Gerakan New Age Memodifikasi Ajaran Veda atau Buddha?

Kiri-Kanan: Shiva, Blavatsky, Buddha Gotama

Semakin saya banyak belajar, semakin saya sadar saya tidak tahu apa-apa.

Sejak semalam sampai hari ini ketika saya menulis artikel yang kalian baca, saya masih menghimpun referensi dari banyak ajaran Hindu dan Buddha. Sekedar informasi saja, ketertarikan saya pada agama dan peradaban manusia telah dimulai sejak saya sangat kecil mungkin usia 5-7 tahun. Kemudian saat saya berusia 11 tahun dan kejadian 11 September WTC terjadi, memunculkan Islamphobia di banyak negara, saya tahu bahwa semua yang ada diberita media itu tidak seperti kenyataannya dan berhubungan dengan peradaban manusia.

Namun, karena keterbatasan akses internet dan terikat tanggung jawab saya pada tugas sebagai anak yang harus bersekolah, maka saya meninggalkan sejenak hasrat saya untuk mencari kebenaran dalam kisah-kisah mitologi, agama dan peradaban nenek moyang kita. Sampai akhirnya saat memasuki usia 17 tahun, saya tahu saya sudah siap mencari semua pertanyaan saya.

Berbagai agama dan kepercayaan saya pelajari sampai hari ini, kurang lebih 14 tahun, saya hidup dalam pencarian hingga akhirnya saya menyimpulkan bahwa semakin saya tahu banyak hal, semakin saya merasa saya tidak tahu apa-apa.

Semalam, ketika saya tenggelam dalam banyak bacaan tentang ajaran Hindu, saya menyadari satu hal. Ternyata Gerakan New Age atau yang dikenal sebagai NAM, yang sekarang sedang ramai dibicarakan karena dianggap membawa 'kesadaran' pada tingkat yang lebih tinggi dalam spiritualitas, ternyata bersumber dari Purana atau kitab tentang kosmologi dalam ajaran Hindu.

Lebih tepatnya, ajaran Hindu yang dimodifikasi dan menyesuaikan kebudayaan kuno yaitu tradisi pemujaan pada matahari. Gerakan New Age ini bukan tidak mungkin menjadi alat baru kekuasaan dalam peradaban manusia di masa depan. Tapi, dalam tulisan ini kita belum akan membahas hal itu karena saya justru akan membahas asal mula kelahiran New Age dan kaitannya dengan ajaran Hindu bahkan Buddha.

New Age, Tradisi Baru Pemujaan Matahari

Pernahkah kalian sadari bahwa segala hal yang ada di dunia termasuk teknologi kemanusiaan yang kita gunakan hingga hari ini adalah warisan dari budaya kuno akan pemujaannya pada matahari? Lihat jumlah hari dalam seminggu yang menjadikan hari Minggu atau Sun-Day atau Hari Matahari sebagai hari libur. Lihat konsep astrologi atas 12 rasi bintang yang penempatannya berdasarkan posisi Bumi terhadap Matahari. Lihat kalender yang kita gunakan yaitu kalender Gregorian yang dasarnya pada alasan perputaran Bumi terhadap Matahari. Lihat pendidikan yang mendoktrin kita sejak kecil, menyebut bahwa sistem perbintangan kita adalah Solar System atau sistem yang berdasarkan perputaran Bumi terhadap Matahari.

Atau kalau kalian masih kurang yakin kita semua disusupi doktrin pemujaan terhadap Matahari, lihat sejarah Mesir, Yunani, Roma kuno pada periode waktu kerajaan klasik yang menjadikan Matahari sebagai raja para dewa. Keberadaan Matahari sebagai sumber energi tak terbatas atas dasar traumatik kita dalam menghadapi gejolak peradaban saat Gunung di Toba meletus 74 ribu tahun silam yang mengakibatkan tertutupnya atmosfer sehingga sinar matahari tampak hilang. Pencarian akan Matahari hari bisa kita telusuri melalui sejarah hingga sejauh itu.

Baca: Periode Waktu, Animisme dan Dinamisme

Namun, fakta terbaru sekaligus membuat kaget yang saya dapatkan adalah bahwasannya cara pemujaan ini sudah terjadi sejak Tetra Yuga menurut ajaran Hindu yang pada saat itu memuja api sebagai sumber energi. Pemujaan pada api atau Yajna ini bisa jadi karena akibat dari kesadaran manusia saat itu bahwa elemen api adalah elemen pertama yang membentuk semesta.

