis tetapi di saat yang sama Waktu memunculkan Ruang yang kita sebut sebagai Utara, Selatan, Barat, Timur.</p><p style="text-align: justify;">Tanpa adanya Ruang, Waktu adalah sebuah kondisi tak terukur yang bergerak di semesta. Tidak terikat kelahiran atau kematian. Tanpa batas. </p><p style="text-align: justify;">Hubungan kompleks antara Waktu dan Ruang yaitu: Waktu menciptakan Ruang, tetapi disaat yang sama Ruang mengkondisikan lahirnya Waktu yang kita kenal saat ini. Tradisi kuno manusia menyebut konsep ini bahwasannya Waktu adalah sesuatu yang abadi dan tidak bisa terjamah oleh apapun juga. Hanya Ruang yang membuatnya jadi bisa dilihat maka dari itu mereka membuat atribut atau sosok yang bisa dilihat secara kasat mata dalam dunia fisik atau 3 dimensi.</p><h3 style="text-align: justify;">Kepala Singa Adalah Simbol Tuhan-Waktu</h3><p style="text-align: justify;">Pernahkah kalian melihat berbagai simbol singa di banyak kebudayaan kuno. Sebut saja Spinx di Mesir, Lord Narasimha di India, Pilar Raja Ashoka di India, Singa Yehuda di Israel, Merlion di Singapura atau mungkin sadarkah ada banyak tarian singa di berbagai tradisi. Di Indonesia sendiri ada arak-arakan menunggang sisingaan. Apa maknanya? Adakah yang pernah bertanya?</p><p style="text-align: justify;">Matias de Stefano menyebut bahwa ini adalah tanda masuknya astrologi Leo dan dimulainya peradaban manusia pasca perang nuklir Atlantis. Namun, para ahli kitab Purana India justru menjelaskan kisah ini jauh lebih tua. Tradisi suci dari seluruh dunia yang berusia ribuan tahun menegaskan bahwa umat manusia purba menyembah Tuhan Yang Maha Esa dalam Wahyu terkait hakikat-Nya sebagai Waktu Berkepala Singa dengan Ruang dari Ular (Sarpa) sebagai Keabadian Tak Berakhir.</p><p style="text-align: justify;">Auman Singa juga banyak disebut dalam literatur Buddhis. Sebut saja Udumbarika-Sihanada Sutta dalam Digha Nikaya, Mahasihanada Sutta dalam Majjhima Nikaya, dan Sampasadaniya Sutta dari Digha Nikaya. Tidak ada satupun dari Sutta-Sutta tersebut yang menyebutkan hubungan antara singa secara fisik dengan Buddha. Melainkan singa merupakan perumpamaan dari keberanian yang penuh ketenangan, keyakinan, dan ketegasan dalam memegang kebenaran sejati. Dalam 32 tanda-tanda Manusia Besar (Bijaksana) atau Calon Buddha juga disebutkan kalau salah satunya adalah memiliki dada yang seperti singa.</p><h3 style="text-align: justify;">Pilar Singa Raja Ashoka</h3><p style="text-align: justify;">Raja Ashoka dari kerajaan Maurya yang terkenal bengis berubah drastis setelah mengenal ajaran Dhamma, memiliki simbol dalam masa pemerintahannya yaitu Singa dengan 4 kepala yang menghadap masing-masing arah angin yaitu Utara, Selatan, Barat dan Timur. Dimana salah satu sisi kepala singa itu tidak terlihat, jadi bagi pengamat yang ada di depan ia hanya akan melihat singa dengan 3 kepala saja.</p><p style="text-align: justify;">Menurut saya ini merupakan representasi dari Waktu-Ruang yang hanya eksis di dalam dunia 3 dimensi atau dunia fisik. Waktu melahirkan Ruang, Ruang mengkondisikan adanya Waktu. Gabungan Waktu-Ruang baru bisa dianggap eksis atau ADA saat masuk ke dunia fisik atau 3 dimensi.</p><p style="text-align: justify;">Kalau analisa saya ini benar, maka sungguh sempurna deskripsi Raja Ashoka dalam menjelaskan Waktu-Ruang!</p><h3 style="text-align: justify;">Suara Pertama AUM</h3><p style="text-align: justify;">Singa selalu disebut-sebut di dalam banyak kebudayaan kuno. Padahal hewan singa tidak hidup di dalam hutan India tetapi di padang rumput sabana Afrika. Namun, mengapa kebudayaan tertua di dunia yang kita tahu berasal dari India selalu menyebut Singa? Dan kenapa singa dikaitkan dengan waktu?</p><p style="text-align: justify;">Mungkin jawabannya bisa kita lirik di dalam salah satu tayangan Youtube Matias de Stefano yang menjelaskan suara pertama semesta saat Mahas atau Brahma di dalam kebudayaan India kuno 'terbangun' dan menyadari dirinya ADA. Kesadaran Brahma ini mengakibatkan terlahirnya getaran yang bergerak.</p><p style="text-align: justify;">Di dalam sains sesuatu akan bergerak jika ia punya kontra atau lawan yang menciptakan tarik-menarik. Ini yang kita namakan sebagai Hukum Polaritas atau positif-negatif atau dualisme atau sesuatu yang satu tetapi memiliki dua sifat seperti Dewa Janus dengan dua wajah, Shiva dan Vishnu yang merupakan kesatuan dari Brahma.</p><p style="text-align: justify;">Akibat dari gesekan dua arus yang berbeda ini menciptakan suara. Getaran menghasilkan suara. Suara ini yang kita kenal sebagai AUM atau bisa teman-teman lihat video penjelasan Matias mengenai struktur huruf kuno Atlantis yang dimana kalau disuarakan keseluruhannya menjadi AUM. Suara AUM atau OM dalam kebudayaan India sangat erat kaitannya dengan ketuhanan.</p><p style="text-align: justify;">Saya rasa akibat dari suara pertama Brahma atau getaran lahirnya semesta inilah kita membuat atribut Auman Singa untuk menjelaskan sebuah Ajaran Kebenaran atau Ketuhanan. Auman Singa ini kemudian berkembang menjadi atribut Dewa dalam dunia 3 dimensi atau dunia fisik. Selain itu AUM juga menjelaskan Waktu yang abadi karena Brahma bagi ajaran kuno India adalah abadi, tak terukur, dan tanpa batas ibarat kekosongan.</p><h3 style="text-align: justify;">7 Planet Sebagai Hari Dalam Seminggu</h3><p style="text-align: justify;">Sekarang kita beralih kepada hubungannya dengan tradisi menyembah Dewa-Dewi yang faktanya masih berlangsung hingga hari ini.</p><p style="text-align: justify;">Kita semua tahu bahwa jumlah hari dalam seminggu adalah 7 tetapi tahukah kalian darimana asalnya perhitungan ini? Sejak kapan kita menggunakan waktu selama 7 hari untuk mengukur kehidupan sehari-hari manusia? Untuk mengetahui ini mari kita mundur ke budaya kuno lagi. Di semua ilmu astronomi kuno menjelaskan bahwa Bumi dikelilingi oleh 7 planet. Mereka adalah Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Sedangkan Uranus, Neptunus, Pluto atau planet lainnya baru ditemukan oleh ilmuwan setelah Periode Sejarah Klasik.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/periode-waktu-animisme-dan-dinamisme.html" target="_blank">Periode Waktu, Animisme, dan Dinamisme</a></h4><p style="text-align: justify;">Keyakinan ini lahir karena konsep kuno melihat Bumi sebagai pusat dari sistem semesta. Buat kaum Teori Bumi Bulat atau Heliosentris, maaf! Meskipun tidak menjelaskan bahwa Bumi adalah bidang datar tetapi ilmuwan kuno menyadari bahwa Bumi bukanlah seperti gambaran yang kita lihat saat ini. Untuk lebih detailnya mungkin saya akan membuat tulisan tentang ini secara terperinci. Sebab saya masih kekurangan referensi dalam memecahkan polemik Bumi Datar atau Bulat ini.</p><h3 style="text-align: justify;">Kala: Dua Wajah Waktu dan Kematian</h3><p style="text-align: justify;">7 benda langit yang berputar mengelilingi Bumi atau pusat energi ini sering diasosiasikan sebagai Dewa-Dewi dalam banyak kisah mitologi. Sebut saja Kronos yang merupakan lambang Saturnus. Alasannya adalah Saturnus merupakan benda langit terjauh dalam keluarga Ibu Bumi. Ia merupakan simbol dari kematian yang mengalahkan waktu.</p><p style="text-align: justify;">Hal ini jelas terlihat dalam budaya Yunani yang menyebutkan bahwa Kronos atau waktu itu sendiri yang merupakan ayah para dewa memakan semua anaknya agar tidak mati. Ini mengartikan hanya kematian yang bisa mengalahkan waktu.</p><p style="text-align: justify;">Analogi serupa datang dari kisah kekalahan Narasimha, yang merupakan simbol Vishnu (Waktu/Pemeliharaan) oleh Sharabha yang merupakan simbol dari Shiva (Kematian). Keduanya diasosiasikan sebagai Kala atau dua wajah dari Waktu dan Kematian. Waktu yang tak terbatas, tak terukur ini hanya bisa selesai dengan Kematian Semesta. Maka dari itu Trimurti dalam konsep India kuno menjelaskan bahwa Vishnu dan Shiva adalah satu kesatuan di dalam tubuh kosmik Brahma.</p><p style="text-align: justify;">Waktu dan Kematian adalah dua hal yang tidak terpisahkan tetapi konseptual ini tidak mudah untuk dipahami oleh kebanyakan manusia, maka kebudayaan kuno mengembangkan pemahaman selanjutnya melalui atribut Dewa-Dewi yang berguna untuk menyampaikan makna dari siklus kehidupan yang tidak pernah usai ini melalui cara lain yang lebih mudah dipahami, yaitu melalui bentuk pemujaan setiap hari.</p><h3 style="text-align: justify;">Pemujaan Pada Dewa-Dewi</h3><p style="text-align: justify;">Posisi planet-planet menjelaskan makna mendalam dalam kehidupan manusia, maka kemudian kebudayaan kuno membuat susunan hari dalam seminggu diawali hari Minggu dan diakhiri hari Sabtu.</p><p style="text-align: justify;">Hari Minggu diberikan untuk Matahari atau kelahiran dari semua bintang, lambang elemen api elemen pertama semesta yang membakar keinginan makhluk untuk hidup. Berhubungan dengan alasan kita lahir karena ada keinginan yang membara ibarat api.</p><p style="text-align: justify;">Hari Senin diberikan untuk Bulan yang misterinya tenang dalam diam saat semua makhluk beristirahat. Ketenangan bulan yang mampu membuat pasang-surut air laut berhubungan dengan elemen air. Bulan yang tenang tetapi sangat berkuasa menjaga kestabilan Bumi adalah contoh untuk manusia. Tetap tenang walau punya kuasa.</p><p style="text-align: justify;">Hari Selasa diberikan untuk Mars yang gairahnya menggebu-gebu seperti halnya mitologi kuno yang menyebutnya sebagai Dewa Perang. Mars merupakan lambang energi maskulin atau keinginan untuk memimpin dalam kehidupan.</p><p style="text-align: justify;">Hari Rabu diberikan untuk Merkurius yang merupakan planet terdekat matahari yang merupakan lambang Dewa Komunikasi. Dalam banyak kisah, kelahiran Matahari atau orang bijak disiarkan oleh seluruh penjuru alam.</p><p style="text-align: justify;">Hari Kamis diberikan kepada Jupiter atau sang raja dewa, ayah dari banyak kebudayaan kuno. Asal katanya dari Dyeu-Pater, Dyeu artinya cahaya dan Pater atau Pattern adalah penunjuk. Pattern diasosiasikan sebagai Papa atau Father yang artinya penunjuk arah kehidupan keluarga. Maka Dyeu-Pater atau Jupiter adalah Bapak Cahaya yang menunjukan jalan bagi anak-anaknya. Dilambangkan melalui Zeus, Odin, atau dewa lainnya dalam mitologi kuno.</p><p style="text-align: justify;">Hari Jumat diberikan untuk Venus yang merupakan dualitas dari maskulin yaitu energi feminin. Kelembutan dan pesona Venus banyak digambarkan dalam kisah mitologi kuno. Venus adalah penyeimbang Mars.