Manuskrip Voynich

Manuskrip Voynich


Sebuah buku berisi ilustrasi misterius yang terdiri dari 240 halaman membuat gempar dunia pada tahun 1912. Wilfrid Voynich seorang kolektor barang antik Polandia membeli buku ini dari penjual barang antik. Namun ketika diteliti melalui penanggalan radiokarbon diketahui bahwa manuskrip ini ditulis diantara tahun 1450 sampai 1520 oleh pengarang yang tidak diketahui serta bahasa dan sistem penulisan yang benar-benar aneh. Banyak ahli kriptografer mempelajari Manuskrip Voynich dan tidak menemukan informasi apapun selain misteri di dalamnya.

Manuskrip Voynich berisi lembaran-lembaran yang dapat dilipat, juga gambar-gambar, diagram-diagram, beberapa diwarnai secara kasar, dengan beberapa bagian menunjukkan gambar manusia, tumbuhan, simbol astrologi, dan banyak lainnya yang sangat asing bagi manusia di berbagai benua. Karena terlalu aneh isinya, banyak orang menyimpulkan kalau manuskrip ini merupakan tulisan fiksi!

Berbagai kriptografer, sarjana linguistik, dan program komputer telah mencoba memecahkan kode tersebut tetapi tetap saja gagal. Baru-baru ini, seorang peneliti Associate Dr. Gerard Cheshire di University of Bristol disebut-sebut telah berhasil memecahkan kode manuskrip Voynich. Cheshire membutuhkan waktu selama dua minggu, menggunakan kombinasi pemikiran lateral dan kecerdikannya, ingat ya perlu digarisbawahi ‘menggunakan kombinasi pemikiran lateral dan kecerdikannya’ untuk mengidentifikasi bahasa dan sistem penulisan dokumen yang terkenal tidak dapat dipahami itu.

Hasil kajiannya tersebut telah ia terbitkan dalam jurnal Romance Studies pada 29 April 2019 dengan judul The Language and Writing System of MS408 (Voynich) Explained. Dalam studi tersebut Cheshire menjelaskan bagaimana ia berhasil menguraikan kode manuskrip dan, pada saat yang sama, mengungkapkan satu-satunya contoh bahasa proto-Roman yang diketahui.

Menurut Cheshire, apa yang diungkapkannya bahkan lebih menakjubkan daripada mitos dan fantasi yang dihasilkannya. Misalnya, manuskrip itu disusun oleh para biarawati Dominika sebagai sumber referensi untuk Maria dari Kastilia, Ratu Aragon, yang kebetulan adalah bibi yang hebat bagi Catherine dari Aragon.

Baginya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa karya ini mewakili salah satu perkembangan paling penting hingga saat ini dalam linguistik Roman. Naskah ini ditulis dalam proto-Romance – nenek moyang bahasa Roman saat ini termasuk Portugis, Spanyol, Prancis, Italia, Rumania, Catalan, dan Galicia. Bahasa yang digunakan ada di Mediterania selama periode Abad Pertengahan, tetapi jarang ditulis dalam dokumen resmi atau penting karena bahasa Latin adalah bahasa kerajaan, gereja, dan pemerintah. Akibatnya, proto-Romance hilang dari catatan, sampai sekarang.

AI Ungkap Isi Manuskrip Voynich

Lain Cheshire lain pula yang ditemukan oleh Greg Kondrak seorang ahli pemrosesan bahasa dari University of Alberta, Kanada, mengatakan dokumen tersebut merupakan tugas yang sempurna untuk menguji program kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Dengan bantuan mahasiswanya yang seorang ilmuwan komputer, Bradley Hauer, ia menemukan bahwa teks itu tertulis dalam bahasa Ibrani, dengan huruf-huruf yang disusun dalam pola tetap.

Meski sudah dapat mengidentifikasi bahasa yang digunakannya, keduanya tetap tidak tahu arti dari naskah Voynich. Saat ini, mereka mengundang ahli lain untuk mengikuti penyelidikan manuskrip tersebut.

Untuk langkah terakhir, para periset tersebut mengungkap frasa pembuka manuskrip voynich, dan mempresentasikannya kepada seorang ilmuwan komputer dan pembicara bahasa Ibrani asli, bernama Moshe Koppel. Namun, Koppel mengatakan teks yang diungkap pada pembuka manuskrip itu tidak membentuk kalimat dalam bahasa Ibrani yang jelas.


TEORI PIKIRANOLOGI

Mana yang benar? Bahasa Proto Roman atau bahasa Ibrani? Karena setiap orang berhak mengajukan teorinya, maka artinya Pikiranologi boleh juga mengajukan teorinya juga, ya enggak?

Mungkin banyak Tukang Mikir yang setuju dengan pendapat para ahli tersebut, tapi sebagai Tukang Mikir yang selalu berpikir dan tidak percaya begitu saja serta memilih untuk mencari informasi tambahan sebelum menyimpulkan, pasti memiliki pertanyaan besar yaitu ‘bagaimana kalau ternyata Manuskrip Voynich yang berisi 6 bagian yang sekarang disimpan di Perpustakaan Buku dan Naskah Langka Beinecke di Universitas Yale adalah sebuah buku yang ditulis oleh manusia dari peradaban lain?’