Secara sederhananya kita lihat konsep Tetrahedron pada Geometri Sakral. Karena Matahari memiliki sumber energi panas atau dalam hal ini elemen api sangat berlimpah sebagai tenaga untuk kehidupan manusia maka pemujaan pada api bergeser ke Matahari yang dianggap sumber dari segala api.

Pemujaan ini kemudian berlanjut hingga ke Dvapara Yuga yang sudah mulai kehilangan maknanya pada proses pemujaan dan banyak dari pelaku pemujaan menggunakannya sebagai alat kekuasaan. Menurut saya berbagai konsep Politeisme dan Monoteisme lahir di zaman ini.

Dijelaskan pula dalam Bhagavata Purana, Vayu Purana, dan literatur Hindu lainnya yang lebih tua yaitu Veda, bahwa di zaman Dvapara ini orang-orang sudah mulai kebingungan dengan ajaran Dhamma atau Kebenaran Sejati. Mereka tidak tahu makna sebenarnya dari setiap ajaran dan bahkan menciptakan pandangan-pandangan baru untuk menerjemahkan ajaran yang mereka tidak pahami sebagai kebenaran baru.

Sampai akhirnya kita hidup di Kali Yuga saat ini meskipun Dhamma belum sepenuhnya hilang dan banyak orang bijak hidup di zaman ini tetap saja kebingungan dan kesalahan dalam mengartikan ajaran sangat kuat. Fakta ini diperkuat dengan lahirnya gerakan baru yang dinamakan Gerakan New Age. Secara konsep NAM adalah kepercayaan menyambut kehidupan yang lebih baik di era Aquarius dimana orang-orang yang mengikuti gerakan ini yakin bahwa manusia akan menuju kepada kehidupan dimensi 4 dan 5.

Meskipun para guru spiritual New Age tidak bisa menjelaskan secara rinci dimensi 4 dan 5 yang dimaksud, semangat untuk menyambut 'hari baru' dan keinginan menyudahi perbudakan Elite Global yang berkepanjangan, tetap dirasa masuk akal bagi mereka yang berharap kehidupan yang lebih baik. Ketidakmampuan manusia membedakan ajaran sejati atau palsu merupakan corak khas Kali Yuga.

Bahkan dalam referensi Buddhisme sendiri Buddha menyebut Kalpa atau satuan waktu adalah Naik-Turun. Kita semua di fase Turun yang artinya segala kebijaksanaan dan kebaikan akan lenyap sampai titik kritis saat usia manusia rata-rata 10 tahun dan setelah perang 7 hari, manusia akan sadar perbuatan buruknya lalu secara perlahan-lahan akan Naik lagi hingga usia manusia mencapai 100.000 tahun. Dari segi pandangan Hindu dan Budha sebagai ajaran tertua, keduanya sepakat bahwa era Aquarius yang dimaksud oleh kaum New Age hanyalah harapan kosong.

Justru yang mengerikan adalah gerakan New Age ini bisa jadi dibiayai oleh kelompok Elite Global yang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Kita semua tahu Elite Global lahir bukan satu dua tahun saja tapi secara rahasia sudah berkembang ribuan tahun silam. Namanya mungkin berganti-ganti dan penjaga konseptual ajaran mereka mungkin berubah, tetapi ideologi dasarnya tetaplah sama. Sama-sama menganggap dunia materi atau fisik adalah sangat penting dan abadi, sama-sama memuja satu sosok pelindung yang sangat berkuasa yaitu sang cahaya, api, atau Matahari.

Gerakan New Age sendiri sering mengkampanyekan pemujaannya pada Matahari yang merupakan sumber energi sampai sering lupa kalau Bumi adalah sumber energi juga. Dengan segala propaganda manisnya yang menyebut bahwa perbudakan kemanusiaan yang dilakukan oleh Elite Global akan segera berakhir setelah kita menyadari esensi diri kita yang sejati atau kesadaran murni.

Sadarkah kalian kalau Elite Global pun memiliki slogan yaitu New World Order atau Tatanan Dunia Baru. Dunia baru dan agama baru? Dua hal yang diperlukan untuk melanggengkan kekuasaan.

Darimana Datangnya Gerakan New Age?

Banyak orang percaya kalau Gerakan New Age lahir dari Theoshopy atau Teology-Philoshopy milik Helena Blavatsky. Saya sempat sedikit melirik bukunya yang terkenal yaitu Isis Unveiled dan The Secret Doctrin yang menurut saya justru sangat-sangat mengadopsi ajaran Buddha dan Brahmanisme atau salah satu dasar Hindu modern saat ini.