</p><p style="text-align: justify;">dan terakhir...</p><p style="text-align: justify;">Hari Sabtu diberikan kepada Saturnus yang merupakan simbol dualitas atau Kala dari Waktu dan Kematian dimana satu-satunya yang bisa mengalahkan Waktu adalah Kematian dan tanpa Kematian Waktu tak akan pernah berjalan. Hari Sabtu dijadikan akhir dari perjalanan seseorang dan sudah seharusnya mereka beristirahat dalam perjalanan panjang siklus kehidupan. Hal ini yang menjadikan hari Sabtu sebagai hari libur di banyak kebudayaan kuno, bukan hari Minggu.</p><h3 style="text-align: justify;">Nama Hari Versi Mitologi Skandinavia</h3><p style="text-align: justify;">Terlepas dari maknanya yang sudah dipahami oleh kebudayaan kuno, seringkali Ajaran Kuno menyisipkan pesan atau doktrin moral ke dalam sistem baru selanjutnya dengan cara yang berbeda. Meskipun generasi baru tidak mampu menerjemahkan makna yang terdapat di dalamnya, para pemegang Ajaran Kuno tetap berusaha mempertahankan nilai di dalam ajaran tersebut. Walau kita semua tahu, tidak semua para pemegang Ajaran Kuno adalah orang-orang idealis yang mementingkan kemanusiaan. Sistem nama-nama hari yang kita gunakan berasal dari bahasa Inggris. Bahasa Inggris sendiri berakar dari bahasa Indo-Eropa.</p><p style="text-align: justify;">Bahasa Inggris membuat nama-nama hari tersebut menyesuaikan tradisi dari mitologi Skandinavia atau Nordik mengikuti persembahan kepada Dewa-Dewi milik mereka.</p><div style="text-align: justify;">Minggu - Sunday - Hari Matahari</div><div style="text-align: justify;">Senin - Monday - Hari Bulan</div><div style="text-align: justify;">Selasa - Tuesday - Hari Tyr atau Tiw</div><div style="text-align: justify;">Rabu - Wednesday - Hari Wodin atau Odin</div><div style="text-align: justify;">Kamis - Thursday - Hari Thor</div><div style="text-align: justify;">Jumat - Friday - Hari Freya atau Frigga</div><div style="text-align: justify;">Sabtu - Saturday - Hari Saturnus</div><h4 style="text-align: justify;">Bagaimana? Sudahkah kalian menyembah Dewa-Dewi hari ini? :P</h4><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">https://soolaba.wordpress.com/god-as-time-in-the-ancient-world/</div><div style="text-align: justify;">https://legacy.suttacentral.net/id/ma24</div><div style="text-align: justify;">https://dhammacitta.org/teks/dn/dn25-id-walshe.html</div><div style="text-align: justify;">http://mahayanaindonesia.blogspot.com/2017/08/mn12-id.html?m=1</div><div style="text-align: justify;">https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/sampasadaniya-sutta/</div><div style="text-align: justify;">https://youtu.be/mIc7yeCi8V4</div><div style="text-align: justify;">https://www.yogapedia.com/definition/5575/kala</div><div style="text-align: justify;">https://yosoy.red/2021/02/28/jupiter/</div><div style="text-align: justify;">https://yogimehtab.com/astrology-yoga-newsletter-november-2020-if-its-tuesday-it-must-be-mars/</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-69841496851843092362021-08-10T18:00:00.156+07:002021-08-11T00:46:56.003+07:00Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda atau Buddha?<h4 style="text-align: justify;"><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJ3LYUGtp-QKgiRAqJnKMW14cbFBsRaS552esz3S60S4V3j3QkETVn_69s97YWC_76HiF1KCE9RZE25X5UKhIMoqEC_xvjOCa0rGlnslALf9fx24yBDI8dHBn6Uf5LexvYUq3jm5NE-XE/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Gerakan+New+Age+Memodifikasi+Ajaran+Veda+atau+Buddha.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJ3LYUGtp-QKgiRAqJnKMW14cbFBsRaS552esz3S60S4V3j3QkETVn_69s97YWC_76HiF1KCE9RZE25X5UKhIMoqEC_xvjOCa0rGlnslALf9fx24yBDI8dHBn6Uf5LexvYUq3jm5NE-XE/s320/Pikiranologi+Polos+-+Gerakan+New+Age+Memodifikasi+Ajaran+Veda+atau+Buddha.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri-Kanan: Shiva, Blavatsky, Buddha Gotama</td></tr></tbody></table><i><br /></i><p></p></h4><h4 style="text-align: justify;"><i>Semakin saya banyak belajar, semakin saya sadar saya tidak tahu apa-apa.</i></h4><p style="text-align: justify;">Sejak semalam sampai hari ini ketika saya menulis artikel yang kalian baca, saya masih menghimpun referensi dari banyak ajaran Hindu dan Buddha. Sekedar informasi saja, ketertarikan saya pada agama dan peradaban manusia telah dimulai sejak saya sangat kecil mungkin usia 5-7 tahun. Kemudian saat saya berusia 11 tahun dan kejadian 11 September WTC terjadi, memunculkan Islamphobia di banyak negara, saya tahu bahwa semua yang ada diberita media itu tidak seperti kenyataannya dan berhubungan dengan peradaban manusia.</p><p style="text-align: justify;">Namun, karena keterbatasan akses internet dan terikat tanggung jawab saya pada tugas sebagai anak yang harus bersekolah, maka saya meninggalkan sejenak hasrat saya untuk mencari kebenaran dalam kisah-kisah mitologi, agama dan peradaban nenek moyang kita. Sampai akhirnya saat memasuki usia 17 tahun, saya tahu saya sudah siap mencari semua pertanyaan saya.</p><p style="text-align: justify;">Berbagai agama dan kepercayaan saya pelajari sampai hari ini, kurang lebih 14 tahun, saya hidup dalam pencarian hingga akhirnya saya menyimpulkan bahwa <i>semakin saya tahu banyak hal, semakin saya merasa saya tidak tahu apa-apa</i>.</p><p style="text-align: justify;">Semalam, ketika saya tenggelam dalam banyak bacaan tentang ajaran Hindu, saya menyadari satu hal. Ternyata Gerakan New Age atau yang dikenal sebagai NAM, yang sekarang sedang ramai dibicarakan karena dianggap membawa 'kesadaran' pada tingkat yang lebih tinggi dalam spiritualitas, ternyata bersumber dari Purana atau kitab tentang kosmologi dalam ajaran Hindu.</p><p style="text-align: justify;">Lebih tepatnya, ajaran Hindu yang dimodifikasi dan menyesuaikan kebudayaan kuno yaitu tradisi pemujaan pada matahari. Gerakan New Age ini bukan tidak mungkin menjadi alat baru kekuasaan dalam peradaban manusia di masa depan. Tapi, dalam tulisan ini kita belum akan membahas hal itu karena saya justru akan membahas asal mula kelahiran New Age dan kaitannya dengan ajaran Hindu bahkan Buddha.</p><h3 style="text-align: justify;">New Age, Tradisi Baru Pemujaan Matahari</h3><p style="text-align: justify;">Pernahkah kalian sadari bahwa segala hal yang ada di dunia termasuk teknologi kemanusiaan yang kita gunakan hingga hari ini adalah warisan dari budaya kuno akan pemujaannya pada matahari? Lihat jumlah hari dalam seminggu yang menjadikan hari Minggu atau <i>Sun-Day</i> atau Hari Matahari sebagai hari libur. Lihat konsep astrologi atas 12 rasi bintang yang penempatannya berdasarkan posisi Bumi terhadap Matahari. Lihat kalender yang kita gunakan yaitu kalender Gregorian yang dasarnya pada alasan perputaran Bumi terhadap Matahari. Lihat pendidikan yang mendoktrin kita sejak kecil, menyebut bahwa sistem perbintangan kita adalah <i>Solar System</i> atau sistem yang berdasarkan perputaran Bumi terhadap Matahari.</p><p style="text-align: justify;">Atau kalau kalian masih kurang yakin kita semua disusupi doktrin pemujaan terhadap Matahari, lihat sejarah Mesir, Yunani, Roma kuno pada periode waktu kerajaan klasik yang menjadikan Matahari sebagai raja para dewa. Keberadaan Matahari sebagai sumber energi tak terbatas atas dasar traumatik kita dalam menghadapi gejolak peradaban saat Gunung di Toba meletus 74 ribu tahun silam yang mengakibatkan tertutupnya atmosfer sehingga sinar matahari tampak hilang. Pencarian akan Matahari hari bisa kita telusuri melalui sejarah hingga sejauh itu.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/periode-waktu-animisme-dan-dinamisme.html" target="_blank">Periode Waktu, Animisme dan Dinamisme</a></h4><p style="text-align: justify;">Namun, fakta terbaru sekaligus membuat kaget yang saya dapatkan adalah bahwasannya cara pemujaan ini sudah terjadi sejak Tetra Yuga menurut ajaran Hindu yang pada saat itu memuja api sebagai sumber energi. Pemujaan pada api atau Yajna ini bisa jadi karena akibat dari kesadaran manusia saat itu bahwa elemen api adalah elemen pertama yang membentuk semesta.</p><p style="text-align: justify;">Secara sederhananya kita lihat konsep Tetrahedron pada Geometri Sakral. Karena Matahari memiliki sumber energi panas atau dalam hal ini elemen api sangat berlimpah sebagai tenaga untuk kehidupan manusia maka pemujaan pada api bergeser ke Matahari yang dianggap sumber dari segala api.</p><p style="text-align: justify;">Pemujaan ini kemudian berlanjut hingga ke Dvapara Yuga yang sudah mulai kehilangan maknanya pada proses pemujaan dan banyak dari pelaku pemujaan menggunakannya sebagai alat kekuasaan. Menurut saya berbagai konsep Politeisme dan Monoteisme lahir di zaman ini.</p><p style="text-align: justify;">Dijelaskan pula dalam Bhagavata Purana, Vayu Purana, dan literatur Hindu lainnya yang lebih tua yaitu Veda, bahwa di zaman Dvapara ini orang-orang sudah mulai kebingungan dengan ajaran Dhamma atau Kebenaran Sejati. Mereka tidak tahu makna sebenarnya dari setiap ajaran dan bahkan menciptakan pandangan-pandangan baru untuk menerjemahkan ajaran yang mereka tidak pahami sebagai kebenaran baru.</p><p style="text-align: justify;">Sampai akhirnya kita hidup di Kali Yuga saat ini meskipun Dhamma belum sepenuhnya hilang dan banyak orang bijak hidup di zaman ini tetap saja kebingungan dan kesalahan dalam mengartikan ajaran sangat kuat. Fakta ini diperkuat dengan lahirnya gerakan baru yang dinamakan Gerakan New Age. Secara konsep NAM adalah kepercayaan menyambut kehidupan yang lebih baik di era Aquarius dimana orang-orang yang mengikuti gerakan ini yakin bahwa manusia akan menuju kepada kehidupan dimensi 4 dan 5.</p><p style="text-align: justify;">Meskipun para guru spiritual New Age tidak bisa menjelaskan secara rinci dimensi 4 dan 5 yang dimaksud, semangat untuk menyambut 'hari baru' dan keinginan menyudahi perbudakan Elite Global yang berkepanjangan, tetap dirasa masuk akal bagi mereka yang berharap kehidupan yang lebih baik. Ketidakmampuan manusia membedakan ajaran sejati atau palsu merupakan corak khas Kali Yuga.</p><p style="text-align: justify;">Bahkan dalam referensi Buddhisme sendiri Buddha menyebut Kalpa atau satuan waktu adalah Naik-Turun. Kita semua di fase Turun yang artinya segala kebijaksanaan dan kebaikan akan lenyap sampai titik kritis saat usia manusia rata-rata 10 tahun dan setelah perang 7 hari, manusia akan sadar perbuatan buruknya lalu secara perlahan-lahan akan Naik lagi hingga usia manusia mencapai 100.000 tahun. Dari segi pandangan Hindu dan Budha sebagai ajaran tertua, keduanya sepakat bahwa era Aquarius yang dimaksud oleh kaum New Age hanyalah harapan kosong.