Revolusi Ilmiah : Awal Mula Kemunduran Sains?

Ptolemy vs Copernicus

Banyak Tukang Mikir yang ribut soal Bumi Datar, Bumi Bulat, Heliosentris, Geosentris. Tunggu-tunggu. Tahu enggak sih kalau 4 hal tersebut berbeda subjek pembahasan?


Kebanyakan penganut Teori Bumi Bulat mengasumsikan kalau kita percaya Bumi Bulat maka itu artinya kita percaya Konsep Heliosentris. Enggak ada hubungannya! Tukang mikir tahu enggak sih seorang ahli Geografi, Astronomi dan Astrologi yang hidup di zaman Helenistik di Provinsi Romawi yaitu Aegyptus yang sekarang kita kenal bernama Mesir yaitu Claudius Ptolemy?


Ptolemy menerbitkan risalah astronomi yang bernama Almagest. Di risalah tersebut menjelaskan tentang konsep Geosentris tetapi dalam kacamata Bumi Bulat. Ptolemy sendiri bilang bahwa ia tidak terlalu memikirkan bentuk Bumi, mau Bumi Bulat atau Datar itu enggak masalah karena bentuk pada dasarnya adalah hasil persepsi kita dan tergantung darimana kita melihatnya.


Dalam Teori Penglihatan Ptolemy yang memengaruhi ilmu Optik dunia, ia menjelaskan kalau sinar atau fluks yang datang dari mata kita membentuk kerucut, titik puncaknya berada di dalam mata dan alas yang membatasi bidang penglihatan. Sinar itu sensitif dan menyampaikan informasi kembali ke kecerdasan pengamat tentang jarak dan orientasi permukaan. Ukuran dan bentuk ditentukan oleh sudut pandang mata dikombinasikan dengan jarak dan orientasi yang dirasakan. Singkat kata pernyataannya ini merupakan awal mula pemahaman mengenai variasi jarak dan ukuran yang bergantung pada persepsi individu.


Jadi pointnya Bumi mau dilihat sebagai Bulat atau Datar itu enggak masalah yang terpenting bagi Ptolemy ialah fakta Bumi itu adalah pusat dari semesta atau yang dikenal dengan konsep Geosentris. Bahkan Ptolemy bilang membayangkan saja Bumi berputar mengelilingi Matahari merupakan hal konyol. Karena dengan memahami kalau Bumi atau Tanah sebagai pusat dari Semesta akan memudahkan kita mengamati fenomena Astronomi dan Geografi. Jadi sekali lagi untuk semua Tukang Mikir yang menonton video ini, saya berharap jangan lagi memusingkan perdebatan bentuk Bumi Bulat atau Datar. Karena pokok utama permasalahan yang sebenarnya adalah mengenai Heliosentris dan Geosentris.


Namun, konsep Geosentris ini perlahan lenyap setelah Revolusi Ilmiah dimulai sekitar abad ke-14 Masehi dan pengetahuan Ptolemy secara konsisten ditinggalkan. Nicolaus Copernicus yang dianggap pencetus Revolusi Ilmiah, kembali mengadopsi ide Firaun Akhenaten dan gagasan Pytagorarisme tentang Matahari sebagai Pusat dari Semesta dan semua planet mengelilingi Matahari dengan menerbitkan risalah bernama De Revolutionibus Orbium Coelestium (Teori Revolusi Bola Langit). Nama Heliosentris sendiri sebenarnya diambil dari nama Dewa Helios atau Dewa Matahari yang di dalam tradisi pagan seringkali menjadi objek pemujaan utama. Seperti halnya Pythagoras sendiri yang menganggap bahwa seluruh planet haruslah berputar mengelilingi Bola Api.


Di fase inilah fase tergelap peradaban manusia dimulai. Kenapa begitu? Karena Revolusi Ilmiah adalah awal mula Sains dan Spiritual dipisahkan demi memenuhi ego segelintir manusia. Aduh kok jadi sedih ya? Gimana enggak sedih kalau ratusan tahun kemudian, kemanusiaan digiring untuk melupakan esensinya. Dan propaganda ini memang sudah by design karena di era inilah kemudian para pelaut Eropa mulai menyebar ke seluruh dunia berkedok pada Gold, Glory dan Gospel yang sebenarnya adalah misi untuk mengubah pandangan dunia dari Geosentris ke Heliosentris.


Kalau kalian perhatikan di semua kebudayaan kuno sebelum kedatangan penjajah Eropa, semua peradaban di seluruh wilayah baik di Asia, Amerika, Afrika, dan wilayah lain yang memiliki corak kehidupan yang berdekatan dengan alam semesta, pasti menerima konsep Geosentris karena memang sesuai dengan fenomena alam yang mereka amati.


Dengan dalih bahwa budaya selain budaya Eropa, tidak berkembang, primitif, leluhur yang percaya klenik, pemuja berhala, kita semua dipaksa untuk menerima konsep Heliosentris dengan cara memfokuskan pada propaganda Gold, Glory, dan Gospel. Tanah dan kekayaan alam diambil paksa, kekuasaan pribumi di berbagai wilayah dipaksa ambil oleh penjajah serta memaksakan agama baru menggantikan kepercayaan agama leluhur, sehingga kesengsaraan kita yang menyebabkan kita melupakan misi mereka yang utama adalah cuci otak ilmu pengetahuan kuno.


Revolusi Ilmiah yang kemudian diteruskan melalui Abad Pencerahan merupakan tonggak awal mula kekacauan pengetahuan dalam peradaban manusia. Karena untuk menulis ulang sejarah diperlukan kemenangan dari penguasa. Untuk lebih menguatkan pemahaman mengenai Revolusi Ilmiah dan Abad Pencerahan, Tukang Mikir bisa cek tulisan Pikiranologi. Semoga tercerahkan.


-Pikiranologi-

Komentar

Postingan Populer