Kenalan Dengan Sacred Geometry
Tetrahedron dan Duduk Bersila |
Kalau sampai sejauh ini membaca tulisan blog Pikiranologi atau beberapa penjelasan saya di IG Live, kalian masih tidak bisa membedakan antara Tuhan dan Ketuhanan, Agama dan Ajaran, lalu masih ribut dan merasa bahwa Tuhan kalian yang paling benar, mendingan kalian tinggalkan saja tulisan-tulisan saya ini karena p-e-r-c-u-m-a. Mungkin kalian perlu membangun fondasi literasi yang sangat kuat terlebih dahulu, cari banyak referensi atau bahkan sejenak kosongkan isi doktrin di dalam otak kalian terlebih dahulu agar bisa melihat segala sesuatu lebih jelas. Semua orang yang membaca tulisan ini, saya harapkan sudah dapat mencerna dengan sangat baik perbedaan-perbedaan mendasar kehidupan yaitu Agama dan Ajaran serta Tuhan dan Ketuhanan.
Oke.
Tuhan, seperti halnya yang sering saya jelaskan, bisa diterjemahkan melalui banyak cara. Di era kuno dulu sebelum Agama Pagan menjamur sebagai agama terbaik bagi peradaban manusia yang memuja Dewa-Dewi, nenek moyang kita menjelaskan Tuhan sebagai Waktu karena anggapan bahwa Tuhan adalah sebagai sesuatu yang tidak terbayangkan, tidak terukur, tanpa batas seperti Waktu yang tanpa Ruang, ia bebas dan tidak terikat. Lalu memiliki kontra atau lawan dari Waktu adalah Kematian. Sebab hanya melalui Kematian-lah Waktu bisa 'berubah', 'berganti', menjadi atribut baru. Hal ini yang menjadi penyebab setiap makhluk yang mengalami Kelahiran PASTI mengalami Kematian. Sebab Kematian adalah bagian dari ikatan Waktu yang tidak terpisahkan.
Baca: Tuhan Singa-Waktu dan 7 Hari Menyembah Dewa-Dewi
Tuhan Sebagai Arsitek Kehidupan
Setelah menerjemahkan Tuhan sebagai Waktu karena nenek moyang tidak mampu membayangkan kekuasaannya yang tanpa batas dan akhir, mereka mulai menerjemahkan bahwa Tuhan sebagai Arsitek atau Desainer terbaik alam semesta. Alasannya cukup sederhana. Karena nenek moyang mengamati setiap detail kehidupan kita yang memiliki bentuk presisi sempurna. Tubuh manusia yang memiliki satu kepala, dua tangan, dan dua kaki seperti bintang laut kalau sedang telentang. Lalu bentuk presisi buah-buahan yang kalau di potong akan menghasilkan bentuk Chiral antara kanan-kirinya seperti halnya kedua mata kita atau kedua tangan kita yang saling bertolak belakang tetapi bersatu sempurna saat saling berhadapan. Bentuk Chiral inilah yang menyebabkan nenek moyang kita menganggap kalau Tuhan itu berupa manusia maka ia adalah arsitek terbaik alam semesta yang memiliki kemampuan luar biasa membentuk segala hal menjadi presisi.
Maka dari itu, jika kalian lihat simbol Freemasonry adalah jangka dan mereka mengaku sebagai tukang batu, itu bukan karena mereka benar-benar mengaku sebagai kuli bangunan! Saya benar-benar tertawa mendengar argumen lugu dari banyak orang yang merasa paling tahu Teori Konspirasi dengan menyebut bahwa anggota Freemasonry adalah benar-benar bekerja sebagai kuli bangunan haha. Alasan mereka menggunakan jangka dan tukang batu sebagai simbol mereka adalah karena mereka menggunakan Sacred Geometry atau Geometri Sakral sebagai pedoman untuk menciptakan ide, imajinasi, khayalan, ke dalam dunia fisik atau 3D. Singkat kata, mereka mencoba berlaku sebagai Tuhan dalam bentuk kasar atau dalam tubuh manusia.
Apa itu Sacred Geometry?
Kali ini saya akan bicara tentang angka-angka. Karena manusia selalu takut melihat angka akibat traumatis di dalam kelas saat sekolah dulu yang entah gurunya tidak mampu mengajar dengan hanya meminta murid-muridnya menghafal rumus-rumus tanpa menjelaskan alasan lahirnya angka-angka tersebut atau alasan lainnya. Buat kalian yang mengalami traumatis terhadap angka, semoga penjelasan saya mengenai Geometri Sakral bisa mengobati rasa trauma kalian.