</p><p style="text-align: justify;">Justru yang mengerikan adalah gerakan New Age ini bisa jadi dibiayai oleh kelompok Elite Global yang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Kita semua tahu Elite Global lahir bukan satu dua tahun saja tapi secara rahasia sudah berkembang ribuan tahun silam. Namanya mungkin berganti-ganti dan penjaga konseptual ajaran mereka mungkin berubah, tetapi ideologi dasarnya tetaplah sama. Sama-sama menganggap dunia materi atau fisik adalah sangat penting dan abadi, sama-sama memuja satu sosok pelindung yang sangat berkuasa yaitu sang cahaya, api, atau Matahari.</p><p style="text-align: justify;">Gerakan New Age sendiri sering mengkampanyekan pemujaannya pada Matahari yang merupakan sumber energi sampai sering lupa kalau Bumi adalah sumber energi juga. Dengan segala propaganda manisnya yang menyebut bahwa perbudakan kemanusiaan yang dilakukan oleh Elite Global akan segera berakhir setelah kita menyadari esensi diri kita yang sejati atau kesadaran murni.</p><p style="text-align: justify;">Sadarkah kalian kalau Elite Global pun memiliki slogan yaitu <i>New World Order</i> atau Tatanan Dunia Baru. Dunia baru dan agama baru? Dua hal yang diperlukan untuk melanggengkan kekuasaan.</p><h3 style="text-align: justify;">Darimana Datangnya Gerakan New Age?</h3><p style="text-align: justify;">Banyak orang percaya kalau Gerakan New Age lahir dari Theoshopy atau Teology-Philoshopy milik Helena Blavatsky. Saya sempat sedikit melirik bukunya yang terkenal yaitu <i>Isis Unveiled</i> dan <i>The Secret Doctrin</i> yang menurut saya justru sangat-sangat mengadopsi ajaran Buddha dan Brahmanisme atau salah satu dasar Hindu modern saat ini.</p><p style="text-align: justify;">Hal ini pun dijelaskan oleh salah satu referensi yang saya dapatkan, bahwa Blavatsky belajar dari Sri Yukteswar mengenai kosmologi Hindu yang menyebut bahwa total satu yuga adalah 4.32 milyar kalpa yang disederhanakan menjadi 25 ribu tahun dan terbagi menjadi 12 bagian dimana satu bagian terdiri dari kurang lebih 2 ribu tahun mengikuti 12 rasi bintang zodiak.</p><p style="text-align: justify;">Konseptual mengenai rasi bintang ini juga sebenarnya konsep tua yang diusung oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mayan, Cina, Skandinavian, Mesir, Assyur, Sumeria, dsb. Namun, di India sendiri konseptual rasi bintang ini bukanlah cara untuk menghitung Yuga melainkan hanya pergerakan alam saja. Konsep yang menyebut bahwa rasi bintang adalah sumber penghitungan waktu dasarnya dari pemahaman manusia bahwa Matahari adalah benda langit yang berkuasa dan planet-planet berputar mengelilingi seakan 'menyembah' sang raja dewa. Perhitungan pada rasi bintang ini didasari karena pergerakan Bumi terhadap Matahari.</p><p style="text-align: justify;">Saya tidak begitu yakin kalau ajaran Theoshopy Blavatsky adalah sepenuhnya dasar dari Gerakan New Age, tetapi saya yakin New Age bukanlah ajaran 'new atau baru' seperti yang digaungkan oleh para pengikutnya yang seakan-akan sudah mulai 'tersadar'. New Age hanyalah kaki lain yang digunakan Elite Global untuk mencengkram manusia dari rasa gatal pada sifat materialistik kita agar mudah untuk dikendalikan. Gerakan New Age hanyalah ajaran Veda yang dimodifikasi.</p><h3 style="text-align: justify;">Ajaran Veda</h3><p style="text-align: justify;">Sebelum kita terlalu jauh masuk mengenai konseptual Veda, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu ajaran Veda. Perkembangan agama Hindu modern saat ini pada dasarnya dibagi empat fase yaitu: <b>Zaman Veda, Zaman Brahmana, Zaman Upanisad, Zaman Buddha</b>. Yang kalian lihat saat ini adalah Hindu versi terbaru yang justru lahir setelah Buddha meninggal dunia. Jauh sebelum Hindu modern seperti sekarang, ajaran yang lahir di lembah sungai Indus ini hanyalah memuja Shiva yang dilambangkan sebagai Rudraksha dan Lingga-Yoni.</p><p style="text-align: justify;">Jika di postingan sebelumnya saya menyebut Animisme dan Dinamisme adalah fondasi dari agama selanjutnya, bisa saya tulis disini bahwa <i><b>Animisme dan Dinamisme adalah salah satu bagian dari konseptual Ajaran Veda</b></i>. Animisme dan Dinamisme sebenarnya bukan berupa agama tetapi konsep yang ada di dalam banyak agama modern saat ini.</p><h4 style="text-align: justify;">Baca: <a href="https://pikiranologi.blogspot.com/2021/08/periode-waktu-animisme-dan-dinamisme.html" target="_blank">Periode Waktu, Animisme dan Dinamisme</a></h4><p style="text-align: justify;">Lantas darimana datangnya Ajaran Veda yang kemudian mendunia dan menjadi fondasi seluruh agama selanjutnya?</p><p style="text-align: justify;">Pertanyaan ini cukup menarik dan membuat saya cukup sakit kepala karena harus mencari banyak referensi pendukung. Di beberapa referensi disebutkan bahwa Ajaran Veda adalah ajaran yang diturunkan oleh Hyang Vidhi Vasa melalui para Maha Rsi. Mungkin alasan filosofis diturunkan Ajaran Veda di lembah sungai Indus adalah karena ajaran Veda merupakan ajaran suci yang diibaratkan seperti aliran sungai yang deras menjadi pendukung kehidupan manusia. Seperti kita tahu sungai Indus/Sindhu adalah sungai tertua yang mengairi banyak wilayah.</p><p style="text-align: justify;">Namun, jawabannya tidak berhenti sampai disitu saja. Ternyata ada sumber referensi lain yang membuat saya terperangah atas korelasi peradaban manusia.</p><h3 style="text-align: justify;">Brahma Baka Mengajarkan Veda</h3><p style="text-align: justify;">Karena melihat fakta bahwa agama Hindu modern lahir setelah Buddha meninggal dunia, maka sudah jelas pencarian selanjutnya yang saya lakukan adalah meninjau Sutta-Sutta atau ajaran verbal yang disampaikan oleh Buddha ketika beliau membabarkan Dhamma yang kemudian dijadikan buku-buku yang disebut Nikaya.</p><p style="text-align: justify;">Ada beberapa Sutta yang saya jadikan referensi untuk tulisan ini yaitu: Brahmanimantanika Sutta dari Majjhima Nikaya, Bramajala Sutta dari dari Digha Nikaya, Brahmasamyutta dari Samyutta Nikaya dan artikel-artikel pendukung lainnya yang telah saya lampirkan di referensi.</p><p style="text-align: justify;">Brahmanimantanika Sutta atau Undangan Brahma kepada Sang Buddha dijelaskan adanya Brahma bernama Baka yang memiliki pandangan salah. Sekedar informasi untuk kalian yang membaca tulisan ini, di dalam ajaran Buddha dijelaskan adanya 31 alam kehidupan atau yang dalam bahasa manusia modern saat ini kita sebut sebagai dimensi. Salah satu alam kehidupan atau dimensi tersebut adalah alam Brahma.</p><p style="text-align: justify;">Di Sutta tersebut dijelaskan dalam suatu masa kehidupan yang sangat lama setelah semesta hancur, berpindah-pindah alam Brahma tertinggi dan ketika makhluk ini lahir di alam Abhassara atau alam yang lebih rendah tingkatnya dari alam Brahma tetapi lebih tinggi dari alam Dewa, ia memiliki pandangan salah yang menganggap dirinya adalah pencipta alam semesta.</p><p style="text-align: justify;">Di dalam ajaran Veda disebutkan kelahiran semesta adalah ibarat satu hembusan nafas Brahma yang kemudian akan diakhiri atau kiamat ketika Brahma menarik nafas. Ketika proses menghembuskan nafas ini, Brahma menyadari kalau dirinya ADA dan menganggap bahwa AKU adalah segalanya yang menciptakan dunia.</p><p style="text-align: justify;">Hal ini pernah saya jelaskan dalam <i>story </i>instagram saya mengenai suara pertama semesta yaitu AUM di dalam pengetahuan kuno India. AUM adalah bentuk ungkapan dari AKU ADA. Bisa jadi karena dilatar-belakangi oleh pikiran Brahma Baka yang menganggap dirinya yang menciptakan segala hal. Usia panjangnya yang mencapai lebih dari milyaran tahun bahkan triliunan tahun dari persepsi manusia membuat dirinya bosan dan ketika bosan ini muncul keinginannya untuk menambah makhluk-makhluk lainnya di alam Abhassara.</p><p style="text-align: justify;">Menurut Buddha, kemunculan makhluk-makhluk ini di alam Abhassara bukan dari akibat penciptaan pikiran Brahma Baka melainkan usia makhluk-makhluk tersebut sudah selesai di alam Brahma yang lebih tinggi. Namun, karena ketidaktahuan makhluk-makhluk yang lahir setelah Brahma Baka, mereka jadi menganggap bahwa Brahma Baka adalah Tuhan. Maka kemudian ketika akhirnya Brahma Baka 'berkeinginan' menciptakan dunia atau semesta, yang sebenarnya adalah proses alami dari kerja alam dan karena usia Brahma Baka yang sangat panjang tak terkira hingga melampaui terbentuknya alam semesta ini, maka ia pun menganggap bahwa dirinya yang menciptakan segala hal.</p><p style="text-align: justify;">Saat Brahma Baka dan Buddha Gotama sedang berdebat, muncul Mara atau Dewa dari Alam Dewa Tertinggi yang menghasut Brahma Baka bahwa dirinya benar Tuhan. Mara menyebut Buddha tidak tahu apa-apa dan ia belum ada sewaktu Brahma Baka lahir. Hasutan Mara untuk Brahma Baka mirip konsep agama Dualisme atau doktrin yang menyebut kekuatan positif dan negatif, baik dan jahat, Brahma Baka dan Dewa Mara.</p><p style="text-align: justify;">Apakah ini yang menjadi alasan lahirnya kata ALAM BAKA dan MARABAHAYA?</p><p style="text-align: justify;">Kisah mengenai Brahma Baka tentu menarik perhatian saya, lantaran anggapan tentang AKU atau ATMAN sebagai sesuatu yang abadi, tidak musnah, permanen, merupakan fondasi dasar ajaran Veda yang kemudian berkembang menjadi agama Hindu modern saat ini. Maka bisa jadi artinya Brahma Baka adalah sumber kepercayaan Veda mengenai AKU atau ATMAN yang abadi ini.</p><h3 style="text-align: justify;">Perbedaan Mendasar Ajaran Veda dan Buddha</h3><p style="text-align: justify;">Bagi orang awam yang tidak begitu menyukai belajar mengenai peradaban manusia atau mereka yang hanya menerima informasi mentah begitu saja dari pemuka agama, akan menganggap bahwa ajaran Hindu dan Buddha itu sama. Sama-sama menyembah berhala, patung dan dewa-dewi.</p><p style="text-align: justify;">Saran saya untuk orang-orang seperti ini coba gunakan fasilitas yang kalian miliki untuk mencari segala informasi di internet. Belajar banyak hal tidak akan ada ruginya. Tidak perlu kalian pindah agama atau keyakinan ketika mempelajari ajaran lain. Kalian sendiri yang akan untung karena jadi bisa dengan mudah memetakan informasi yang kalian terima berikutnya.