Harta Solomon dan Konflik Tanpa Akhir

Dome of The Rock


Selama si Tukang Mikir hibernasi, ternyata berita di media sudah beraneka macam, salah satunya yang paling membuat panas banyak pihak adalah mengenai konflik dua kubu yang seakan tidak pernah selesai. Tahu ya maksudnya?


Banyak yang bilang kalau pertengkaran tersebut adalah konflik atas nama kemanusiaan tapi kenapa kok banyak juga orang-orang yang membela secara membuta atas dasar kesamaan keyakinan? Membawa-bawa atribut agama tertentu dengan dalih saudara seagama. Pertanyaannya kalau tidak seagama apakah bukan saudara padahal katanya kita sama-sama keturunan Adam? Lalu kalau memang ini adalah konflik kemanusiaan kenapa seluruh dunia tidak pernah peduli nasib kemanusiaan di tempat lain? Kelaparan, kemiskinan, perdagangan manusia, ketagihan junk food, mental illness, juga merupakan permasalahan kemanusiaan. Kenapa kalau persoalannya tidak berkaitan pertengkaran dua kubu tersebut seakan menjadi urusan masing-masing bukan persoalan yang seharusnya dibahas terus menerus oleh media massa?


Aneh? Kalau menurut si Tukang Mikir sih aneh. Kalau menurut kalian enggak aneh, silahkan skip tulisan ini.


Di video ini Tukang Mikir tidak akan membahas latar belakang sejarah dan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pertengkaran tersebut karena terlalu sensitif. Tahu sendirilah sifat netizen, kalau dikasih tahu referensi hanya bisa meledak karena sumbunya terlalu pendek. Jadi daripada membahas perspektif yang akan membuat banyak netizen jadi penuh kemarahan karena ujung-ujungnya menghubungkan dengan agama, mari kita duduk santai membahas dari hal yang tidak mungkin didiskusikan oleh media massa. Karena ya memang tujuan hadirnya si Tukang Mikir untuk mengajak Tukang Mikir lain berpikir dari banyak perspektif.


Banyak teori yang meskipun tidak begitu populer tetapi berkembang di masyarakat kalau konflik tersebut sebenarnya memperebutkan sumber energi. Pernah mendengar tentang Temple of Solomon yang menurut legenda menyimpan Tabut Perjanjian yang katanya dijaga mati-matian oleh Raja Solomon dan dianggap sebagai Harta. Konon Harta Solomon ini lenyap pada 586SM. Bahkan Ksatria Templar yang merupakan tentara Perang Salib, base camp-nya berada di bekas Temple of Solomon. Apakah Ksatria Templar benar-benar menjadi Tentara Perang Salib? Atau tugas sebenarnya adalah menjaga harta yang disembunyikan tersebut? Makanya kan anggota Ksatria Templar adalah para penjahat dan orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat, jadi ya wajar kalau mereka siap meninggoy karena sudah tidak punya pilihan lagi dalam kehidupannya di masyarakat, termasuk meninggoy demi menjaga rahasia harta tersebut. Atau mungkinkah Perang Salib sendiri sebenarnya hanyalah pengalihan isu dari tujuan utama yaitu memindahkan Harta Solomon ke tempat lain?


Hmmm semakin dipikirin semakin seru kan? Hahaha. Karena semua kejadian tersebut seakan bukan terjadi secara kebetulan.  Atau Tukang Mikir lain mungkin anggap semua ini hanyalah suatu kebetulan? Sama halnya dengan hilangnya Tabut Perjanjian apakah sebuah kebetulan juga? Hilang atau sengaja dihilangkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin berkuasa? Apakah juga suatu kebetulan kalau bekas Temple of Solomon kemudian dibangun ulang dari masa ke masa hingga saat ini berdirilah Dome of The Rock atau kalau diterjemahkan menjadi Kubah Batu. Kenapa menggunakan kata ‘Batu’? Apakah ini ada hubungannya dengan batu-batu yang lain seperti Hajar Aswad yang kalau diterjemahkan menjadi ‘Batu Hitam’. Kenapa harus Batu dan berwarna Hitam? Apakah batu-batu tersebut adalah pecahan dari Rupes Nigra alias Black Rock yang menurut hipotesa si Tukang Mikir adalah Gunung Meru?