Sacred Geometry atau Geometri Sakral adalah sebuah jembatan, cara, metode, yang digunakan sejak zaman kuno dulu sebagai penghubung antara Spiritualitas yang sifatnya abstrak dan ada dalam alam pikiran kita, menjadi mudah dilihat dalam kacamata Sains yang sifatnya konkret atau nyata bisa di sentuh, dirasakan, melalui panca indera kita. Dunia menganggap ilmu Geometri Sakral dimulai sejak era Pythagoras lalu Plato dan kemudian Aristoteles. Namun, tahukah kalian kalau Geometri Sakral tertua justru datangnya dari Lembah Sungai Indus yang namanya Sri Yantra. Peradaban Lembah Sungai Indus diperkirakan sebagai peradaban manusia tertua dan jauh lebih tua dari peradaban Mesopotamia, Mesir, dan peradaban lainnya. Hal ini yang menyebabkan banyak ilmuwan meyakini bahwa Ajaran Kuno Veda (yang pada saat itu belum menjadi Hindu modern) di bawa ke seluruh penjuru dan menjadi fondasi dari banyak ajaran lain. Sebut saja Zoroaster yang merupakan agama Dualitas tertua dunia yang menjadi fondasi agama Abrahamic konon mengadopsi Ajaran Atman (Veda) sebagai fondasi agama di Persia kuno.
Baca: Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda atau Buddha?
Geometri Sakral kemudian melahirkan angka-angka, simbol-simbol, yang tujuan awalnya sederhana yaitu untuk memudahkan manusia memahami skema semesta. Alasan kenapa manusia normalnya memiliki 5 jari di kanan-kiri karena kita memiliki 5 unsur yaitu Api, Air, Tanah, Angin dan Ether. Tanpa salah satu unsur, tidak akan mungkin menjadi makhluk yang bernama manusia. Pengetahuan mengenai Geometri Sakral kemudian diadopsi ke dalam agama-agama manusia. Apapun agama kalian, jika kalian perhatikan dengan seksama kalian pasti akan menemukan angka dan simbol Geometri Sakral. Misalnya dalam proses penciptaan Alam Semesta kenapa Tuhan menciptakan dalam waktu 7 hari dan kenapa menciptakan manusia pada hari ke 6?
Baca: Propaganda Simbol Kuno
Itu bukan dikarenakan suka-suka Tuhan atau ketidaksengajaan, tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini. 7 hari karena merupakan simbol dari 7 planet yang berada di dalam sistem Geosentris atau Bumi sebagai pusat semesta dengan Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus mengitari Bumi. Sedangkan planet Uranus, Neptunus, Pluto (yang sudah dikeluarkan dalam kategori planet), Nibiru dan planet lainnya yang ditemukan setelah peradaban manusia memasuki Abad Pencerahan, entah benar-benar ada atau hanya fiksi yang tahu hanya para ilmuwan modern. Yang jelas ilmu Astronomi kuno dari Ptolemy terbukti sangat akurat bahkan hingga hari ini. Bahkan Astrologi-Astronomi Vedic Jyotisha yang lahir dari Geometri Sakral Sri Yantra terbukti lebih akurat dalam perhitungan kalender Bulan karena menggunakan posisi bayangan Bulan yaitu Rahu dan Ketu.
Jika ada yang masih mencibir bahwa peradaban kuno jauh lebih primitif dari peradaban modern saat ini, saya ingin tantang mereka semua bahwa apa yang menyebabkan Peta yang kita gunakan saat ini berbentuk demikian kalau bukan hasil dari Anaxagoras yang sesuai dengan deskripsi Bhisma pada kisah Mahabarata pada bentuk pulau-pulau di tanah Bharata.
Platonic Solids = Merkabah
Berbicara tentang Geometri Sakral, maka pikiran umum manusia akan melayang kepada Platonic Solids. Model Geometri Sakral Plato jauh lebih terkenal ketimbang model Sri Yantra. Mungkin karena akibat misionaris Eropa yang menjajah ke seluruh dunia. Meski demikian, harus diakui, model Platonic Solids memang jauh lebih mudah dipahami karena setiap bagiannya di pisah-pisah sehingga kita bisa membayangkan lebih sederhana.