</p><p style="text-align: justify;">Untuk orang-orang awam itu saya tegaskan disini bahwa ajaran Buddha dan Veda yang kemudian berkembang menjadi Hindu adalah dua hal berbeda. Letak mendasar perbedaannya bisa kalian lihat pada ilustrasi di bawah ini.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7zcstm-s7tWqCRaU9OR6aw3ALjCY-Qs9EDinMIVALs1Nd53C_ZUN3HajqeDr-OGtYHzw0w1exWWyh4ngAmjkp4rF_7S1x1okWEj1-enCCxdv3M5vEBmqzf4axrz790ffDZnINCubrXB5l/s1080/Pikiranologi+Awan+-+Perbedaan+Ajaran+Veda+dan+Buddha.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7zcstm-s7tWqCRaU9OR6aw3ALjCY-Qs9EDinMIVALs1Nd53C_ZUN3HajqeDr-OGtYHzw0w1exWWyh4ngAmjkp4rF_7S1x1okWEj1-enCCxdv3M5vEBmqzf4axrz790ffDZnINCubrXB5l/w320-h320/Pikiranologi+Awan+-+Perbedaan+Ajaran+Veda+dan+Buddha.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perbedaan Ajaran Veda dan Buddha</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;">Pada ajaran Veda dan Buddha sama-sama melihat corak Dukkha dan Anicca di dalam kehidupan yang tak berkesudahan ini. Bedanya, Veda menganggap bahwa Dukkha dan Anicca ini abadi karena ada Atman yang abadi. Jadi segala kesengsaraan atau kesenangan duniawi setelah reinkarnasi berulang kali menyelesaikan misi hidupnya akan kembali kepada Atman dan hidup abadi. Sedangkan di dalam ajaran Buddha jelas sekali ditentang oleh Buddha mengenai Atman (Atta) abadi ini dalam konsep Anatta atau TANPA AKU.</p><p style="text-align: justify;">Konsep Buddha ini bukanlah konsep yang menganggap bahwa setelah kematian kita lenyap atau hilang. Buddha menjelaskan bahwa Anatta diibaratkan seperti lilin yang telah habis sumbunya dan tidak ada lagi yang dibakar namun ia tidak hilang tapi juga sudah tidak lagi ada. Buddha menyebut kondisi ini Ada dan Tidak Ada. Ini yang namanya Nibbana atau Nirvana. Kondisi Nirvana yang selama ini selalu disalah-artikan oleh banyak kebudayaan sebagai surga abadi atau kesenangan tanpa henti adalah sesat total. Nirvana adalah kondisi tanpa kesenangan fisik atau non-fisik. Sebuah konsep yang saya pribadi tidak mampu menjelaskannya melalui kata-kata.</p><p style="text-align: justify;">Namun, saya bisa sarankan kepada kalian untuk sedikit paham tentang konsep Anatta yang tujuan akhirnya adalah Nirvana dengan membayangkan energi. Energi itu ada tapi di saat yang sama ia tidak ada. Tidak ada yang pernah melihat energi secara fisik, karena energi hanya ada ketika dimanfaatkan sebagai tenaga atau daya penyokong kehidupan.</p><h3 style="text-align: justify;">Kesimpulan Bukan Akhir Dari Pencarian</h3><p style="text-align: justify;">Setelah menulis dan menjabarkan semua ini bisa kita simpulkan bahwa:</p><p style="text-align: justify;">Jika Brahma Baka adalah yang menyampaikan ajaran Veda melalui para menterinya, maka artinya Brahma Baka adalah Hyang Vidhi Vasa dan para menterinya mungkin 'menjelma' menjadi Maha Rsi.</p><p style="text-align: justify;">Jika Hyang Vidhi Vasa adalah dasar dari konsep agama lanjutan yaitu Tuhan abadi yang kita percayai hingga hari ini, maka artinya konsep keyakinan kita adalah perluasan dari ajaran Brahma Baka alias Brahma yang berpandangan salah dalam literatur Buddhis.</p><p style="text-align: justify;">Jika Tuhan abadi adalah atribut sosok bercahaya bentuk ketidaktahuan manusia yang lahir di Dvapara Yuga dalam pemujaan api abadi yang kemudian menjelma dalam satu keyakinan yaitu Matahari sebagai sumber api, maka artinya New Age bisa saya pastikan adalah agama baru pengganti agama Abrahamic.</p><h4 style="text-align: justify;">Tenang saja. Kesimpulan ini bukanlah hasil akhir dan pencarian akan kebenaran tidak akan pernah berhenti selama saya masih memiliki nafas.</h4><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: left;">https://soolaba.wordpress.com/4-yugas-the-ages-of-man/</div><div style="text-align: left;">https://kmhd.lk.ipb.ac.id/sejarah-agama-hindu-di-india/</div><div style="text-align: left;">https://www.komangputra.com/weda.html</div><div style="text-align: left;">https://www.narayanasmrti.com/2010/05/awal-mula-semua-agama-adalah-veda/</div><div style="text-align: left;">https://en.wikipedia.org/wiki/Indus_River</div><div style="text-align: left;">https://moondoggiesmusic.com/kitab-suci-agama-hindu/#gsc.tab=0</div><div style="text-align: left;">http://www.peradah.org/newweb/2014/01/08/weda-sumber-ajaran-agama-hindu/</div><div style="text-align: left;">https://ratnakumara.wordpress.com/2009/06/22/tuhan-yang-maha-dimata-seorang-buddha/</div><div style="text-align: left;">https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/brahmanimantanika-sutta/</div><div style="text-align: left;">https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/brahmajala-sutta/</div><div style="text-align: left;">https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-dewa-brahma-baka/</div><div style="text-align: left;">https://dhammacitta.org/teks/sn/sn06-id-bodhi.html</div><div style="text-align: left;">https://ikilhojatim.com/kelahiran-dan-penyebaran-agama-buddha-apa-kedudukan-umat-manusia-di-dalam-alam-semesta-ini/</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-26046026734779136032021-08-09T18:00:00.040+07:002021-08-11T18:24:53.895+07:00Periode Waktu, Animisme dan Dinamisme<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivmfsagFFI-w1KpsOCey0CrgbgqL-X5nMrFc1Lea1a9Anxj20btc5JcLHrLLg_a_ng29MAkN-c2wfmde_N7C1HHXW4hRXDHF90y-8alPeM-9K_Quw53bvy9Vgqotavu8SdBNR5BxN_py_1/s1080/Pikiranologi+Polos+-++Periode+Waktu%252C+Animisme%252C+dan+Dinamisme.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivmfsagFFI-w1KpsOCey0CrgbgqL-X5nMrFc1Lea1a9Anxj20btc5JcLHrLLg_a_ng29MAkN-c2wfmde_N7C1HHXW4hRXDHF90y-8alPeM-9K_Quw53bvy9Vgqotavu8SdBNR5BxN_py_1/w320-h320/Pikiranologi+Polos+-++Periode+Waktu%252C+Animisme%252C+dan+Dinamisme.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Periode Waktu, Animisme, dan Dinamisme</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kali ini kita akan membahas sesuatu yang mungkin kalian jarang dengar dari banyak bidang keilmuan. Siapkan diri kalian dan baca baik-baik tulisan ini.</p><h3 style="text-align: justify;">Periode Waktu</h3><p style="text-align: justify;">Di dalam Rigveda, kita mengenal ada 4 sistem Zaman atau Yuga yang perputarannya seperti roda Dhamma dalam Buddhisme atau cakra milik Krishna. Zaman-zaman ini berputar terus sampai kehidupan di semesta berakhir dan kemudian memunculkan semesta baru lagi. 4 zaman itu adalah Satya Yuga, Tetra Yuga, Dvapara Yuga, dan Kali Yuga.</p><p style="text-align: justify;">Sekarang kita loncat ke sistem prediksi waktu versi ilmuwan modern kita ketika mereka menemukan benda arkeologi. Sistem tersebut yang mungkin sering kita dengar saat kita belajar di bangku sekolah dulu dinamakan Periode Waktu Sejarah yang secara garis besar terbagi menjadi 5 yaitu <i>Pre-history, Classical, Middle Ages, Early Modern</i> dan <i>Modern</i>.</p><p style="text-align: justify;">Meskipun saya tidak percaya sepenuhnya pada pembagian versi ilmuwan modern ini karena beberapa faktor, namun sistem inilah yang digunakan oleh ilmu pengetahuan kita saat ini. Pembagian ini atas dasar benda-benda atau alat teknologi yang digunakan untuk membantu manusia dalam berkembang, sistem masyarakat, jenis makanan yang di konsumsi, dsb.</p><p style="text-align: justify;">5 Periode Waktu Sejarah</p><div style="text-align: justify;">Pre-history (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi)</div><div style="text-align: justify;">Classical (Yunani, Roma, Persia, Bizantium)</div><div style="text-align: justify;">Middle Ages (Awal, Tinggi dan Akhir)</div><div style="text-align: justify;">Early Modern (Humanis Renaissance, Reformasi Protestan, Renaissance Eropa, Abad Pencerahan)</div><div style="text-align: justify;">Modern (Revolusi Industri, Periode Revolusi, Imperialisme, Zaman Victoria, Revolusi Industri 2, Perang Dunia 1, Great Depression, Perang Dunia 2, dan Era Informasi).</div><p style="text-align: justify;">Sejak 1945 hingga hari ini kita berada di Era Informasi.</p><p style="text-align: justify;">Perubahan era atau zaman selalu terjadi di dalam peradaban manusia. Bahkan di beberapa tradisi kuno seperti dalam mitologi Atlantis, Suku Maya, dsb, selalu menyebutkan bahwa periode zaman itu berlangsung sebanyak 12 kali dalam 1 putaran roda. Dimana setiap 1 kali zaman akan berlangsung selama kurang lebih 2000 tahun.</p><p style="text-align: justify;">12 zaman ini dinamai sesuai rasi bintang atau zodiak yang kita kenal. Ketika <i>Vernal Equinox</i> atau Titik Musim Semi Matahari di belahan Bumi Utara menghadap satu rasi bintang tertentu, maka kita dianggap akan memasuki zaman tersebut. </p><p style="text-align: justify;">Menurut pandangan Astrologi, kondisi sosial dan psikologi kita sebagai pengamat di Bumi ketika terjadi perubahan Astronomi di langit yang menyebabkan konsep Astrologi lahir. Jadi bukan rasi bintang yang mempengaruhi karakter manusia atau kondisi peradaban manusia di Bumi, tetapi pemahaman kita di Bumi saat rasi bintang itu tampak dari Bumi yang menyebabkan kita mengasumsikan terjadinya perubahan era. </p><p style="text-align: justify;">Sedangkan di dalam Buddhisme, zaman terbagi menjadi 4 periode satuan waktu yang dinamakan Kalpa. Seperti halnya menurut pandangan Hindu menamai sistem waktu yaitu Kalpa, hanya saja Buddhis memiliki beberapa perbedaan.</p><p style="text-align: justify;">Satu periode semesta atau 1 Maha Kalpa terdiri dari:</p><div style="text-align: justify;">1 Maha Kalpa terbagi menjadi 4 Kalpa Tengah</div><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Tengah terbagi menjadi menjadi 20 Kalpa Kecil</div><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Kecil terdiri dari 1000 Kalpa Regular</div><p style="text-align: justify;">Dimana perhitungannya pun cukup kompleks yaitu:</p><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Regular terdiri dari 16 juta tahun</div><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Kecil terdiri dari 1000 Kalpa Regular atau 16 milyar tahun</div><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Tengah terdiri dari 20 ribu Kalpa Regular atau 320 milyar tahun</div><div style="text-align: justify;">1 Kalpa Besar atau Maha Kalpa terdiri dari 80 ribu Kalpa Regular atau 1.28 triliyun tahun</div><p style="text-align: justify;">Kalpa menurut Buddhis mengalami naik-turun seperti halnya gelombang longitudinal. Saat ini kita berada di Kalpa Turun dimana ciri khasnya adalah usia manusia semakin pendek, moralitas menurun, banyak tindak kejahatan dimana-mana.