Manuskrip Voynich

Saya justru jadi teringat kisah Jotika seorang saudagar kaya yang hidup di zaman Buddha Gotama. Jotika diketahui memiliki seorang istri yang datang dari Uttarakuru atau Benua Utara yang terletak di Utara Gunung Meru. Istrinya bernama Satulakayi yang dibawa oleh para Dewa ke Jambudvipa untuk menikah dengan Jotika. Satulakayi membawa satu pot beras dan 3 gelas kristal yang dibakar. Konon dari pot beras dan kristal inilah makanan tidak akan pernah habis. Setelah Jotika memutuskan menjadi pertapa, Satulakayi kembali dibawa oleh para Dewa ke Uttarakuru.

Satulakayi Istri Jotika

Di dalam Kosmologi Buddha dijelaskan kalau Alam Manusia terbagi menjadi 4 yaitu Uttarakuru atau Benua Utara, Purvavideha atau Benua Timur, Jambudvipa atau Benua Selatan yang terdiri dari pulau-pulau dan laut yang saat ini kita kenal sebagai Planet Bumi, serta Aparagodaniya atau Benua Barat. Ditengahnya terdapat Gunung Meru yang menjadi Tiang Pancang di dalam 1 Alam Semesta. Keempat benua manusia ini memiliki masa waktu yang berbeda. Manusia-manusia di 4 benua ini memiliki rentang usia yang berbeda. Maka dari itu kita manusia dari Jambudvipa atau Benua Selatan tidak bisa mudah bertemu dengan manusia dari 3 benua lain.

Text kuno Vedic juga menjelaskan tentang kisah Raja Mandhata yang pergi berkeliling 4 benua dan ketika kembali ke Jambudvipa, ia membawa beberapa manusia dari Uttarakuru yang kemudian menjadi leluhur dari Dinasti Kuru.

Jadi bagaimana kalau ternyata Manuskrip Voynich datang dari salah satu dari 3 Benua Manusia yang lain? Bisa dari Benua Utara, Benua Timur atau Benua Barat? Yang jelas sampai hari ini Sains Modern belum mampu memiliki teknologi untuk mendeteksi keberadaan 3 Benua tersebut. Semua informasi tentang Gunung Meru atau Sineru lengkap dengan 4 Benua yang mengelilinginya hanya terdapat di dalam teks Buddha dan Veda. Meskipun di dalam teks Veda memiliki perbedaan di dalam penamaan seperti di dalam teks Buddha, akan tetapi kedua teks tersebut mendeskripsikan kosmologi dengan cara yang serupa.

Lantas bagi kita yang hidup dalam kacamata Sains Modern, bagaimana menjelaskan Manuskrip Voynich secara pasti kalau para ilmuwan saja sampai hari ini memiliki perdebatan dan perbedaan pendekatan? Apakah Tukang Mikir juga memiliki teori yang lain?

Sebagai Tukang Mikir, boleh juga donk kalau kita berteori. Beberapa poin dari Tukang Mikir saat melihat Manuskrip Voynich:

1. Manuskrip ini tidak menggunakan bahasa Proto Roman atau Ibrani melainkan bahasa yang mungkin saja berasal dari salah satu dari 3 Benua Manusia dalam Kosmologi Buddha.

2. Manuskrip ini tampaknya bercerita keterkaitan rahim wanita dan akar pengetahuan tentang proses penciptaan makhluk manusia ke dalam dunia materi. Di dalam Manuskrip ini banyak menampilkan tumbuh-tumbuhan yang aneh dan enggak biasa. Saya jadi ingat makna dari Filosofi Pohon yang banyak diwariskan melalui mitologi seperti Pohon Ygddrasil dan pencapaian pencerahan para Buddha yang selalu terjadi di bawah pohon. Bahwa untuk tercerahkan sampai ke langit, kita harus memiliki pengetahuan yang mengakar kuat ke perut Bumi. Karena untuk terlahir ke alam manusia, kunci dari akarnya adalah rahim wanita.

3. Manuskrip ini memberikan analogi bahwa proses pembuahan manusia bukanlah proses tunggal melainkan saling berhubungan dengan aspek astronomi, astrologi dan biologi. Di beberapa gambar dalam Manuskrip ini tampak seperti Fraktalisasi Sel. Ibarat Macro-Cosmos dan Micro-Cosmos, lukisan di dalam manuskrip ini seakan ingin mengatakan bahwa seperti halnya sel, semesta juga selalu mengalami fraktalisasi atau multiple. Selain itu manuskrip ini juga seakan menjelaskan proses perkembangan makhluk di dalam rahim terjadi selama 10 bulan di mulai dari Rasi Pisces sampai Sagitarius dimana 1 bulan disetarakan 29 hari yang tampak dari jumlah bintang.

4. Hal menarik lainnya dari manuskrip ini salah satunya dari deskripsi Matahari-Bulan yang berada di tengah dari benda berbentuk cakra. Kalau memang semesta digambarkan seperti cakra Krishna dan ditengahnya adalah Gunung Meru atau Sineru dengan Matahari dan Bulan yang berputar berkeliling semesta, maka itu artinya pengetahuan modern harus dipertanyakan lagi.

Intinya Manuskrip ini bukanlah manuskrip biasa tentang pengetahuan botani seperti dugaan banyak ilmuwan. Manuskrip ini merupakan catatan besar sebuah proses penciptaan yang berkaitan antara biologi, astronomi, astrologi dan filosofi.

-Pikiranologi-

Komentar

Anonim mengatakan…
Wah, mulai produktif lagi

Postingan Populer