Terdiri dari 5 bentuk yang mewakili model Platonic Solids yaitu Tetrahedron, Hexahedron, Octahedron, Icosahedron dan Dodecahedron. Saya tidak akan menjelaskan semuanya satu persatu karena sudah sangat amat banyak literatur mengenai hal ini (silahkan investigasi mandiri, jangan hanya mengandalkan tulisan saya saja). Setiap Solids mewakili unsur di dalam diri manusia. Jika disatukan menjadi bentuk yang disebut sebagai Merkabah dalam ajaran Kabbalah (salah satu ajaran dalam agama Yahudi). Merkabah ini adalah bentuk kesatuan dari diri manusia yang dimana kalau kita bisa mengetahui dan menggunakannya dengan maksimal, kita adalah kesatuan dari Tuhan itu sendiri, cipratan Ilahi. Dengan kata lain kita adalah Tuhan.
Bukan artinya kita menduakan Tuhan. Tuhan bisa saja diartikan menjadi apapun seperti penjabaran saya di atas. Keseluruhan persepsi kita pada Tuhan adalah kesatuan dari Ketuhanan. Tidak heran para bapak bangsa merumuskan Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa BUKAN Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan bisa menjadi apa saja tergantung persepsi manusia tetapi Ketuhanan adalah absolut yang keseluruhan pengertian Tuhan itu adalah Ketuhanan.
Jadi Platonic Solids adalah metode mengenal diri kita sendiri di dalam dunia 3D atau fisik. Setiap simbol dari solids tersebut juga ditunjang oleh angka-angka ke dalam Numerologi atau ilmu tentang angka yang merupakan bagian dari Geometri Sakral sendiri.
Numerologi
Apa yang kalian pikir ketika melihat angka 0-9? Apakah itu hanyalah angka acak yang disusun seperti itu tanpa tujuan, hanya tiba-tiba keinginan nenek moyang kita atau bahkan Tuhan untuk menjadikannya seperti itu? Kalian pasti sangat lugu jika berpikir demikian atau mungkin tidak suka berpikir kritis bertanya pada apapun juga? Setiap angka mewakili kejadian atau peristiwa pada kondisi semesta yang biasa kita sebut saat ini dengan Dimensi. Angka-angka itu memiliki lebih dari makna untuk menghitung gaji bulanan kalian. Angka-angka itu hidup dalam setiap diri manusia.
Dimulai dari 0 BUKAN artinya KEKOSONGAN. Angka 0 bukanlah angka kosong, ia memiliki nilai atau ia ADA (eksis) tetapi disaat yang sama ia menjadi TIDAK ADA tanpa ditunjang oleh angka lainnya. Begitulah dengan semesta dan isinya, tanpa kondisi yang menunjang dan saling terikat, angka 0 seperti tanpa arti, bebas, tidak dapat di ukur, seperti halnya Waktu tanpa Ruang. Ada dan Tidak Ada.
Masuk angka 1, budaya India kuno mengibaratkan seperti Brahma yang terbangun dari tidur panjangnya dan kemudian menganggap dirinya ADA. Kesadaran Brahma atau Yang Satu atau Yang Esa atau AKU inilah yang menjadi dasar dari angka-angka berikutnya. Penempatan angka 1 sebagai KESATUAN menyebabkan bilangan apapun yang dikalikan 1 maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri. Alasannya karena setiap angka memiliki 1 di dalam dirinya. Seperti halnya manusia yang memiliki sifat Ketuhanan di dalam dirinya karena kita adalah Kesatuan dari YANG ESA.
Masuk angka 2, ketika AKU sadar AKU ADA maka kemudian AKU mulai melakukan ekspansi atau perluasan dalam pengalamannya. Jika AKU ADA tapi ia hanya bergerak ke atas tanpa batas tanpa akhir maka siapa atau apa yang bisa mengakhiri pergerakannya? Maka satu-satunya cara ia harus ke bawah. Jika ia hanya ke kanan tanpa usai tidak akan ada akhir pula maka, ia harus ke kiri untuk memahami lebih jauh tentang eksistensi AKU. Kemudian muncul angka 2 atau yang biasa disebut Dualitas. Hukum Semesta selalu terikat dengan Polaritas, dimana antara kutub Positif dan Negatif bukanlah dua substansi yang berbeda melainkan satu kesatuan dari batang Magnet. Proton dan Elektron bukanlah musuh tetapi satu kesatuan dalam Atom. Satu yang bersifat Dua. Kematian bukan musuh dari Kelahiran tetapi Kesatuan dari Dualitas diri manusia yang ada saat Yang Esa memulai pengalamannya mengenggam AKU sebagai ADA.