</p><p style="text-align: justify;">Bila 4 Kalpa Tengah itu terdiri dari Fase Kekosongan, Fase Pembentukan, Fase Kediaman, dan Fase Kehancuran, maka periode waktu yang telah berlalu bagi kita atau ketika saya yang sedang menulis jurnal ini sudah memasuki Kalpa Kecil ke-11 di Fase Kediaman yaitu kira-kira 816 milyar tahun!</p><p style="text-align: justify;">Jadi menurut Buddhis atau Hindhu, Bumi kita ini sudah cukup tua namun bukan artinya akan segera hancur atau kiamat. Masih ada 9 Kalpa Kecil lagi atau 9000 Kalpa Regular atau 144 milyar tahun ditambah 320 milyar tahun Fase Kehancuran. Bumi kita masih sehat dan akan terus mampu melewati segala rintangan kemanusiaan didalamnya!</p><p style="text-align: justify;">Menyadari betapa singkatnya kehidupan manusia sekaligus kecilnya kita di alam semesta ini, segala pengetahuan yang kita miliki tak akan pernah menjadikan kita paling pintar. Manusia sejak dahulu kala hidup dalam pencarian dan senantiasa bertanya-tanya akan peran dan eksistensinya di dunia ini. Dalam kebutuhan dasar kita sebagai binatang atau <i>Anima </i>atau Makhluk yang Bergerak, manusia memiliki 3 kebutuhan yaitu Makan, Tempat Tinggal dan Reproduksi baik secara seksual (Meiosis) atau melalui meningkatkan kualitas reproduksi selnya sendiri (Mitosis).</p><p style="text-align: justify;">Kebutuhan kita sebagai binatang ini atas dasar keinginan untuk mencari rasa aman dan nyaman akibat siklus kehidupan yang tanpa kita sadari memberikan kita informasi melalui DNA yang diturunkan oleh nenek moyang kita. Segala gejolak alam yang membuat kita harus mampu bertahan hidup dalam pencarian makan, tempat untuk tinggal dan reproduksi menyebabkan migrasi terus menerus sepanjang sejarah manusia.</p><p style="text-align: justify;">Jadi kalau kita melihat konflik kemanusiaan saat ini, jangan khawatir berlebihan. Ini hanyalah satu dari sekian milyar konflik yang pernah kita lalui dan di masa depan kita akan menemukan konflik-konflik lainnya yang mungkin lebih parah atau tidak seberapa jika dibandingkan kita hari ini.</p><p style="text-align: justify;">Kita tidak akan membahas lebih detail mengenai periode waktu, lamanya kita bertahan hidup di Bumi, atau kepastian mengenai sejarah manusia. Pembahasan itu sangat kompleks dan membutuhkan banyak referensi untuk dipelajari. Artikel ini hanya akan berbicara mengenai akibat dari pencarian rasa aman dan nyaman untuk pemenuhan Makan, Tempat Tinggal dan Reproduksi ini yang menjadikan manusia menciptakan pelindung dari rasa takutnya menghadapi roda kehidupan.</p><h3 style="text-align: justify;">Animisme dan Dinamisme</h3><p style="text-align: justify;">Di Indonesia, kita diberitahu kalau nenek moyang kita adalah para penyembah berhala Animisme dan Dinamisme. Animisme maksudnya adalah kepercayaan kepada roh dan Dinamisme adalah kepercayaan mengenai kekuatan benda-benda mati yang diyakini memiliki roh. Memahami dua aspek ini, kita harus membuka pandangan baru dan sementara menaruh konsep yang sudah ditanamkan ke kepala kita sejak kecil.</p><p style="text-align: justify;">Animisme berasal dari kata <i>Anima </i>atau <i>Animal </i>yang artinya Makhluk yang Bergerak. Orang dulu menganggap ada kekuatan tak kasat mata yang berkuasa dan punya andil dalam pembentukan semesta. Karena ketidakmampuan mata manusia untuk melihat sumber kekuatan ini, maka mereka menciptakan anggapan bahwasannya segala hal yang ada di dunia merupakan bagian kecil dari kekuatan yang dahsyat ini.</p><p style="text-align: justify;">Sebagai contoh, kita tidak bisa melihat sosok yang berkuasa maka kita meyakini bahwa roh di dalam diri manusia adalah percikan kekuatan Adi Kuasa ini. Sebab manusia itu ibarat Bumi yang mengalami fase kelahiran-kematian, gejolak alam ibarat emosi manusia, dan berbagai aspek lainnya yang menyimpulkan bahwa manusia adalah mikro-kosmos dan Bumi adalah bagian dari makro-kosmos.</p><p style="text-align: justify;">Bahasa mudah saat ini di Era Informasi adalah ketika kita berbicara melalui Sains. Hasil dari gesekan dua objek menghasilkan vibrasi atau yang kita kenal sebagai Hukum Polaritas. Suatu hal memiliki dua sifat seperti misalnya positif dan negatif di dalam atom. Vibrasi ini kemudian merubah caranya berekspresi menjadi Energi. Kekuatan Energi semesta yang menyebabkan orang dulu memahami sumber atau Vibrasi ini. Akibat dari daya Energi inilah maka kemudian Materi bisa bekerja.</p><p style="text-align: justify;">Contoh: kita tidak memiliki kemampuan untuk melihat foton tetapi kita dengan jelas bisa merasakan sinar matahari yang dimana sinar matahari ini bisa dimanfaatkan untuk banyak pekerjaan fisik manusia. Mengamati proses fotosintesis membuat kita menyadari bahwa proses ilahi ini bisa dilihat secara nyata dalam pertumbuhan pohon.</p><p style="text-align: justify;">Ketika kita melihat pohon, segala koneksi antara sesuatu yang tak kasat mata hingga hasil akhirnya yaitu buah yang memiliki biji untuk ditanam sebagai benih berikutnya dalam kehidupan adalah nyata. Makhluk yang bergerak atau <i>Anima </i>ini perlu pohon atau tanaman lainnya yang berfotosintesis (yang memenuhi pencerahan dan keduniawiannya sendiri) untuk menunjang lingkaran kehidupan. Artinya di dalam diri makhluk yang bergerak atau <i>Anima </i>ini ada percikan ilahi juga sebab sel-sel tubuh memerlukan nutrisi untuk hidup dari tanaman.</p><p style="text-align: justify;">Lahirlah kepercayaan Dinamisme yang konsep dasarnya karena percaya <i>Anima </i>dan makhluk lainnya saling terkoneksi dari tanaman melalui proses makan. Jadi melihat kepercayaan Animisme dan Dinamisme tidak bisa dipisahkan tetapi keduanya satu kesatuan seperti koin dengan dua wajah.</p><p style="text-align: justify;">Berbagai peristiwa berdarah seperti pengorbanan manusia atau penyembelihan hewan merupakan praktek Animisme yang didasari atas sumber energi yang mengalir di dalam darah bisa ditukarkan dengan sumber energi lainnya di Bumi.</p><p style="text-align: justify;">Atau praktek ritual membangun tempat untuk memuja seperti goa, candi atau pohon keramat, ini atas dasar Dinamisme yang melihat bahwa simpanan energi pada batu atau kayu bisa ditukarkan dengan energi buruk manusia.</p><h3 style="text-align: justify;">Fondasi Agama Selanjutnya</h3><p style="text-align: justify;">Animisme dan Dinamisme menjadi fondasi dasar dari bentuk-bentuk keyakinan manusia selanjutnya. Politeisme, Panteisme, Henoteisme, Dualism, Zoroastrianisme, dan Deisme.</p><p style="text-align: justify;">Selama periode waktu yang sangat lama, manusia meyakini proses ini sebagai wujud pemahamannya pada semesta, kemudian gejolak alam terjadi. Tepatnya 74 ribu tahun lalu saat Gunung di Toba yang kita kenal sebagai Danau meletus menyebabkan katastrofi atau bencana yang mengakibatkan perubahan iklim, geografi bahkan sejarah peradaban manusia.</p><p style="text-align: justify;">Saat muntahan lahar dan abu vulkanik dahsyat ini menutupi atmosfer dan matahari jadi tampak hilang dari bumi, manusia yang saat itu diperkirakan hanya berjumlah sekitar 100.000 jiwa (sisanya tewas akibat erupsi gunung) mulai berimigrasi mencari cahaya matahari. Pencarian mereka pada matahari melahirkan keyakinan bahwa sebagai sumber energi, matahari sangat diperlukan untuk pertumbuhan, proses makan, nutrisi, dsb.</p><p style="text-align: justify;">Kalau sebelumnya atribut dewa dewi ada di dalam setiap bentuk alam seperti misalnya dewi air, dewi tanaman, dewa angin, semenjak bencana letusan gunung ini, orang-orang menganggap bahwa matahari adalah dewa tertinggi yang harus dipuja. Tanpa matahari, mereka mati dan tidak bisa berkembang.</p><p style="text-align: justify;">Pemujaan terhadap matahari berlangsung selama ribuan tahun. Meskipun tidak selalu disebut sebagai Dewa Surya atau Ra, matahari selalu memainkan lakon dalam pemujaan manusia terhadap sosok tertinggi yang berada di langit. Selain matahari sebagai atribut tertinggi, mereka menganggap bahwa sosok-sosok bercahaya atau dewa-dewi yang ada di langit dapat menolong manusia di bumi. </p><h3 style="text-align: justify;">Pendapat Matias de Stefano</h3><p style="text-align: justify;">Matias de Stefano dalam tulisannya di YOSOY menjelaskan bahwa politeisme memanifestasikan sebagian besar aspek manusia, atau di alam, pada tumbuhan, mineral dan hewan, pada beberapa manusia, dalam unsur-unsur, dan dalam konstelasi dan planet. Ini adalah bagaimana dewa dan dewi muncul.</p><p style="text-align: justify;">Dan, penting untuk mengenali visi yang jelas dari Akhenaten, yang menjelaskan perbedaan besar antara Aten dan Amun, yaitu cahaya tampak dan cahaya tak terlihat. Akhenaten adalah firaun Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3.370 tahun yang lalu, ketika ibu kotanya berada di Luxor.</p><p style="text-align: justify;">Budaya Mesir menganggap sebagai Dewa tertinggi Ra, cahaya itu sendiri, tetapi memiliki dua aspek: Aten (cahaya yang terlihat) dan Amun (cahaya yang tidak terlihat). Amun dianggap sebagai aspek spiritual dan nyata dari Semesta, dan oleh karena itu, semua kultus didedikasikan untuk atribut Ra ini.</p><p style="text-align: justify;">Raja lahir bernama Nefr-Jeperu-Ra Amin-Hotep, artinya: “Indah semua manifestasi Ra, Amun puas”, tetapi pada tahun-tahun pemerintahannya, ia mengubah perspektifnya tentang realitas dan keyakinannya, menamai dirinya sendiri Akhen-Aton, yaitu: “Bermanfaat untuk Aten”.</p><p style="text-align: justify;">Idenya sederhana: mengapa menghormati Tuhan yang tidak terlihat dan konseptual, jika manifestasinya terlihat? Pendekatannya hari ini dapat ditafsirkan dengan cara berikut: mengapa menghormati foton yang tidak dapat saya lihat, jika saya dapat menghormati sinar cahaya yang mereka buat dan yang dapat saya lihat?</p><p style="text-align: justify;">Logika Akhenaten tersirat menghormati apa yang terlihat, alam, dan di dalamnya kita akan menemukan keilahian yang dimanifestasikan. Tetapi tidak hanya itu: gambar yang dikenakan Akhenaten pada sejarah adalah simbol yang diakui di zaman kuno: piringan matahari besar dari mana sinar cahaya muncul dengan tangan di ujungnya, memberkati kehidupan. Gambar ini meringkas sebagai berikut: semua dewa dan dewi yang Anda yakini tidak lebih dari sinar cahaya dari satu dewa, satu-satunya yang mungkin dari mana segala sesuatu muncul: Matahari.