Kali Yuga (Zaman Besi Menuju Fase Kritis)
Dewi Kali |
Ramai berita soal Jepang membuang limbah Nuklir ke laut, saya justru menyoroti dampak lanjutan terhadap permasalahan ini. Seperti halnya ketika si ini nih yang enggak perlu disebut namanya invasi ke peradaban manusia, berujung pada kewajiban si itu biar si ini katanya enggak menyebar kemana-mana. Paham kan maksudnya haha.
Intinya adalah upaya untuk kewajiban regulasi tertentu melalui propaganda. Cara lama warisan dari era kuno Mesir, Babilonia, Assyria, kemudian diadopsi oleh Romawi dan masih diterapkan sampai hari ini bahkan ahli propaganda Nazi yaitu Joseph Goebbels memodifikasi cara propaganda tersebut ke dalam instrumen media massa.
Teknik tersebut diberi nama "Argentum ad nauseam" atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar). Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran. Tampaknya sederhana namun mematikan.
Ini serupa dengan Dialektik Hegel atau Hegelian Dialectic yang secara singkat yaitu memahami bagaimana ide atau konsep berubah dan berkembang seiring waktu dengan melihat kebalikannya. Contohnya apabila suatu kejadian terjadi maka kita harus melihat siapa yang diuntungkan dari hal tersebut. Karena antara Problem-Reaksi-Solusi adalah satu bagian yang tidak terpisahkan sejak awal.
Begitu juga ketika keributan soal pembuangan limbah nuklir ke laut, banyak orang menyimpulkan kalau ini hanyalah propaganda skenario lanjutan dari kewajiban si itu makanya kenapa banyak negara seakan hanya bisa diam walaupun kata sih protes menolak. Padahal kan dari dulu ada aja negara yang suka buang limbah berbahaya ke laut tapi kenapa kok yang heboh banget berita soal Jepang? Saya sih justru malah kepikiran tentang legalisasi Fake Meat alias daging sintetis.
Di Jepang sendiri sekitar 10 tahun silam sudah meneliti bahwa kotoran manusia bisa diubah menjadi daging sintetis. Belum lagi di tahun ini ada berita mengenai daging sintetis yang konon katanya kaya akan protein. Apakah di masa depan makanan laut akan sepenuhnya tercemar lalu hujan asam yang dihasilkan menyebabkan tanaman mati, tanaman mati maka hewan darat pun mati, jika hewan darat mati manusia akan kehilangan rantai makanannya. Ujungnya kita dikasih daging sintetik pasti mau aja dan malah menganggap hal wajar.
Melihat segala drama kehidupan saat ini, pernahkah tukang mikir bertanya-tanya, ada apa dengan dunia ini? Yap dunia yang kita kenal sebenarnya sudah ribuan tahun silam adalah Kali Yuga atau Era Besi menurut perhitungan Veda. Kalau menurut penjelasan Buddha mengenai Kalpa atau satuan waktu tak hingga, kita saat ini ada di Kalpa Turun. Jadi enggak heran kalau segala kejahatan ada di era ini. Semua orang mementingkan harga materi ketimbang harga diri, materi dan kekayaan adalah sumber kebahagiaan. Belum lagi berbagai kejahatan yang menjadi makanan sehari-hari kita.
Kalau pernah mendengar soal 16 Mimpi Raja Kosala, salah satu Raja yang pernah hidup di zaman Buddha Gotama, semua mimpinya sudah terwujud dalam realita saat ini.
Apakah sudah lelah? Jangan lelah dulu, karena era menurun ini belum memasuki fase kritis atau titik terparahnya. Karena meskipun banyak kejahatan dimana-mana, masih ada orang baik dan kemanusiaan masih menyentuh perasaan orang lain ya walaupun tujuannya balik lagi untuk materi misalnya orang bagi-bagi duit tapi di buat konten. Mengambil simpati masyarakat karena itu artinya kemanusiaan masih eksis di dunia ini sekaligus punya nilai materi yang bisa dijual sesuai hasrat orang-orang di era ini.
Apa akhir dari ini semua? Sayangnya tidak ada akhir karena Kali Yuga hanyalah bagian dari siklus sebelum masuk ke Yuga atau Era berikutnya sampai kiamat yang sesungguhnya tiba. Entah kapan, yang pastinya masih lama hingga waktu tak terhingga.
-Pikiranologi-
Komentar