Masuk angka 3, AKU menyadari bahwa jika ia hanya bergerak bolak-balik dua kutub saja maka ia tidak menghasilkan pengalaman apapun lagi. Kemudian muncul angka 3 atau Trinitas yang dimana menjadikan diri AKU berwujud di dunia fisik. Kita selalu memiliki Trinitas di dalam diri kita. Mind, Soul dan Body. Vibrasi, Frekuensi, Materi. Ayah, Ibu, Anak. Serta Trinitas lain yang kalian bisa renungkan di dalam agama kalian. Setiap manusia menggenggam Trinitas ini di dunia fisik. Tanpa adanya lapisan-lapisan Trinitas ini, tidak akan mungkin ada manusia di dunia fisik. Maka tidak heran angka 3 dianggap Sakral bagi banyak kebudayaan. Bahkan Nikola Tesla sendiri hanya mau memakai kamar hotel yang memiliki kelipatan angka 3.
Masuk angka 4, merupakan kelanjutan dari AKU yang menyadari bahwa keberadaannya di dunia fisik jika tanpa perenungan lebih jauh hanya akan menjadikannya makhluk tanpa arti. Ia kemudian merangkum keseluruhan pengalaman WAKTU tanpa batas ke dalam dunia RUANG. Angka 4 mewakili 4 arah mata angin yang ada di dalam RUANG atau jalan di dunia fisik. Angka 4 juga yang menjadikan Segitiga di 2 Dimensi menjadi Tetrahedron di 3 Dimensi. Tetrahedron merupakan Platonic Solids yang mewakili unsur Api yang merupakan unsur pertama semesta yang membakar kondisi-kondisi AKU. Tetrahedron juga merupakan alasan Piramida dibangun tampak segitiga kalau dilihat dari depan. Tanpa unsur Api di dalam diri manusia, tidak akan mungkin ada unsur lanjutannya. Sekaligus, unsur inilah unsur terakhir yang harus dipadamkan ketika kita ingin kembali menjadi KESATUAN lalu ke titik 0. Maka dari itu di dalam kitab suci agama modern dijelaskan jika Setan dibuat dari unsur Api dan satu-satunya cara kita kembali kepada Tuhan adalah dengan 'menghancurkan' si Setan. Ini sebenarnya peringatan agar kita mengendalikan unsur Api atau 'Setan' di dalam diri kita yang terus menerus membakar nafsu keserakahan, kebencian, pengabaian terhadap eksistensi intisari kita di dunia.
Masuk angka 5, adalah pengalaman lanjutan dari unsur Api yang kemudian menjadi simbol Maskulin. AKU sadar jika hanya mengikat unsur Api maka pengalaman Kelahiran di dunia fisik tidak akan mungkin ada. Maka kemudian simbol Maskulin yang berupa segitiga sama sisi harus melakukan anti-thesa untuk membuat dirinya ADA di dunia fisik.
Masuk angka 6, adalah angka terpenting dalam proses penciptaan semesta. Angka 6 merupakan anti-thesa dari segitiga yang ujungnya menghadap atas atau simbol Api atau energi Maskulin yang kemudian mengubah diri menjadi ujung yang menghadap bawah yaitu simbol Air atau energi Feminin. Tanpa ada energi Feminin, tidak akan mungkin ada KELAHIRAN AKU. Tidak mengherankan bila perempuan yang merupakan wujud fisik dari energi Feminin satu-satunya yang memiliki atribut rahim yang berguna untuk menyimpan bayi. Angka 6 adalah simbol kesuburan, kelahiran, dan kehidupan. Menjadi angka setan karena proses doktrinisasi Patriaki yang mengambil alih era Matriaki atau era Ibu. Patriaki merasa harus menghancurkan energi Feminin dan menganggapnya persaingan dua energi dan membuktikan dirinya yang lebih superior daripada energi Feminin. Maka ketika kita melihat angka 666 kita langsung berpikir itu adalah angka setan yang padahal itu adalah Trinitas Kelahiran kita (6 untuk Vibrasi, 6 untuk Frekuensi, dan 6 untuk Materi). Jika angka 6 itu angka Setan, kenapa Tuhan menciptakan manusia di hari ke 6 bukan hari ke 5 atau ke 7? Karena nenek moyang kita pada saat itu memahami betul peran energi Feminin dalam menciptakan Trinitas menjadi ADA di dunia fisik. Angka 6 juga merupakan simbol Bintang Daud. Jika kalian amati Bintang Daud terdiri dari dua segitiga yang saling berlawanan arahnya tetapi saling melengkapi. Hal inilah yang melahirkan konsep Chirality dalam dunia Kimia dan romantisme Soul-Mate atau Twin-Flame. Kita mencari-cari 'Belahan Jiwa' atas dasar pemahaman sejak zaman kuno bahwa kita diciptakan oleh dua kekuatan energi yaitu energi Maskulin dan energi Feminin.