</p><p style="text-align: justify;">Konsep ini melahirkan gagasan Tauhid.</p><p style="text-align: justify;">Ide ini tidak menentang keberadaan dewa-dewi lain, melainkan mengakui mereka semua sebagai bagian dari satu kesatuan. Artinya kita dapat memahami pendekatan ini dengan pertanyaan berikut: semua warna berasal dari cahaya putih. Jadi apakah memercayai cahaya putih menghilangkan kemungkinan adanya warna lain? Tentu tidak. Cahaya putih adalah unit dari sisa warna dalam panjang gelombang. Tidak ada warna dengan sendirinya, meskipun demikian, jika mereka semua tidak ada maka di saat yang sama tidak ada cahaya putih.</p><p style="text-align: justify;">Jadi, Tauhid menganut paham Politeisme dan Politeisme sesuai dengan Monoteisme pada dasarnya. Mengetahui bahwa hanya ada satu Tuhan, satu Cahaya Putih, tidak menghilangkan keberadaan semua warna alam semesta.</p><p style="text-align: justify;">Para dewa-dewi adalah atribut cahaya yang memberi makna pada keberadaan, yang memungkinkan kita melihat, jatuh cinta, merasakan, menikmati, dsb. Mereka memberi kedalaman, makna, kehidupan, dan pemahaman. Setiap budaya memiliki cara khusus untuk melihat cahaya, memahami kecerahan yang dialami oleh setiap objek.</p><p style="text-align: justify;">Setiap keilahian adalah aspek cahaya. Dengan cara yang sama seperti elektron, proton, dan neutron membentuk organisasi dan muatan berbeda yang memunculkan berbagai macam molekul, dan ini menjadi ratusan elemen dan hal yang sama untuk jutaan realitas anorganik dan organik, juga dasar keilahian yang sama dapat menghasilkan jutaan pilihan keilahian.</p><p style="text-align: justify;">Tuhan adalah cahaya. Tuhan adalah foton. Itu adalah partikel yang bergerak, yang menghasilkan gerakan, dan yang mendiami setiap keberadaan, setiap benda yang hidup atau tidak bergerak. Frekuensinya yang berbeda, panjang gelombang yang berbeda, memunculkan kemungkinan tak terbatas, dewa dan dewi yang berbeda yang dimanifestasikan dalam setiap realitas.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">https://www.britannica.com/topic/yuga</div><div style="text-align: justify;">https://examples.yourdictionary.com/historical-eras-list-of-major-time-periods-in-history.html https://www.astrolada.com/articles/astrology-techniques/the-astrological-ages.html</div><div style="text-align: justify;">https://www.lionsroar.com/what-are-kalpas/</div><div style="text-align: justify;">https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Kalpa#:~:text=In%20Buddhism%2C%20there%20are%20four,kalpas%2C%20or%201.28%20trillion%20years.</div><div style="text-align: justify;">https://tirto.id/perbedaan-animisme-dan-dinamisme-sejarah-pengertian-contohnya-garT</div><div style="text-align: justify;">https://www.thegreatcoursesdaily.com/various-types-religions/</div><div style="text-align: justify;">https://theconversation.com/stone-tools-show-humans-in-india-survived-the-cataclysmic-toba-eruption-74-000-years-ago-132101</div><div style="text-align: justify;">https://yosoy.red/2021/07/28/divina/</div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-85845144647589076192021-08-08T18:00:00.068+07:002021-08-09T00:19:08.519+07:00Bill Gates, Kebakaran Hutan Di Turki Dan Kuil Dewa Mithras<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0C5pCL89ix4OxiWsTnjNirWggOUMl24aLcaSC5xJejUmi0UuE1a3tzasYa4Mxqw2daXN0VRR4AnucXOGAWqFoLdUgBVU6LQG6DuY8Zx2GZl5gaaraFsTl1Mzob8SEWbMyrDOgBIM7fsz/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Kebakaran+Turki.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0C5pCL89ix4OxiWsTnjNirWggOUMl24aLcaSC5xJejUmi0UuE1a3tzasYa4Mxqw2daXN0VRR4AnucXOGAWqFoLdUgBVU6LQG6DuY8Zx2GZl5gaaraFsTl1Mzob8SEWbMyrDOgBIM7fsz/s320/Pikiranologi+Polos+-+Kebakaran+Turki.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bill Gates, Kebakaran Hutan Di Turki Dan Kuil Dewa Mithras</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sejujurnya sambil menulis artikel ini saya deg-degan haha. Serasa main film detektif yang berusaha menyambungkan pecahan <i>puzzle </i>yang berserakan tak beraturan. Apa hubungannya antara Bill Gates, Kebakaran Hutan di Turki dan Kuil Dewa Mithras? Cocoklogi macam apa ini? Haha.</p><p style="text-align: justify;">Sayangnya ini bukanlah sebuah ilmu cocoklogi tetapi prinsip intelegen. Saya bukan anggota intelegen tetapi kata intelegen sendiri datang dari bahasa latin yaitu <i>Intelligere </i>yang maknanya adalah kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya. Jadi maaf-maaf saja kalau kalian bilang tulisan ini cocoklogi. Kalau tulisan ini cocoklogi, maka segala penelitian di dunia ini juga bisa disebut cocoklogi karena memang dasarnya mencocok-cocokan kondisi atau fenomena di depan mata.</p><p style="text-align: justify;">Oke lanjut...</p><p style="text-align: justify;">Beberapa hari yang lalu setelah berita mengenai Kebakaran Turki ramai di sosial media dan media <i>mainstream </i>menyebut perubahan iklim menjadi penyebab kebakaran tersebut, teman (lebih tepatnya adik kelas) saya ketika saya kuliah di Turki mengabarkan saya mengenai keanehan peristiwa kebakaran tersebut.</p><p style="text-align: justify;">Ternyata keanehan ini sudah ramai diperbincangkan oleh banyak netizen Turki. Teman saya ini kemudian mengirimkan beberapa bukti berita di kalangan netizen itu yang sudah saya lampirkan di referensi di bawah.</p><p style="text-align: justify;">Beberapa nama seperti Tuncay Uludağ, Hüseyin Hakkı Kahveci, dan Murat Akan membahas hal ini di sosial media mereka. Siapakah mereka? Teman-teman bisa cari sendiri nama-nama tersebut, yang jelas mereka bukan akun bodong atau <i>buzzer </i>yang bergerak kalau di bayar. Nama-nama tersebut cukup dikenal oleh netizen Turki. Jadi sudah pasti postingan analisis mereka tentang hubungan antara kedatangan Bill Gates dan Kebakaran Turki bukan postingan sembarangan.</p><h3 style="text-align: justify;">Kedatangan Bill Gates ke Bodrum, Turki</h3><p style="text-align: justify;">Seperti yang dijelaskan dalam kanal Youtube Murat Akan, kedatangan Bill Gates pada tanggal 28 Juli 2021 dengan segala kemewahannya, tentu saja mengundang keanehan publik di Turki. Bill Gates salah satu orang terkaya di dunia tentu tidak akan sembarangan ketika memilih lokasi plesiran yang diakuinya hanya untuk liburan. Sekalipun kalau Bill Gates sampai sembarangan memilih tempat liburan, media dan seluruh mata dunia akan bertanya-tanya apa motivasi dari kunjungan singkatnya.</p><p style="text-align: justify;">Dan benar saja. Setelah kunjungannya yang menghabiskan dana fantastis, di tanggal yang sama pada 28 Juli provinsi Antalya tepatnya di Manavgat terjadi kebakaran. Bukan hanya di satu tempat tetapi sampai tulisan ini dibuat, setidaknya ada 5 provinsi lainnya yang juga terkena kebakaran yaitu di Adana, Muğla, Isparta, Denizli, dan Aydın. Bagaimana mungkin kebakaran di beberapa lokasi Mediterania dan Aegean ini terjadi berbarengan secara kebetulan? Meskipun banyak di berita media massa disebutkan bahwa penyebab kebakaran akibat perubahan iklim, banyak netizen yang tidak percaya begitu saja.</p><h3 style="text-align: justify;">Hubungannya Dengan Kuil Dewa Mithras</h3><p style="text-align: justify;">Hüseyin Hakkı Kahveci yang merupakan seorang jurnalis melalui twitternya menuliskan, ia mendapatkan kabar bahwa para petinggi USA dan Israel sedang mengadakan pertemuan rahasia di ruang bawah tanah di Bodrum di hari kedatangan Bill Gates ke Turki. Sejak kuil pra-Kristen di gali pada tahun 2017, ada banyak nama-nama anggota Elite Global yang datang ke Turki untuk melakukan ritual disana. Kebetulan kuil tersebut berlokasi di Diyarbakır, salah satu provinsi di wilayah timur Turki yang dikuasai oleh PKK atau partai oposisi Kurdi yang sering melakukan terorisme di wilayah-wilayah timur dan selatan Turki.</p><p style="text-align: justify;">Dengan ditemukannya Kuil Mithras yang berusia 1.800 tahun, diketahui bahwa perwakilan generasi ke-3 dari keluarga Rothschild dan Rockefeller, pejabat dan duta besar PBB mengunjungi Diyarbakır. Bahkan aktor Morgan Freeman sedang bersiap untuk syuting film dokumenter di kuil. Berada di lokasi Çınar, Diyarbakır kuil yang dinamai Zerzevan ini mulai digali dan restorasi pada tahun 2014. Kuil Zerzevan merupakan Kuil Dewa Mithras.</p><p style="text-align: justify;">Untuk yang tidak tahu siapa itu Dewa Mithras, ia adalah salah satu nama dewa dari kebudayaan Persia. Bisa dibilang Dewa Mithras kedudukannya setara dengan Dewa Zeus, Dewa Jupiter, Dewa Odin, atau Dewa Osiris, yaitu sebagai raja para dewa. Mithras dilambangkan memiliki mahkota berduri dan merupakan anak dewa yang dibuang oleh orang tuanya. Nasibnya serupa dengan Karna, anak Dewa Surya bersama Dewi Kunti dari mitologi India. Bahkan dalam dokumenter Zeitgeist menyebutkan bahwa kisah-kisah Nabi Musa dan Nabi Isa mengadopsi kisah Dewa Mithras. Begitu kuatnya pengaruh Mithras bagi kebudayaan dan peradaban manusia, patung Lady Liberty sendiri yang merupakan hadiah dari Perancis untuk Amerika Serikat sebenarnya merupakan representasi Dewa Mithras.</p><h3 style="text-align: justify;">Diyarbakır Yıldız dan Polemik Suku Kurdi</h3><p style="text-align: justify;">Kuil yang selama 50 tahun dicari ini akhirnya ditemukan pada tahun 2017 dan hal ini mengingatkan <span style="text-align: justify;">Hüseyin Hakkı Kahveci mengenai pernyataan kalimat Erdoğan pada tahun 2004 mengenai </span>kisah <span style="text-align: justify;">Diyarbakır</span> Yıldız atau Bintang <span style="text-align: justify;">Diyarbakır. Suku Kurdi sendiri adalah sebuah suku yang tidak memiliki teritori wilayah negara manapun. Meskipun sebagian besar tinggal di timur dan selatan wilayah Turki, penduduk Turki sendiri tidak menerima mereka. Peperangan internal antara orang Turki dan orang Kurdi sudah berlangsung sejak lama dan permusuhan yang sudah mendarah daging ini adalah polemik kedua bangsa.</span></p><p style="text-align: justify;">Nah, yang menarik adalah fakta bahwa pekerjaan proyek Büyük Kurdistan atau Kurdistan Raya telah dipercepat. Wilayah Kurdi ini mencakup sebagian wilayah Turki, Suriah, Irak, dan Iran. Orang Kurdi sendiri meskipun banyak yang beragama Islam Sunni, juga banyak yang beragama Kristen, Yahudi, bahkan Zoroaster atau agama pagan asal Iran yang menyembah Dewa Mithras.