4 Benua Manusia, Alasan Langit dan Laut Berwarna Biru
4 Benua Manusia, Alasan Langit dan Laut Berwarna Biru |
Kita akan mengawali video ini dengan pertanyaan sederhana yaitu “Kenapa Langit dan Air Laut Berwarna Biru?” Para ilmuwan modern menjawab pertanyaan ini dengan menghubungkan pada pembiasan spektrum dari cahaya matahari. Cahaya matahari yang sebenarnya berwarna putih memiliki spektrum 7 Warna atau Mejikuhibiniu yang kemudian memantul ketika masuk atmosfer Bumi dan menyisakan hanya warna biru yang ditangkap oleh indera penglihatan kita. Kira-kira beginilah jawaban para ilmuwan yang diyakini kebenarannya dan dijadikan pedoman di dalam doktrin sejak kita mulai pergi ke bangku sekolah. Tapi benarkah demikian?
Selamat Datang di Pikiranologi, bersama saya si Tukang Mikir.
Pelangi Mejikihibiniu dan Langit Biru
Pertanyaannya kenapa hanya gelombang warna Biru yang tersisa? Mengapa tidak ada warna Ungu padahal warna Ungu itu memiliki panjang gelombang yang paling pendek? Dan ini hanya berlaku di laut dan langit pada siang hari, tidak berlaku di sungai-sungai atau langit sore hari.
Ilmuwan beralasan, sungai berwarna keruh dikarenakan pencemaran dan sampah sedangkan langit berubah warna orange karena sinar matahari berada di dekat cakrawala sehingga menyinari atmosfer dari sudut yang lebih miring yang menyebabkan panjang gelombang paling panjang-lah yaitu merah, orange dan kuning yang diterima.
Benarkah demikian? Atau sebenarnya ada alasan lain yang tidak pernah kita pelajari di dalam Sains Modern tentang hal ini? Kalau Tukang Mikir mau percaya membuta apapun kata Ilmuwan Pengetahuan Modern, itu hak kalian tetapi sebagai makhluk yang berpikir tidak ada salahnya mempertanyakan segala sesuatu yang ada disekitar kita.
Berhubung Pikiranologi tidak mau percaya begitu saja dengan semua pengetahuan yang diberikan di bangku sekolah, maka kemudian dalam perjalanan panjang kehidupan ini akhirnya Si Tukang Mikir, menemukan harta karun yang tidak ternilai uang dan materi lainnya. Harta karun yang bernama Gunung Sineru dalam Kosmologi Buddha atau Gunung Meru dalam Kosmologi Veda.
Apa hubungan Gunung Meru dengan pembahasan awal kita yaitu tentang alasan langit dan air laut berwarna biru? Mari kita bahas satu persatu.
Gunung Sineru atau Gunung Meru, Sang Raja Gunung
Sebelum menjelaskan detail alasan Langit dan Laut berwarna biru mari kita membahas tuduhan banyak Tukang Mikir yang menyebutkan kalau Pikiranologi adalah penganut Teori Bumi Datar. Untuk menjawab tuduhan soal penganut Teori Bumi Datar dan hubungan Langit berwarna biru, Tukang Mikir harus memahami konseptual Alam Semesta di dalam Kosmologi Ajaran Buddha.
Gunung Meru atau Sineru adalah Raja Gunung ya semacam ‘Tiang Pancang’ yang menopang satu Alam Semesta. Buddha menjelaskan bahwa di dalam 1 Sistem Alam Semesta atau yang biasa disebut Sistem Dunia atau Cakkavala terdapat 31 alam kehidupan yang didalamnya ada 1 Gunung Meru, 4 Benua Manusia dan sepasang Matahari dan Bulan yang berputar. Hal ini dijelaskan di salah satu Sutta bernama Culanika Sutta.
Kosmologi Buddha mengenalkan dengan nama Sistem Dunia atau Cakkavala bukan Sistem Matahari atau Solar System karena planet-planet tidak mengelilingi Matahari melainkan Matahari dan Bulan yang mengelilingi Gunung Meru sebagai Pusat Alam Semesta. Cakkavala atau Sistem Dunia terdiri dari 31 Alam Kehidupan. Di dalam Alam Semesta yang luasnya tidak terukur ini memiliki jumlah Cakkavala yang tidak terhitung banyaknya.