Masuk angka 7, atau Fraktalisasi yang merupakan kondisi lanjutan dari proses AKU di dunia fisik. Tanpa ada fraktalisasi maka tidak akan ada kesempurnaan. Tidak heran di banyak budaya kuno angka 7 dianggap angka Ilahi karena 6 yang mewakili proses ditambah 1 yang memproses hal tersebut. Angka 7 menjadi angka 'keramat' di banyak budaya hingga detik ini.
Masuk angka 8, atau Jalan Pembebasan. AKU menyadari bahwa ketika proses KELAHIRAN tiba maka, ia harus pula mengalami KEMATIAN. Lalu AKU 'menciptakan' jalan untuk membuat dirinya kembali ke YANG ABADI atau Titik 0 yaitu kondisi ADA dan TIDAK ADA. Angka 8 di dapat dari dua titik Dualitas yang terus bergerak hingga akhirnya membentuk angka 8. Jadi, apapun agama kalian hanya ada 8 Jalan untuk mencapai Titik 0. Jalan ini mencakup Trinitas kita yaitu Pikiran, Jiwa dan Tubuh Fisik.
Masuk angka 9, adalah angka tertinggi. 9 merupakan kelipatan 3 atau Trinitas Manusia yang kemudian melewati angka 6 atau Feminin dan kemudian menjadi sempurna dalam angka 9. Jika diurai, angka 9 merupakan terdiri dari Trinitas Pikiran, Trinitas Jiwa, dan Trinitas Fisik. Angka 9 merupakan simbol dari kesempurnaan Trinitas.
Duduk Bersila Sebagai Awal Mula
Saya tahu mungkin penjelasan saya membuat kalian pusing, tetapi itulah hidup. Yang kalian pikir pusing dan tidak berguna sebenarnya adalah kode 'rahasia' yang harus kalian pecahkan sendiri jika ingin memahami eksistensi kalian di alam semesta. Cara memecahkan kode itu dengan proses yang sudah sejak ribuan atau bahkan mungkin jutaan tahun silam dilakukan oleh nenek moyang kita di dalam Ajaran-Ajaran Kuno yaitu Meditasi. Meski harus diakui bahwa Buddha menyempurnakan teknik Meditasi karena pada zamannya banyak yang salah menggunakan Meditasi untuk mendapatkan kesaktian dan keserakahan, fakta sejarah menunjukkan Meditasi sudah ada sejak manusia sendiri itu ada, bahkan meski seorang Buddha tidak lahir.
Manusia bermeditasi dengan duduk bersila merupakan simbol dari Tetrahedron atau simbol dari unsur Api yang berguna untuk mengingatkan kita bahwa semua keberadaan kita di dunia fisik memiliki unsur Api sebagai unsur pertama yang lahir. Dengan kata lain Meditasi bukan hanya milik orang yang beragama Buddha, Hindu, atau lainnya tetapi hak setiap manusia yang ingin mengenal jati dirinya. Meditasi itu melampaui agama dan merupakan latihan untuk mengenal diri. Jika dilakukan dengan pemahaman pada Geometri Sakral maka meditasi akan menghasilkan elastisitas pikiran yang dapat membuat kalian lebih mudah mencerap segala informasi semesta. Jadi, meditasi bukanlah hal klenik atau tanpa arti dengan duduk mengosongkan pikiran atau memunculkan pikiran terus menerus. Tetapi, latihan untuk menyadari bahwasannya kita terdiri dari 5 unsur yang bersatu padu dan lahir karena kondisi-kondisi yang saling menunjang unsur-unsur tersebut.
Komentar