</p><h3 style="text-align: justify;">Benarkah Senjata HAARP Digunakan Dalam Kasus Ini?</h3><p style="text-align: justify;">Jika kalian pernah mendengar berita seputar HAARP, maka kalian akan tahu bahwa banyak orang yang mengamati kegiatan Elite Global menganggap senjata ini sebagai senjata Death Ray atau Death Beam milik Nikola Tesla. Namun, tidak sedikit yang menyebut bahwa proyek HAARP hanyalah pengalihan isu dari proyek lainnya milik Elite Global. Terlepas dari senjata ini HAARP atau bukan, peristiwa kebakaran di Turki bisa terlihat sangat terarah, bukan jenis kebakaran alami yang biasa terjadi saat perubahan iklim.</p><p style="text-align: justify;">Postingan netizen di Turki menampilkan terdapat banyak lubang-lubang seperti tembakan laser di tanah-tanah yang terbakar. Selain itu Tuncay Uludağ di twitter pribadinya menyebut bahwa tahun 2019 PG&E melakukan kerjasama dengan Solaren Corp. memiliki proyek memancarkan tenaga surya dari angkasa. PG&E juga mengenalkan Pemantau Kebakaran Hutan menggunakan teknologi satelit. Untuk membuka pintu energi bersih yang mereka berikan dari luar angkasa, mereka perlu menyingkirkan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, mereka menghubungkan semua bencana seperti banjir dan kebakaran dengan pemanasan global dan CO2.</p><h3 style="text-align: justify;">Beberapa Kesimpulan...</h3><h4 style="text-align: left;">Kebakaran Sebagai Ritual Pengorbanan</h4><p style="text-align: justify;">Hufh. Saya tahu mencerna ini semua berat dan menguras energi. Jujur saja selama mengetik dan membaca referensi ini saya juga sambil berpikir terus. Mencari hubungan ritual kuno manusia dengan kebakaran yang terjadi di Turki. Dari peristiwa tersebut saya menarik beberapa benang merah.</p><p style="text-align: justify;">Sebelum kita menghakimi Elite Global sebagai penjahat, ada baiknya kita memahami cara berpikir mereka terlebih dahulu. Elite Global adalah penganut Paganisme taat. Segala ritual yang mereka lakukan adalah ritual persembahan kuno yang sudah berlangsung selama ribuan tahun. Apakah ini bisa disimpulkan bahwa Ajaran Kuno atau Ancient Wisdom adalah sesat? Tidak selalu.</p><p style="text-align: justify;">Seperti halnya para penganut ajaran agama lain seperti Yahudi, Islam, Kristen, Hindu, Buddha atau lainnya yang secara ekstrim menganggap bahwa ajaran mereka yang paling benar, pastinya akan secara mudah membiarkan pihak lain atau orang-orang di luar kelompoknya menderita akibat perbuatan radikal mereka. Demikian juga para Elite Global yang memegang Ajaran Kuno sebagai pedoman hidup mereka.</p><p style="text-align: justify;">Pemahaman mereka akan esensi diri dan semesta, hubungan antara energi dan ilmu pengetahuan lainnya, dimanfaatkan sebagai alat mereka mencapai kekuasaan mutlak. Mereka merahasiakan pengetahuan mereka demi menguasai sebagian besar penduduk dunia yang tidak tahu apa-apa seperti Domba-Domba Yang Hilang. Makanya mereka disebut bergerak secara <i>shadow </i>dan penuh rahasia. Serta konspirasinya dianggap hanya sebuah teori yang sebenarnya semuanya adalah fakta. Bisa saya sebut bahwa para Elite Global ini menyempal atau menodai Ajaran Kuno.</p><p style="text-align: justify;">Mengenai ritual pengorbanan yang mungkin sering kita dengar dari para ilmuwan yang meneliti situs arkeologi kuno, ini adalah akibat dari perkembangan mental nenek moyang kita di masa silam. Mereka memahami betul bahwa manusia adalah makhluk energi.</p><p style="text-align: justify;">Di masa kuno, manusia menganggap bahwa Tuhan adalah segala sesuatu yang bergerak di dunia materi atau dunia fisik, maka dari itu lahir kepercayaan Animisme yang berasal dari kata <i>Anima </i>atau <i>Animal </i>atau makhluk yang bergerak dianggap sebagai simbol Tuhan di dunia 3 dimensi.</p><p style="text-align: justify;">Kepercayaan Animisme menyebabkan banyak upacara pengorbanan hewan atau mungkin manusia sebagai wujud pertukaran energi dengan semesta. Jika mereka ingin mendatangkan hujan misalnya maka mereka akan memberikan darah hewan kepada para dewa. Tujuannya adalah barter energi.</p><p style="text-align: justify;">Saya tidak membenarkan tindakan ini karena moralitas manusia saat ini menentang cara-cara upacara pengorbanan semacam ini, hanya saja kita seharusnya memahami alasan mereka melakukan ritual bukan semata-mata untuk ilmu hitam. Mereka melakukan ritual pengorbanan atas nama kebaikan untuk kelompok mereka.</p><h4 style="text-align: justify;">Menanam Benih Semesta Tatanan Dunia Baru Setelah Kekacauan</h4><p style="text-align: justify;">Ingat film Avenger Endgame saat Thanos duduk di pinggir sawah setelah menghancurkan jagad raya? Ini bukan adegan tak sengaja atau hanya cita-cita Thanos menjadi petani hehe. Para Elite Global atau ditarik lebih jauh lagi, menurut Matias de Stefano, beberapa ras Aliens yang merasa ikut campur dalam peradaban manusia yang kita kenal sebagai Anunnaki dalam sejarah Mesir, merasa kalau diri mereka adalah petani kehidupan. Seperti halnya petani yang membakar ladang atau sawah setelah panen, berguna untuk menyuburkan tanah tersebut. Karena melalui proses pembakaran tersebut beberapa senyawa yang diperlukan untuk tanaman berikutnya bisa membuat mereka tumbuh subur.</p><p style="text-align: justify;">Prinsip seperti ini di pegang teguh oleh sekelompok orang yang merasa bertanggung jawab atas kemajuan peradaban manusia. Bagi mereka, segala kekacauan hari ini bisa saja mereka ciptakan demi kelangsungan masa depan. Kalau memang tujuannya mulia agar mempersiapkan masa depan yang lebih baik, tapi kalau ternyata tujuannya hanya demi keuntungan pribadi kelompok mereka? Prinsip dari Ajaran Kuno ini tentu hanyalah nama lain dari bencana kemanusiaan.</p><h4 style="text-align: justify;"><i>Jika Kebakaran Turki disebabkan oleh kedatangan Bill Gates dan para Globalis lainnya ke Kuil Mithras adalah benar, maka artinya kelompok 1% ini ingin memberitahukan kepada kita bahwa tanah subur setelah kebakaran akan segera tiba artinya Tatanan Dunia Baru sudah di depan mata.</i></h4><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">https://www.vocabulary.com/dictionary/intelligence</div><div style="text-align: justify;">https://twitter.com/TuncayULUDAG_/status/1423051598713049093</div><div style="text-align: justify;">https://mobile.twitter.com/hhakkikahveci/status/1422637064512737285</div><div style="text-align: justify;">https://twitter.com/haberzamaniii/status/1422444490766364692</div><div style="text-align: justify;">https://www.milliyet.com.tr/galeri/son-dakika-dunyayi-yoneten-ailelerin-gozdesi-ozel-izinle-girilebiliyor-diyarbakirda-6555595/3</div><div style="text-align: justify;">https://www.youtube.com/watch?v=ZsrAl5T9Pqk</div><div style="text-align: justify;">https://www.cnnturk.com/dunya/bill-gatesin-bodrum-tatili-luks-restoranda-odedigi-hesap-dudak-ucuklatti</div><div style="text-align: justify;">https://www.haberler.com/yanginlar-ne-zaman-basladi-yanginin-kacinci-gunu-14305264-haberi/</div><div style="text-align: justify;">https://twitter.com/haberzamaniii/status/1422444490766364692</div><div style="text-align: justify;"><div class="yuRUbf" style="background-color: white; color: #202124; font-family: arial, sans-serif; font-size: small; line-height: 1.58; text-align: left;"><div class="B6fmyf" style="height: 0px; position: absolute; top: 0px; visibility: hidden; white-space: nowrap;"><div class="eFM0qc" style="display: inline-block; padding-bottom: 2px; padding-left: 2px; padding-top: 1px; visibility: visible;"><div class="action-menu" jscontroller="hiU8Ie" style="display: inline; margin: 1px 3px 0px; position: relative; user-select: none; vertical-align: middle;"><ol class="action-menu-panel zsYMMe" data-ved="2ahUKEwjalb2ohaHyAhXZZCsKHclKAcAQqR96BAgWEAM" jsaction="keydown:Xiq7wd;mouseover:pKPowd;mouseout:O9bKS" role="menu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 1px solid rgba(0, 0, 0, 0.2); box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 2px 4px; font-size: 13px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 12px; transition: opacity 0.218s ease 0s; visibility: hidden; z-index: 3;" tabindex="-1"><li class="action-menu-item OhScic zsYMMe" role="menuitem" style="cursor: pointer; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px; user-select: none;"><a class="fl" href="https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:gsFu2cFLig8J:https://www.zeitgeistmovie.com/+&cd=21&hl=en&ct=clnk&gl=id" ping="/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://webcache.googleusercontent.com/search%3Fq%3Dcache:gsFu2cFLig8J:https://www.zeitgeistmovie.com/%2B%26cd%3D21%26hl%3Den%26ct%3Dclnk%26gl%3Did&ved=2ahUKEwjalb2ohaHyAhXZZCsKHclKAcAQIHoECBYQBA" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(0, 0, 0, 0.1); color: #3c4043; display: block; outline: 0px; padding: 7px 18px; text-decoration-line: none;"></a></li></ol></div></div></div></div><div class="IsZvec" style="background-color: white; color: #4d5156; font-family: arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.58; max-width: 48em; text-align: left;"></div></div><div style="text-align: justify;">https://www.zeitgeistmovie.com/</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Kurdistan</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Mithraism</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Zoroastrianism</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7233228492051422295.post-34850419838078053442021-08-07T17:09:00.003+07:002021-08-07T20:19:30.980+07:00Abad Pencerahan: Zaman Pemisah Spiritualitas Dan Sains<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxtSfPCXrwXoWu9PRspu-LqmNUmVFal88TAwyaObS61h5-xKfvvttd5uNHZhCmfLbSMOmVTQIIpkfTRQS82lFMjHZppKpNbIKEzRZyt4eKgZqxxe5iLTMaAOupSqhHgt_v-q58RhJgxrCo/s1080/Pikiranologi+Polos+-+Abad+Pencerahan+Zaman+Pemisah+Spiritualitas+dan+Sains.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxtSfPCXrwXoWu9PRspu-LqmNUmVFal88TAwyaObS61h5-xKfvvttd5uNHZhCmfLbSMOmVTQIIpkfTRQS82lFMjHZppKpNbIKEzRZyt4eKgZqxxe5iLTMaAOupSqhHgt_v-q58RhJgxrCo/w320-h320/Pikiranologi+Polos+-+Abad+Pencerahan+Zaman+Pemisah+Spiritualitas+dan+Sains.