Setiap Cakkavala luasnya diperkirakan sekitar 1.203.450 yojana yang terdiri dari tanah, dengan volume sekitar 204.000 nahuta yojana, dikelilingi oleh wilayah air yang volumenya 408.000 nahuta yojana. Wilayah ini terletak di udara, yang tebalnya 960.000 nahuta yojana. Di tengah Cakkavala terdapat Gunung Sineru, setinggi 168.000 yojana, yang setengahnya terbenam di lautan. 1 Yojana kurang lebih sekitar 15km sedangkan 1 Nahuta sekitar 10.000. Silahkan Tukang Mikir hitung sendiri hehe.
Di dalam Cakkavala terdapat gunung Himava, setinggi 100 liga, dengan 84.000 puncak. Di sekeliling seluruh Cakkavala terdapat Cakkavalasila. Setiap Cakkavala memiliki Bulan, berukuran 49 liga, Matahari berukuran 50 liga. 1 liga setara dengan 3 mil, 1 mil setara dengan 1.6km. Nah silahkan Tukang Mikir hitung sendiri juga ya hehe.
Di sekitar Sineru terdapat tujuh pegunungan yaitu Yugandhara, Isadhara, Karavika, Sudassana, Nemindhara, Vinataka dan Assakanna masing-masing memiliki tinggi setengah lebih pendek dari pegunungan sebelumnya. Nama-nama pegunungan tersebut jelas terdengar asing bagi kita karena di zaman itu Buddha menyampaikan Ajarannya melalui Bahasa Pali, bahasa rakyat India kuno yang saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Jarak antar Cincin Pegunungan dipisahkan oleh Lautan Melingkar. Cincin Pegunungan bagian terluar adalah jajaran tebing besi terjal yang membentuk dinding dunia. Lho-lho kok jadi mirip tembok es Antartika? Jika merujuk ke konsep Gunung Meru atau Sineru yang berada ditengah dan dikelilingi 7 Cincin Pegunungan, mungkinkah cincin terluar dari 7 Cincin ini adalah Antartika yang disebut-sebut sebagai tembok es sejak penjelajahan Admiral Byrd.
3 buah Cakkavala atau 3 Sistem Dunia saling menempel dan di antara 3 Cakkavala terdapat Lokantarika-niraya atau Alam Neraka yang gelap gulita yang bahkan tidak bisa dimasuki oleh sinar dari Matahari dan Bulan. Matahari dan Bulan sendiri sebenarnya dapat menerangi satu Cakkavala; sedangkan sinar cahaya dari tubuh Buddha dapat menerangi seluruh Cakkavala atau Sistem Dunia yang ada di Alam Semesta yang luas ini.
Jadi bagaimana? Apakah Kosmologi Buddha sama dengan Teori Bumi Datar? Kalau dari penjelasan tersebut tentunya Teori Bumi Datar hanya mengambil sedikit proyeksi Kosmologi kuno seperti yang tercatat di dalam Ajaran Buddha dan Ajaran Veda tanpa pernah menelaah lebih jauh satu sistem dunia yang disebut Cakkavala. Bahkan Terra Infita yang merupakan Peta Fiksi karya Claudio Nocelli mungkin terinspirasi dari deskripsi tentang Cakkavala dari Kosmologi Buddha atau Kosmologi Veda.
4 Benua Manusia
Gunung Meru atau Sineru berada di tengah dan Bhumi Manusia berada di 4 penjuru. Benua Utara disebut Uttarakuru, Benua Timur yaitu Purvavideha, Benua Selatan adalah Jambudvipa dan Benua Barat yaitu Aparagodaniya. Keempat benua ini memiliki rentang waktu yang berbeda.
Kita mulai dari Benua Timur atau Purvavideha. Wajah Gunung Meru di bagian Timur berwarna Putih. Manusia yang tinggal di sana dua kali lebih tinggi dari manusia di Jambudvipa dan memiliki wajah setengah lingkaran; damai dan vegetarian, mereka menikmati hidup yang panjang dan menyenangkan. Rata-rata usia mereka 250 tahun dengan tinggi tubuh sekitar 12 kaki (3.7 m). Atribut utama benua ini adalah gunung permata yang terbuat dari berlian, lapis lazuli, safir, zamrud, mutiara, emas, perak dan kristal.