Well well well


Gunung Meru atau Gunung Sineru merupakan sebuah gunung yang disebut-sebut dalam banyak text Buddhist dan Veda semacam tiang pancang semesta yang berdiri kokoh setinggi 84.000 Yojana keatas dan 84.000 Yojana kebawah. Yojana merupakan satuan perhitungan yang berasal dari wilayah Pusat Jambudvipa Kuno yang kita kenal sekarang bernama India, Nepal, dan sekitarnya. 1 Yojana setara 15km. Jadi 84.000 Yojana berarti 1.260.000km!!! Banyak Tukang Mikir yang tertawa bahwa ini hanyalah mitos atau metafora saja. Tapi sayangnya tidak. Menurut text kuno Buddhist dan Veda, Gunung Meru atau Sineru sebesar itu benar-benar ada dan tidak bisa dilihat dengan mata indria saja karena merupakan tempat tinggal bagi makhluk dari dimensi lain yang saat ini mungkin saat ini kita sebut Alien. Namun, nenek moyang kita menyebut mereka adalah Dewa atau Makhluk Bercahaya.


Jika Tukang Mikir sudah membaca banyak tulisan Pikiranologi termasuk penjelasan tentang Bumi Interdimensional dan Gunung Meru, Tukang Mikir pasti paham kalau Bhumi atau Tanah bukanlah planet berbentuk bulat solid melainkan merupakan Ruang Interdimensional. Jadi wajar kalau kita tidak bisa melihatnya secara kasat mata karena dibutuhkan pengetahuan yang lebih advance, bukan dengan sains modern sayangnya, melainkan dengan pengetahuan batin bernama Abinna.


Selama ini kita mungkin berpikir kalau hal-hal yang diluar nalar manusia atau sesuatu yang tidak kasat mata, merupakan bagian dari sihir. Tapi sayangnya tidak. Sihir sendiri pada dasarnya salah satu bagian dari pengetahuan batin dan bisa dipelajari oleh siapapun. Karena kita semua memiliki material yang sama dengan semesta. Sihir bisa menjadi baik atau buruk bukan karena sihirnya tetapi karena penggunanya. Karena sifat pengetahuan batin adalah netral. Manusia yang memaknai menjadi baik atau buruk. Untuk tujuan keserakahan atau demi kesejahteraan. Semua adalah pilihan kita sendiri. Jangan salahkan ilmu pengetahuannya.


Karena tidak semua orang mampu mengakses pengetahuan batin, maka orang-orang tersebut menyimpulkan bahwa itu ada sihir. Begitu juga ketika manusia melihat kekuatan di dalam suatu material tertentu yang misalnya saja di batu hitam. Kalau memang Batu Hitam bagian dari Harta Solomon yang menjadi penyebab pertengkaran tiada akhir ini benar-benar benda yang memiliki sumber energi, dan batu hitam tersebut adalah pecahan dari Gunung Meru yang merupakan tempat tinggal makhluk dari dimensi lain, maka pada dasarnya pertengkaran ini adalah soal keinginan manusia untuk memiliki kekuatan yang ujungnya adalah hasrat untuk berkuasa atas yang lain.


Jadi wajar jika pertengkaran tersebut tidak akan berakhir karena perangnya sendiri hanyalah pengalihan isu dari tujuan utama yaitu menjadi penguasa atas makhluk lain. Karena mungkin saja kedua kubu sebenarnya dibiayai oleh penguasa yang sama. Pertengkaran tersebut mungkin saja memang sengaja untuk tidak dihentikan dan berlanjut terus menguras energi manusia agar kemanusiaan melupakan tujuan sejati kita lahir ke dunia. Fakta kelam yang luput dari perhatian semua orang yang sedang sibuk mempertahankan ego adalah perang sebenarnya sebuah panen perdagangan organ dan manusia serta transaksi penjualan senjata yang menjadi alat penggerak ekonomi dunia.


-Pikiranologi-

Komentar

Postingan Populer