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kiri-Kanan: All Seeing Eye, Dewa Janus, Pineal Gland</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari ini saya merenung, menyadari satu hal. Telepon genggam di tangan saya ini, benarkah menjadi alat untuk mengakses pengetahuan yang serba ada di alam semesta? Apakah benar perkataan para ilmuwan itu bahwa kita sedang mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa? Manusia bisa pergi ke bulan, akses internet di seluruh penjuru dunia, teknologi di berbagai bidang yang menghubungkan mesin untuk membantu pekerjaan manusia. Benarkah kita sehebat dan begitu maju dalam pengetahuan sehingga kita sedang berada di puncak peradaban? Bagaimana dengan peninggalan jejak nenek moyang kita? Candi, Piramida, Jam Matahari, Batu Ukiran di Pulau Easter atau berbagai peninggalan kisah mitologi yang menyebar melalui cara verbal? Benarkah satu-satunya kemajuan nenek moyang kita hanyalah mengejar berhala demi pengorbanan manusia?</p><p style="text-align: justify;">Pernahkah kita berpikir satu kali saja di dalam kehidupan kita, bagaimana kalau ternyata kita semua sedang dibohongi oleh sistem? Sebuah sistem yang digunakan untuk mengontrol manusia demi kepentingan suatu kelompok agar kita melupakan hakikat kita sebagai makhluk di alam semesta ini. Bagaimana kalau ternyata nenek moyang kita bukanlah sekelompok makhluk primitif yang hanya mengejar berhala untuk dipuja? Bagaimana kalau ternyata segala praktek mistik yang katanya untuk ilmu hitam sebenarnya adalah informasi tentang sifat alami kita sebagai manusia? Bagaimana kalau sebenarnya manusia bisa membongkar dan merakit ulang DNA-nya bukan dengan laboratorium melainkan melalui praktek meditasi?</p><p style="text-align: justify;">Seperti halnya Dewa Janus, bagaimana jika spiritualitas dan sains ternyata satu buah koin dengan dua wajah?</p><h3 style="text-align: justify;"><b>Spiritualitas dan Sains</b></h3><p style="text-align: justify;">Kita pernah berada dalam masa dimana manusia bisa dengan mudah menerjemahkan spiritualitas melalui sains atau sebaliknya mengajarkan sains melalui cara spiritualitas. Bukti sejarah menjelaskan bahwa penemu-penemu sebelum Abad Pencerahan mampu menguasai berbagai bidang misalnya ahli matematika sekaligus filosofi, ahli geometri sekaligus biologi, atau bisa menguasai astronomi dan ilmu ketuhanan atau berbagai bidang keilmuan lainnya yang memang saling berhubungan tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Pasca Abad Pencerahan manusia seakan-akan menjalankan kehidupan dengan gamang. Mengejar selembar pengakuan pendidikan tinggi namun kehilangan esensi dasarnya mencari ilmu. Mengagungkan pendidikan tertinggi tetapi lupa fungsinya untuk membagikan ilmu bagi sesama. Menggunakan ilmu yang dipelajari untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Bahkan lucunya banyak dari kita yang selama bertahun-tahun sibuk dengan tugas akhir dan berusaha mendapatkan nilai tinggi dengan cara apapun termasuk menyontek, tiba-tiba lupa begitu saja dengan perjuangan penuh air mata setelah memperoleh gelar terakhir. Atas nama pengetahuan, manusia mampu menggadaikan kemanusiaan.</p><p style="text-align: justify;">Sains telah di-kampanye-kan sebagai tempatnya para pemikir. Sedangkan di sisi lain Spiritualitas mulai dianggap konservatif. Siapapun yang menggunakan pikirannya dianggap tidak perlu menghubungkan koneksi pada ketuhanan. Bahkan tidak sedikit pula yang merasa bahwa kepercayaan pada Tuhan adalah mutlak tak perlu dipertanyakan lagi. Spiritualitas menutup diri dari segala kemungkinan di luar diri. Sedangkan Sains terus mencari dan menggali apapun yang ada di luar diri seperti orang yang terus menggaruk rasa gatal yang tak berkesudahan.</p><h3 style="text-align: justify;"><b>Abad Pencerahan</b></h3><p style="text-align: justify;">Masa ini diperkirakan oleh sejarawan Perancis berlangsung pada abad ke-18 yaitu sekitar tahun 1715 saat kematian Louis XIV dan 1789 saat awal Revolusi Perancis. Gerakan filosofis ini datang dari Eropa yang kemudian mendominasi dunia, beralasan bahwa sumber utama otoritas dan legitimasi, dan itu menganjurkan cita-cita seperti kebebasan, kemajuan, toleransi, persaudaraan, pemerintahan konstitusional, dan pemisahan gereja dan negara. Abad Pencerahan ditandai dengan penekanan pada metode ilmiah dan reduksionisme, bersama dengan meningkatnya pertanyaan tentang ortodoksi agama. Ide-ide Pencerahan melemahkan otoritas monarki dan gereja, dan membuka jalan bagi revolusi politik abad ke-18 dan ke-19. Beberapa sejarawan baru-baru ini memperkirakan periode ini dimulai pada 1620-an, dengan lahirnya Revolusi Ilmiah. Namun, varietas gerakan nasional yang berbeda berkembang antara dekade pertama abad ke-18 dan dekade pertama abad ke-19.</p><p style="text-align: justify;">Revolusi Ilmiah adalah serangkaian peristiwa yang menandai munculnya ilmu pengetahuan modern selama periode modern awal, ketika perkembangan matematika, fisika, astronomi, biologi (termasuk anatomi manusia) dan kimia mengubah pandangan masyarakat tentang alam. Revolusi Ilmiah terjadi di Eropa menjelang akhir periode <i>Renaissance </i>dan berlanjut hingga akhir abad ke-18, mempengaruhi gerakan sosial intelektual yang dikenal sebagai Pencerahan. Sementara tanggalnya masih diperdebatkan, penerbitan Nicolaus Copernicus 'De revolutionibus orbium coelestium pada tahun 1543 (Tentang Revolusi Lingkungan Surgawi) sering disebut-sebut sebagai awal dari Revolusi Ilmiah.</p><p style="text-align: justify;">Secara historis kita melihat bahwa pemasungan terhadap pemikiran ilmiah oleh Gereja kepada para pemikir yang menyebabkan lahirnya gerakan Abad Pencerahan. Namun benarkah demikian? Atau sebenarnya ini merupakan propaganda buatan agar manusia melupakan esensi spiritualnya di dunia fisik? Atau mungkinkah para pemegang otoritas Spiritual sengaja membuat manusia menjauhi esensinya sebagai makhluk Spiritual agar secara sukarela kita memisahkan diri dari Spiritualitas? Sedangkan kita semua tahu, kita bukanlah robot yang hanya berkutat dengan dunia fisik. Kita memerlukan sentuhan emosional dan ketenangan batiniah yang berhubungan dengan spiritualitas kita.</p><p style="text-align: justify;">Bagaimana kalau sebenarnya pertengkaran antara Spiritualitas dan Sains hanyalah propaganda untuk memisahkan keduanya agar kita melupakan kemampuan sejati kita agar kita semua bisa dikendalikan oleh suatu kelompok?</p><h3 style="text-align: justify;"><b>Illuminati</b></h3><p style="text-align: justify;">Untuk menjawab ini mungkin kita bisa mengamati sejarah lahirnya kelompok Illuminati di Bavaria yang dibuat oleh Adam Weishaupt. Weishaupt menggunakan Freemason sebagai tempat bersembunyi dan merekrut untuk mempromosikan Illuminati. Dia menggunakan rahasia suatu kelompok (Freemason) untuk menyembunyikan kelompok rahasia lain (Illuminati).</p><p style="text-align: justify;">Di sisi lain kita semua tahu siapa itu Mayer Amschell Rothschild, lelaki miskin yang mejadi penguasa dunia. Banyak buku-buku atau referensi di internet yang bisa kita baca mengenai latar belakang Rothschild ini. Keluarga Rothschild yang berambisi menjadi penguasa dunia memerlukan banyak perang, konflik, kekacauan, untuk membuat pihak lain membutuhkan dana bantuan mereka. Rothschild selalu bergerak di dua kaki di dalam konflik apapun. Keluarga Rothschild adalah pembisnis sejati yang selalu mencari keuntungan dari segala konflik bahkan jika dimungkinkan mereka akan menciptakan konflik.</p><div style="text-align: justify;"><p>Weishaupt membutuhkan dukungan finansial. Dia memiliki 3000 anggota yang dia telah direkrut pada tahun 1784. Dan dari berbagai sumber yang mengatakan bahwa House of Rothschild yang menyediakan dukungan kepada Adam Weishaupt. Lalu apa pentingnya mengetahui kedua pria ini yaitu Mayer Amschel Rothschild mendukung Adam Weishaupt secara finansial? Bagian belakang uang dolar adalah kuncinya. Di mana "mata di segitiga" dan piramida ada tulisan "Novus Ordo Seclorum" atau "tatanan dunia baru", atau siklus baru selama berabad-abad.</p><h3><b>Menjauhkan Spiritualitas Dengan Teror Satan</b></h3><p>Bukan rahasia lagi jika kita sering diperlihatkan simbol-simbol yang digunakan oleh sekelompok orang ini, yang kemudian bertransformasi menjadi kekuatan Elite Global, dalam berbagai aksi teror atau upacara persembahan mereka. Simbol Ular, Segitiga, Mata Satu, Swastika yang digunakan Nazi, telah berubah makna sebagai simbol Satanic atau pemuja setan. Simbol-simbol ini (mungkin lebih baik jika kita bahas di tulisan khusus) merupakan simbol yang telah lama ada di muka bumi. Lahir bersama dengan peradaban manusia itu sendiri.</p><p>Simbol-simbol itu merupakan simbol Spiritualitas kuno atau yang biasa dikenal sebagai Ancient Wisdom atau Ancient Knowledge. Para elite menggunakan simbol ini agar kita kehilangan makna dan esensi yang mampu membuat kita menjauhkan diri dari spiritualitas. Kenapa? Karena semakin kita takut akan simbol-simbol ini maka kita akan semakin menjauhkan diri dari makna asli dari simbol yang bertujuan memberitahukan kita mengenai informasi semesta. Semakin kita menjauh dan kehilangan jati diri, maka semakin mudah bagi mereka untuk memperbudak kita, mengontrol kita.</p><p><br /></p><p><br /></p></div><h4 style="text-align: justify;">Referensi:</h4><div style="text-align: justify;">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2920436/</div><div style="text-align: justify;">https://www.ime.usp.br/~vwsetzer/science-religion-spirituality.html</div><div style="text-align: justify;">https://www.natureasia.com/en/nindia/article/10.1038/nindia.2012.80</div><div style="text-align: justify;">https://www.britannica.com/science/Scientific-Revolution</div><div style="text-align: justify;">https://courses.lumenlearning.com/boundless-worldhistory/chapter/the-enlightenment/</div><div style="text-align: justify;">https://www.history.com/topics/british-history/enlightenment</div><div style="text-align: justify;">https://www.britannica.com/event/Enlightenment-European-history</div><div style="text-align: justify;">https://courses.lumenlearning.com/boundless-worldhistory/chapter/the-age-of-enlightenment/</div><div style="text-align: justify;">https://groups.google.com/g/bit.listserv.history/c/XhidgGcEtVY?pli=1</div><div style="text-align: justify;">https://www.nationalgeographic.com/history/history-magazine/article/profile-adam-weishaupt-illuminati-secret-society</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Mayer_Amschel_Rothschild</div><div style="text-align: justify;">https://en.wikipedia.org/wiki/Adam_Weishaupt</div>Pikiranologihttp://www.blogger.com/profile/01197983340605809467noreply@blogger.com0