Selanjutnya adalah Benua Selatan atau Jambudvipa. Wajah Gunung Meru di bagian Selatan ini berwarna Biru Lazuli. Jambudvipa adalah keseluruhan Planet Bumi yang kita kenal saat ini dan ditinggali oleh berbagai jenis genetik Manusia yang seperti kita kenal. Pusatnya berada di sekitar Nepal-India. Rentang usia manusia di Jambudvipa mengalami penurunan 1 tahun setiap 100 tahun diakibatkan degradasi moralitas. Karena manusia semakin tidak bermoral, maka usia rata-rata di Jambudvipa saat ini diperkirakan sekitar 75 tahun terhitung sejak Zaman Buddha Gotama dan mungkin malah makin merosot karena kualitas moralitas yang semakin menurun.
Lalu Benua Barat atau Aparagodaniya. Wajah Gunung Meru di bagian Barat ini berwarna Orange Kemerahan. Penduduk manusia di benua ini tidak tinggal di rumah tetapi tidur di tanah. Tinggi mereka sekitar 24 kaki (7,3 m) dan mereka hidup selama 500 tahun.
Terakhir adalah Benua Utara atau Uttarakuru. Wajah Gunung Meru di bagian Utara berwarna Kuning. Diperkirakan usia rata-rata manusia di Uttarakuru mencapai ribuan tahun. Penduduk Uttarakuru dikatakan sangat kaya. Mereka tidak perlu bekerja keras untuk mencari nafkah, karena makanan mereka tumbuh dengan sendirinya, dan mereka tidak memiliki properti pribadi. Mereka memiliki kota-kota yang dibangun di udara. Konon nenek moyang Kurawa dan Pandawa datang dari Uttarakuru. Kisah tentang penduduk Uttarakuru juga datang dari Jotika seorang Bendaharawan Istana di Rajagaha yang hidup di zaman Buddha Gotama memperistri wanita dari Uttarakuru yang dibawa langsung oleh para Dewa ke Jambudvipa.
Mungkin karena perbedaan rata-rata usia tersebut maka Manusia di masing-masing benua tidak bisa seenaknya saja pulang pergi ke benua lain karena terhalang oleh masa waktu yang berbeda. Dijelaskan untuk bisa mencapai benua-benua tersebut dari Jambudvipa diperlukan Pengetahuan Batin yang disebut Abhinna bukan dengan pesawat atau roket.
Penyebab Langit dan Laut Berwarna Biru
Dari text kuno Buddhist tersebut Pikiranologi memiliki hipotesa kalau warna biru pada langit dan air laut diakibatkan pada pantulan dari Gunung Meru atau Sineru tersebut. Matahari yang berputar dari Benua Timur yang dimana Gunung Meru berwarna Putih Terang ke Benua Selatan yang berwarna Biru Lazuli menyebabkan warna biru cerah pada langit di Benua Selatan pada pada pagi hingga siang hari. Sedangkan pada sore hari menjelang tenggelam, Matahari berputar menuju Benua Barat yang dimana Gunung Meru berwarna Orange Kemerahan sehingga refleksi dari Gunung Meru yang berwarna orange terlihat dari tempat kita berdiam di Benua Selatan atau Jambudvipa.
Meskipun tidak banyak cendekiawan Buddhis di Indonesia yang membahas kosmologi di dalam Ajaran Buddha yang sebenarnya sangat menarik untuk dibedah lebih jauh, Si Tukang Mikir menemukan ada satu ilmuwan Buddhis yang fokus di bidang ini. Namanya Eric Huntington. Dalam perjalanan panjang beliau sebagai peneliti, beliau menyebutkan dalam tulisannya bahwa warna langit biru sebenarnya warna batu biru dari sisi selatan Gunung Meru.
Wah ternyata hipotesa Si Tukang Mikir dan penelitiannya Eric Huntington sama ya! Hahaha. Sekarang giliran Tukang Mikir yang lain nih. Apakah hanya berdiam pada pengetahuan Sains Modern yang mungkin saja keliru atau mulai ambil bagian dalam mencari kepingan pengetahuan yang selama ini terkubur?
***
Referensi
https://www.lionsroar.com/the-view-from-mount-meru/
https://tibetanbuddhistencyclopedia.com/en/index.php/Four_continents
https://www.wisdomlib.org/definition/cakkavala
https://erichuntington.org/?da_image=cakravala-cosmos-zurmang-shedrup
Komentar