Hal ini pun dijelaskan oleh salah satu referensi yang saya dapatkan, bahwa Blavatsky belajar dari Sri Yukteswar mengenai kosmologi Hindu yang menyebut bahwa total satu yuga adalah 4.32 milyar kalpa yang disederhanakan menjadi 25 ribu tahun dan terbagi menjadi 12 bagian dimana satu bagian terdiri dari kurang lebih 2 ribu tahun mengikuti 12 rasi bintang zodiak.

Konseptual mengenai rasi bintang ini juga sebenarnya konsep tua yang diusung oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mayan, Cina, Skandinavian, Mesir, Assyur, Sumeria, dsb. Namun, di India sendiri konseptual rasi bintang ini bukanlah cara untuk menghitung Yuga melainkan hanya pergerakan alam saja. Konsep yang menyebut bahwa rasi bintang adalah sumber penghitungan waktu dasarnya dari pemahaman manusia bahwa Matahari adalah benda langit yang berkuasa dan planet-planet berputar mengelilingi seakan 'menyembah' sang raja dewa. Perhitungan pada rasi bintang ini didasari karena pergerakan Bumi terhadap Matahari.

Saya tidak begitu yakin kalau ajaran Theoshopy Blavatsky adalah sepenuhnya dasar dari Gerakan New Age, tetapi saya yakin New Age bukanlah ajaran 'new atau baru' seperti yang digaungkan oleh para pengikutnya yang seakan-akan sudah mulai 'tersadar'. New Age hanyalah kaki lain yang digunakan Elite Global untuk mencengkram manusia dari rasa gatal pada sifat materialistik kita agar mudah untuk dikendalikan. Gerakan New Age hanyalah ajaran Veda yang dimodifikasi.

Ajaran Veda

Sebelum kita terlalu jauh masuk mengenai konseptual Veda, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu ajaran Veda. Perkembangan agama Hindu modern saat ini pada dasarnya dibagi empat fase yaitu: Zaman Veda, Zaman Brahmana, Zaman Upanisad, Zaman Buddha. Yang kalian lihat saat ini adalah Hindu versi terbaru yang justru lahir setelah Buddha meninggal dunia. Jauh sebelum Hindu modern seperti sekarang, ajaran yang lahir di lembah sungai Indus ini hanyalah memuja Shiva yang dilambangkan sebagai Rudraksha dan Lingga-Yoni.

Jika di postingan sebelumnya saya menyebut Animisme dan Dinamisme adalah fondasi dari agama selanjutnya, bisa saya tulis disini bahwa Animisme dan Dinamisme adalah salah satu bagian dari konseptual Ajaran Veda. Animisme dan Dinamisme sebenarnya bukan berupa agama tetapi konsep yang ada di dalam banyak agama modern saat ini.

Baca: Periode Waktu, Animisme dan Dinamisme

Lantas darimana datangnya Ajaran Veda yang kemudian mendunia dan menjadi fondasi seluruh agama selanjutnya?

Pertanyaan ini cukup menarik dan membuat saya cukup sakit kepala karena harus mencari banyak referensi pendukung. Di beberapa referensi disebutkan bahwa Ajaran Veda adalah ajaran yang diturunkan oleh Hyang Vidhi Vasa melalui para Maha Rsi. Mungkin alasan filosofis diturunkan Ajaran Veda di lembah sungai Indus adalah karena ajaran Veda merupakan ajaran suci yang diibaratkan seperti aliran sungai yang deras menjadi pendukung kehidupan manusia. Seperti kita tahu sungai Indus/Sindhu adalah sungai tertua yang mengairi banyak wilayah.

Namun, jawabannya tidak berhenti sampai disitu saja. Ternyata ada sumber referensi lain yang membuat saya terperangah atas korelasi peradaban manusia.

Brahma Baka Mengajarkan Veda

Karena melihat fakta bahwa agama Hindu modern lahir setelah Buddha meninggal dunia, maka sudah jelas pencarian selanjutnya yang saya lakukan adalah meninjau Sutta-Sutta atau ajaran verbal yang disampaikan oleh Buddha ketika beliau membabarkan Dhamma yang kemudian dijadikan buku-buku yang disebut Nikaya.

Ada beberapa Sutta yang saya jadikan referensi untuk tulisan ini yaitu: Brahmanimantanika Sutta dari Majjhima Nikaya, Bramajala Sutta dari dari Digha Nikaya, Brahmasamyutta dari Samyutta Nikaya dan artikel-artikel pendukung lainnya yang telah saya lampirkan di referensi.

Brahmanimantanika Sutta atau Undangan Brahma kepada Sang Buddha dijelaskan adanya Brahma bernama Baka yang memiliki pandangan salah. Sekedar informasi untuk kalian yang membaca tulisan ini, di dalam ajaran Buddha dijelaskan adanya 31 alam kehidupan atau yang dalam bahasa manusia modern saat ini kita sebut sebagai dimensi. Salah satu alam kehidupan atau dimensi tersebut adalah alam Brahma.

Di Sutta tersebut dijelaskan dalam suatu masa kehidupan yang sangat lama setelah semesta hancur, berpindah-pindah alam Brahma tertinggi dan ketika makhluk ini lahir di alam Abhassara atau alam yang lebih rendah tingkatnya dari alam Brahma tetapi lebih tinggi dari alam Dewa, ia memiliki pandangan salah yang menganggap dirinya adalah pencipta alam semesta.

Di dalam ajaran Veda disebutkan kelahiran semesta adalah ibarat satu hembusan nafas Brahma yang kemudian akan diakhiri atau kiamat ketika Brahma menarik nafas. Ketika proses menghembuskan nafas ini, Brahma menyadari kalau dirinya ADA dan menganggap bahwa AKU adalah segalanya yang menciptakan dunia.

Hal ini pernah saya jelaskan dalam story instagram saya mengenai suara pertama semesta yaitu AUM di dalam pengetahuan kuno India. AUM adalah bentuk ungkapan dari AKU ADA. Bisa jadi karena dilatar-belakangi oleh  pikiran Brahma Baka yang menganggap dirinya yang menciptakan segala hal. Usia panjangnya yang mencapai lebih dari milyaran tahun bahkan triliunan tahun dari persepsi manusia membuat dirinya bosan dan ketika bosan ini muncul keinginannya untuk menambah makhluk-makhluk lainnya di alam Abhassara.

Menurut Buddha, kemunculan makhluk-makhluk ini di alam Abhassara bukan dari akibat penciptaan pikiran Brahma Baka melainkan usia makhluk-makhluk tersebut sudah selesai di alam Brahma yang lebih tinggi. Namun, karena ketidaktahuan makhluk-makhluk yang lahir setelah Brahma Baka, mereka jadi menganggap bahwa Brahma Baka adalah Tuhan. Maka kemudian ketika akhirnya Brahma Baka 'berkeinginan' menciptakan dunia atau semesta, yang sebenarnya adalah proses alami dari kerja alam dan karena usia Brahma Baka yang sangat panjang tak terkira hingga melampaui terbentuknya alam semesta ini, maka ia pun menganggap bahwa dirinya yang menciptakan segala hal.

Saat Brahma Baka dan Buddha Gotama sedang berdebat, muncul Mara atau Dewa dari Alam Dewa Tertinggi yang menghasut Brahma Baka bahwa dirinya benar Tuhan. Mara menyebut Buddha tidak tahu apa-apa dan ia belum ada sewaktu Brahma Baka lahir. Hasutan Mara untuk Brahma Baka mirip konsep agama Dualisme atau doktrin yang menyebut kekuatan positif dan negatif, baik dan jahat, Brahma Baka dan Dewa Mara.

Apakah ini yang menjadi alasan lahirnya kata ALAM BAKA dan MARABAHAYA?

Kisah mengenai Brahma Baka tentu menarik perhatian saya, lantaran anggapan tentang AKU atau ATMAN sebagai sesuatu yang abadi, tidak musnah, permanen, merupakan fondasi dasar ajaran Veda yang kemudian berkembang menjadi agama Hindu modern saat ini. Maka bisa jadi artinya Brahma Baka adalah sumber kepercayaan Veda mengenai AKU atau ATMAN yang abadi ini.

Perbedaan Mendasar Ajaran Veda dan Buddha

Bagi orang awam yang tidak begitu menyukai belajar mengenai peradaban manusia atau mereka yang hanya menerima informasi mentah begitu saja dari pemuka agama, akan menganggap bahwa ajaran Hindu dan Buddha itu sama. Sama-sama menyembah berhala, patung dan dewa-dewi.

Saran saya untuk orang-orang seperti ini coba gunakan fasilitas yang kalian miliki untuk mencari segala informasi di internet. Belajar banyak hal tidak akan ada ruginya. Tidak perlu kalian pindah agama atau keyakinan ketika mempelajari ajaran lain. Kalian sendiri yang akan untung karena jadi bisa dengan mudah memetakan informasi yang kalian terima berikutnya.

Untuk orang-orang awam itu saya tegaskan disini bahwa ajaran Buddha dan Veda yang kemudian berkembang menjadi Hindu adalah dua hal berbeda. Letak mendasar perbedaannya bisa kalian lihat pada ilustrasi di bawah ini.

Perbedaan Ajaran Veda dan Buddha

Pada ajaran Veda dan Buddha sama-sama melihat corak Dukkha dan Anicca di dalam kehidupan yang tak berkesudahan ini. Bedanya, Veda menganggap bahwa Dukkha dan Anicca ini abadi karena ada Atman yang abadi. Jadi segala kesengsaraan atau kesenangan duniawi setelah reinkarnasi berulang kali menyelesaikan misi hidupnya akan kembali kepada Atman dan hidup abadi. Sedangkan di dalam ajaran Buddha jelas sekali ditentang oleh Buddha mengenai Atman (Atta) abadi ini dalam konsep Anatta atau TANPA AKU.

Konsep Buddha ini bukanlah konsep yang menganggap bahwa setelah kematian kita lenyap atau hilang. Buddha menjelaskan bahwa Anatta diibaratkan seperti lilin yang telah habis sumbunya dan tidak ada lagi yang dibakar namun ia tidak hilang tapi juga sudah tidak lagi ada. Buddha menyebut kondisi ini Ada dan Tidak Ada. Ini yang namanya Nibbana atau Nirvana. Kondisi Nirvana yang selama ini selalu disalah-artikan oleh banyak kebudayaan sebagai surga abadi atau kesenangan tanpa henti adalah sesat total. Nirvana adalah kondisi tanpa kesenangan fisik atau non-fisik. Sebuah konsep yang saya pribadi tidak mampu menjelaskannya melalui kata-kata.

Namun, saya bisa sarankan kepada kalian untuk sedikit paham tentang konsep Anatta yang tujuan akhirnya adalah Nirvana dengan membayangkan energi. Energi itu ada tapi di saat yang sama ia tidak ada. Tidak ada yang pernah melihat energi secara fisik, karena energi hanya ada ketika dimanfaatkan sebagai tenaga atau daya penyokong kehidupan.

Kesimpulan Bukan Akhir Dari Pencarian

Setelah menulis dan menjabarkan semua ini bisa kita simpulkan bahwa:

Jika Brahma Baka adalah yang menyampaikan ajaran Veda melalui para menterinya, maka artinya Brahma Baka adalah Hyang Vidhi Vasa dan para menterinya mungkin 'menjelma' menjadi Maha Rsi.

Jika Hyang Vidhi Vasa adalah dasar dari konsep agama lanjutan yaitu Tuhan abadi yang kita percayai hingga hari ini, maka artinya konsep keyakinan kita adalah perluasan dari ajaran Brahma Baka alias Brahma yang berpandangan salah dalam literatur Buddhis.

Jika Tuhan abadi adalah atribut sosok bercahaya bentuk ketidaktahuan manusia yang lahir di Dvapara Yuga dalam pemujaan api abadi yang kemudian menjelma dalam satu keyakinan yaitu Matahari sebagai sumber api, maka artinya New Age bisa saya pastikan adalah agama baru pengganti agama Abrahamic.

Tenang saja. Kesimpulan ini bukanlah hasil akhir dan pencarian akan kebenaran tidak akan pernah berhenti selama saya masih memiliki nafas.



Referensi:

https://soolaba.wordpress.com/4-yugas-the-ages-of-man/
https://kmhd.lk.ipb.ac.id/sejarah-agama-hindu-di-india/
https://www.komangputra.com/weda.html
https://www.narayanasmrti.com/2010/05/awal-mula-semua-agama-adalah-veda/
https://en.wikipedia.org/wiki/Indus_River
https://moondoggiesmusic.com/kitab-suci-agama-hindu/#gsc.tab=0
http://www.peradah.org/newweb/2014/01/08/weda-sumber-ajaran-agama-hindu/
https://ratnakumara.wordpress.com/2009/06/22/tuhan-yang-maha-dimata-seorang-buddha/
https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/brahmanimantanika-sutta/
https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/brahmajala-sutta/
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-dewa-brahma-baka/
https://dhammacitta.org/teks/sn/sn06-id-bodhi.html
https://ikilhojatim.com/kelahiran-dan-penyebaran-agama-buddha-apa-kedudukan-umat-manusia-di-dalam-alam-semesta-ini/

Komentar

Postingan Populer